|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() [/quote]
Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com � Kesejahteraan yang diberikan negara bagi para peneliti kembali diusik. Rendahnya penghargaan secara finansial kepada para ilmuwan ini dipertanyakan. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sri Hartinah, mengatakan, minimnya kesejahteraan peneliti tak bisa dijadikan alasan untuk berhenti melakukan penelitian atau hijrah ke negara lain demi mendapatkan penghargaan yang lebih baik. dan ternyata tidak hanya ilmuwan saja yang kurang mendapatkan perhatian dan penghargaan mengenai finasial, kenyataannya banyak guru termasuk guru ane sendiri yang lebih memilih berbakti di negeri orang dengan alasan yang sama. bagaimana nasib generasi penerus negara ini jika SDM yang berkualitas bahkan tidak sedikit prestasi yang baik yang dimilikinya, kini pergi meninggalkan negara ini hanya karena alasan kurangnya penghargaan negara terhadap dirinya. oh jangan sampai seperti itu. karna akan berdampak pada kualitas pendidikan di negeri ini. mungkin salah satu dampaknya adalah tidak jarang kita lihat murid sekolah yang terabaikan sehingga berperilaku tidak baik dan tidak berkualitas. kualitas murid, juga pelajar dan mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh eksistensi sekolah atau kampus belaka terhadap mereka karena lebih dari separoh waktu kehidupan mereka di habiskan di rumah bersama orang tua. Ini berarti bahwa kualitas SDM mereka juga ditentukan oleh eksistensi rumah, yaitu bagaimana campur tangan dan perhatian orang tua dalam mendidik dan membangkitkan motivasi belajar mereka. Dapat dikatakan bahwa kualitas SDM mereka menjadi naik atau turun sangat ditentukan oleh kualitas motivasi belajar mereka terutama di rumah. Orang tua atau keluarga- keluarga yang sudah membudayakan penghargaan dan/ atau hadiah pada anak atas prestasi belajar dan bekerja mereka, akan mampu melahirkan mereka sebagai generasi yang memiliki harga diri dan motivasi belajar yang tinggi. Kebutuhan dan fasilitas belajar mereka juga harus disediakan dan dipenuhi. Karakter orang tua dan lingkungan yang berpotensi dalam menghancurkan motivasi belajar anak adalah seperti kurang peduli dalam memenuhi fasilitas belajar mereka (rokok atau kaset VCD player terbeli tetapi bahan bacaan buat anak tak peduli), karakter terlalu kaku, keras dan berbahasa kasar selama mendidik anak �orang tua ku ramah, tetapi kalau menemani aku belajar jadi judes, minta ampun, sehingga otak ku buntu kalau belajar�. Karakter yang lain adalah seperti suka memaksanakan kehendak pada anak, terlalu berharap banyak, dan serba banyak melarang atau memerintah. Selanjutnya sikap otoriter yang diterapkan oleh guru dan orang tua berpotensi dalam mematikan kreatifitas dan daya spontanitas anak, sehingga mereka tidak mampu dalam mengambil keputusan- padahal kemampuan ini amat penting kelak bila mereka tumbuh dewasa. Anak yang besar dalam suasana otoriter akan tumbuh menjadi orang yang agresif, berkarakter kasar dan kurang ramah dan kurang mampu bertegur sapa. Saatnya kini kita harus punya pradigma baru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dan siswa kita. Kita tidak sudi lagi bila mereka tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas hampa. Menumbuh-kembangkan motivasi belajar mereka adalah tugas kita sebagai orang tua atau guru. Saatnya kita harus membuang cara banyak mencela, mengancam dan kekerasan- menerapkan karakter otoriter. Salah satu cara yang tepat adalah dengan memberi mereka penghargaan atas karya dan prestasi kerja/ belajar mereka. Dengan cara ini motivasi belajar mereka akan tetap tumbuh dan terpelihara. memang kita juga hanya bisa sekedar berkata-kata tanpa tau apa yang harus dilakukan untuk mengurangi hal-hal kurang baik bagi masa depan negeri ini, hanya pemeintah lah yang bisa menentukan.
Quote:
Quote:
![]() sumber-sumber Terkait:
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|