Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
sendokpiso's Avatar
sendokpiso sendokpiso is offline
Ceriwis Lover
 
Join Date: May 2012
Posts: 1,623
Rep Power: 16
sendokpiso mempunyai hidup yang Normal
Default Buah Nusantara Tak Kalah dengan Buah Impor

[/quote]
Quote:





"Buah Nusantara Tak Kalah Dengan Buah Impor"






Quote:






[/spoiler]
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Cek Repost:










Spoiler for open this:








Spoiler for open this:
Quote:





Sebelum Menyimak Thread ini , Jangan Lupa





dan langsung aja kita ke TKP







Quote:





Jakarta - Konsumsi buah di Indonesia jauh di bawah standar internasional. Hal ini diperburuk dengan apresiasi yang rendah terhadap buah nusantara. Oleh karena itu, Nusa Fresh bertujuan menggenjot nilai apresiasi terhadap buah produk petani lokal.



Hal ini diungkapkan oleh Kafi Kurnia, Ketua Asosiasi Eksportir-Importir Buah dan Sayur Segar Indonesia (ASEIBSSINDO). Bertempat di The Dharmawangsa Hotel, Kafi berbicara di depan para undangan yang terdiri dari perwakilan kementerian perdagangan, pihak pasar swalayan, dan media pada Kamis (16/2).



Menurut Kafi, ada beberapa masalah yang membuat buah nusantara kurang diapresiasi di Indonesia. Pertama, data tahun 2010 menunjukkan bahwa konsumsi buah masyarakat Indonesia hanya 32 kg per kapita per tahun, sementara Food and Agriculture Organization (FAO) memberi batas minimal 65.75 kg per kapita per tahun. �Jumlah ini bahkan kurang dari setengahnya,� kata Kafi.



Kedua, terdapat kesenjangan harga antara pedagang tradisional dan pasar swalayan. �Misalnya kita beli salak di pasar hanya Rp 7 ribu/kg, salak gula pasir di supermarket dijual dengan harga Rp 70 ribu/kg,� jelas Kafi.



Selama ini, Indonesia lebih banyak mengimpor dibanding mengekspor buah-buahan. Di mata dunia, Indonesia berada di peringkat 26 sebagai importir dan peringkat 41 sebagai eksportir buah. Hasil perkebunan yang banyak dikirim ke luar negeri adalah pinang, kacang mede, kelapa, manggis, asam Jawa, dan mangga.



Singapura, Malaysia, China, dan Pakistan adalah negara-negara tujuan ekspor Indonesia. �Padahal, importir buah terbesar di dunia adalah negara-negara di Eropa dan Amerika,� ujar Pradnyawati, Direktur Pengembangan Promosi dan Citra, Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional.



Pradnyawati menilai, rendahnya tingkat ekspor buah Indonesia disebabkan kurangnya dukungan infrastruktur, teknologi, promosi, dan standardisasi produk. �Standar yang dimaksud mencakup ukuran, rasa, kualitas, dan kemasan,� tuturnya.



Selama biaya mendatangkan produk dari luar negeri lebih murah daripada antar pulau, maka harga produk impor akan tetap lebih murah. �Maka, mata rantai distribusi buah harus dipersingkat,� kata Pradnyawati.



Kafi setuju dengan hal ini. Makanya, ASEIBSSINDO menyarankan buah-buahan dibudidayakan secara menyebar di seluruh nusantara. �Kami mengusahakan jarak yang ditempuh oleh buah, dari tangan petani ke tangan konsumen, seminim mungkin agar carbon footprint yang dihasilkan rendah,� jelas Kafi.



Branding juga diperlukan untuk meningkatkan daya saing buah nusantara. Beberapa merk buah yang terkenal adalah Chiquita untuk pisang dari Amerika dan Zespri untuk kiwi dari Selandia Baru. �Nantinya, brand Nusa Fresh yang akan mewakili buah nusantara,� kata Kafi.



Pada workshop kali ini, Dr. Samuel Oetoro, MS SpGK juga hadir sebagai pembicara. Acara pun ditutup dengan santap siang. Para undangan menikmati menu berbahan buah nusantara kreasi Chef Vindex Tengker, di antaranya Shrimp Cocktail with Papaya Seed Dip, Guava Barbecued Boneless Beef Ribs, dan Caramelized Banana & Chocolate Mousse Cake.



SUMBER






Quote:






Quote:
[spoiler=open this] for Buah Lokal:
















Quote:





BUAH LOKAL vs BUAH IMPORT




Himpunan Alumni IPB geram terhadap kondisi terpinggirkannya buah lokal karena beberapa aspek. Ketua Himpunan Alumni IPB, Said Didu mengatakan kondisi itu disebabkan oleh kurang tersedianya benih berkualitas dalam jumlah memadai, lemahnya kegairahan petani baru untuk produk buah-buahan. Juga kurang memadainya infrastruktur logistik buah.



"Ditambah lagi dengan adanya perubahan perilaku konsumen yang semakin menyukai produk impor. Karena buah impor yang semakin mudah dan murah. Hal ini menujukkan kekurangberpihakan kebijakan fiskal terhadap buah lokal Indonesia," ujar Said Didu, minggu (10/7) saat mengkampanyekan Gemari Buah Lokal di Jakarta.



Menurut Said, perlu ada gerakan yang massif dan sistematika agar konsumsi buah lokal dicintai di negerinya sendiri.



Sementara Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian Sri Kuntarsih menyatakan kuatnya arus globalisasi menjadi faktor persoalan ini sulit diatasi. Di sisi lain data PDB menyebutkan buah nasional selama 2005-2010 naik sebesar 63,5 persen begitu juga produksi buah naik di kurun lima tahun terakhir hingga 29,21 persen.



Menurut Sri Kuntarsih , minimnya minat konsumen dan ketersediaan buah lokal terutama di pasar modern juga menjadi penyebab produk dalam negeri kalah bersaing.

Buah impor khususnya dari China dinilai memiliki produk berkualitas, baik, dan harganya sangat terjangkau. Tidak heran perbandingan nilai impor terhadap ekspor buah nasional sebesar 293,9 persen.



Membanjirnya buah impor ke dalam negeri, terutama di pasar-pasar modern menurut Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi tidak otomatis menunjukkan bahwa buah lokal telah terpuruk di negeri sendiri.



"Secara jumlah (impor buah-buahan) sebenarnya masih sangat kecil dibandingkan produksi nasional yakni hanya 3,5 persen pada 2010," katanya.



Pada tahun lalu, produksi buah nasional 19,03 juta ton sedangkan impor hanya 667 ribu ton sementara ekspor buah Indonesia 276 ribu ton.



Ekspor buah nasional terdiri atas manggis, nanas, mangga dan rambutan yang umumnya tergantung musim.



Selain itu menurut Bayu beragamnya jenis buah yang dimiliki Indonesia temyata tidak lantas mendorong perbaikan produksi dan kualitas buah nasional. Petani kurang bisa mempertahankan kualitas buah secara seragam dan kontinu.



Bayu menyontohkan Thailand, yang dulu punya 60 jenis durian, tapi kemudian atas titah raja, pengembangan durian diputuskan untuk hanya berfokus pada 7 jenis. Dengan begitu, kuantitas dan kualitas produk tetap terjaga."Ketegasan memilih jenis itu butuh keberanian besar," kata Bayu.



Selain itu, Indonesia tidak memiliki perkebunan buah nasional, melainkan skala kecil yang dikelola petani, sehingga tidak bisa dihitung dalam hektare seperti negara lain. Padahal konsumsi buah di dalam negeri termasuk tinggi, mencapai 18,5 juta ton per tahun.

Dari segi permintaan, sebetulnya produksi buah nasional juga naik 12-15 persen selama lima tahun terakhir ini. "Jika ada kesan buah impor dominan, temyata angkanya tidak benar," kata Bayu.



Produksi buah terbanyak termasuk golongan buah musiman atau eksotik. Sayangnya, kendala alamiah produksi akibat dua musim yang dimiliki Indonesia membuat buah tidak bisa secara reguler tak dapat dipasok setiap saat.





SUMBER






Quote:





kalo berkenan lempar ini gan :




soalnya dari semua thread ane belum dapetijo-ijo
Tapi Jangan yang ini :




Buat Yang Belom Iso , Bantu Ini aja Gan :







Quote:





sorry kalo masih acak-acakan gan , maklumin aja masih abu-abu






[quote]





KASKUSER yang BAIK dan BIJAK pasti meninggalkan jejak di setiap dia melangkah . Hargai Usaha TS , Tinggalkan comment yang bermutu , and No Junk











Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 05:00 PM.


no new posts