FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Pada suatu hari Fatimah kepada Rosululloh, "Siapakah perempuan yang akan masuk surga pertama kali?" Baginda Rosul menjawab, "Seorang wanita yang bernama Mutiah." Fatimah terkejut ternyata bukan dia seperti yang diharapkannya. Mengapa orang lain? Padahal dia adalah putri baginda Nabi? Karena itu timbul keinginannya untuk mengetahui siapakah Mutiah itu. Apakah gerangan yang diperbuatnya sampai dia bisa mendapat kehormatan yang begitu tinggi sebagai wanita pertama yang masuk surga? Sesudah meminta ijin kepada suaminya Ali bin Abi Thalib, fatimah berangkat menuju rumah Mutiah. Putranya yang masih kecil, Hasan menangis ingin ikut. Maka diajaknya Hasan untuk ikut serta. Tiba di rumah Mutiah, Fatimah mengetuk pintu dan memberi salam, "Assalamu'alaikum...!" "Alaikumussalam! Siapa di luar?" terdengar jawaban yang lemah lembut dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu. "Saya Fatimah,putri Rosululloh." "Alhamdulillah, betapa bahagianya saya hari ini. Fatimah sudi berkunjung ke gubuk saya." terdengar kembali jawaban dari dalam. Kali ini nyata lebih gembira lagi dan makin mendkati pintu. "Sendirian,Fatimah?" "Aku ditemani Hassan." "Aduh maaf ya.."suara itu terdengar menjadi menyesal. "Saya belum mendapatkan ijin untuk menemui tamu laki-laki." "Tetapi Hassan masih kecil." "Meskipun kecil, Hassan laki-laki. Besok saja datang lagi, saya kan meminta ijin kepada suami saya." sahut Mutiah tak kurang kecewanya. Sambil menggeleng-gelengkan kepala Fatimah minta permisi. Besoknya dia datang lagi. Kali ini Hussein diajak juga. Maka bertiga dengan anak-anak yang masih kecil-kecil itu mereka menuju rumah Mutiah. Setelah memberi salam dan dijawab dengan gembira, Mutiah berkata dari dalam. "Jadi dengan Hassan,Fatimmah? Suami saya sudah memberi ijin." "Ya,dengan Hassan dan Hussein." "Ha'?! Mengapa tidak bilang dari kemarin? yang dapat ijin cuma Hassan. Hussein belum mendapat ijin dari suami saya. Terpaksa saya tidak bisa menerima juga." Hari itu Fatimah gagal lagi untuk bisa menemui Mutiah. Kemudian di keesokan harinya baru mereka disambut baik-baik oleh Mutiah di rumahnya. Keadaan rumah itu sangat sederhana. Tidak ada satu pun perabot mewah. Namun semuanya teratur dengan rapi. Tempat tidur yg terbuat dari kayu kasar itu pun rapi sekali.Alasnya putih nampaknya baru dicuci. Aroma didalam rumah sangat segar memorang kerasan untuk tinggal berlama-lama disana. Fatimah kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu. Sehingga Hassan dan Hussein yang biasanya tidak begitu senang tinggal di rumah orang, kali ini tampak asyik bermain-main. "Maaf ya saya tidak bisa menemani Fatimah duduk soalnya saya sedang menyiapkan makanan untuk suami saya." kata Mutiah sambil duduk di dapur. Mendekati tengah hari masakan sudah siap semuanya. Lalu ditaruhnya di atas meja.Mutiah mengambil cambuk dan cambuk itu pun ditaruhnya diatas nampan di samping makanan yang disediakan tadi. Maka Fatimah bertanya "Suamimu kerja dimana?" "Di ladang." "Penggembala?" "Bukan, bercocok tanam." "Tapi mengapa kau bawakan cambuk juga?" "Oh,itu." sahut Mutiah seraya tersenyum. "Cambuk itu saya sediakan untuk keperluan lain. Maksud saya begini. jika suami saya sedang makan, maka akan saya tanyakan apakah masakan saya cocok atau tidak. Kalau dia bilang cocok, berarti tidak akan terjadi apa-apa. Tetapi jika dia bilang tidak cocok maka akan saya berikan cambuk itu kepadanya punggung saya sebab tidak bisa menyenangkan hati suami." "Atas kehendak suami mu kah kau bawa cambuk itu?" "Oh, sama sekali tidak. Suami saya adalah orang yang pengasih. Ini semua semata-mata kehendak saya agar jangan sampai saya menjadi istri yang durhaka kepada suami." Mendengar penjelasan ini Fatimah lantas permisi pulang. Dalam hati dia berkata, pantas jika Mutiah perempuan yang pertama kali masuk surga. Sebab baktinya kepada suami begitu besar dan teramat tulus. Dan perilaku kesetiaan semacam itu bukanlah lambang perbudakan kaum wanita terhadap kaum pria. Malah justru sebaliknya,merupakan cermin bagi citra ketulusan dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan perilaku yang sama. MUDAH-MUDAHAN BISA JADIKAN RENUNGAN UNTUK KITA SEMUA... ![]() ![]() ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|