FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Sharing pemikiran only. Read it with responsibility. No Flaming, No Bata, Just reasonable arguments. ![]() [/spoiler][spoiler=open this] for isi: "Price equals Quality; the Higher the Price, the Better the Quality" adalah suatu pemikiran logis yang belum terbantahkan hingga saat ini. Ketika Anda membeli Mercedez pastilah ekspektasi harganya adalah mahal. Karena harganya yang mahal mampu merefleksikan kualitasnya pula. Semisal Anda ditawarkan Mercedez namun dengan harga Toyota, kontan Anda pasti curiga. Betul? Karena pemikiran Anda adalah Mercedez = mahal = prestis. Jika ada suatu masa di mana Mercedez memiliki harga yang sama dengan Toyota, maka konsumen yang mencari prestis akan berpindah ke merk mobil lainnya yang memiliki value yang lebih tinggi dari Mercedez. Hal ini mengingatkan kita pada satu pemikiran lain bahwa: expensive is prestige (mahal itu prestis). Sehingga produk yang mahal saja tanpa menimbulkan kesan prestis pun lambat laun akan hengkang dari bisnis atau terpaksa menurunkan harganya agar sesuai dengan "persepsi" konsumen. Boleh dibilang harga adalah indikator jitu untuk menentukan kualitas dan hal ini masih sulit untuk dipermainkan. Alasannya adalah konsumen tidaklah bodoh. Kalau Anda memasang harga mahal namun ternyata kualitas jelek pasti usaha Anda lambat laun akan bangkrut. Jadi pengusaha yang memasang harga lebih mahal pada produknya pastilah sangat yakin bahwa produknya lebih baik ketimbang produk sejenis. Ada beberapa hal mengapa PTS terkesan "lebih mahal": 1. PTS tidak disubsidi oleh pemerintah sehingga biaya operasionalnya sehari-hari murni dari iuran mahasiswa. Dan bila Anda beranggapan bahwa PTN itu lebih murah, sebenarnya pemikiran Anda tidaklah terlalu tepat. Iuran yang murah didapat karena ada subsidi dari pemerintah terhadap sebagian/bahkan keseluruhan biaya operasional sehingga iuran murah yang Anda dapatkan apabila berkuliah di PTN sebenarnya tidaklah merefleksikan "value" atau "total cost" yang sebenarnya dari PTN itu sendiri. Konsekuensinya adalah, anggapan bahwa PTS "lebih mahal" pun tidaklah logis karena sebenarnya itu lah biaya normal yang harus Anda bayarkan apabila PTN tidak disubsidi 2. Karena tidak mendapat subsidi, PTS pun perlu memikirkan pembangunan berkelanjutan agar tetap survive di bisnisnya untuk jangka waktu yang tidak terhingga sehingga iurannya pun relatif lebih mahal ketimbang universitas lainnya. Iuran yang relatif mahal tersebut tentu digunakan untuk pembangunan sarana dan perasarana yang lebih baik. Jadi setelah dianalisa lebih baik cost = utility. the higher the cost, the higher the utility. Singkat kata, umumnya iuran yang besar pula diiring dengan kenyamanan yang lebih tinggi pula. 3. Bagi PTS standar internasional biasanya memungut iuran yang lebih mahal lagi ketimbang PTS berbasis lokal karena syarat dengan biaya operasional yang juga lebih mahal seperti biaya gaji dosen asing, biaya kolaborasi dan kerjasama dengan institusi bergensi lainnya, biaya pendidikan kelas internasional, biaya fasilitas dll. Jadi yang bilang bahwa mahal belum tentu berkualitas, berpikirlah dengan sistematis dan logis seperti berikut: 1. Untuk menciptakan sesuatu yang berkualitas perlu resource yang berkualitas pula dan resource yang berkualitas perlu dana yang tidak kalah besar. Gold in = Gold out. Hukum Alchemy: untuk mendapatkan produk A, Anda perlu mengorbankan produk B (plus C plus D plus...) yang setelah dijumlahkan memiliki value setara dengan A (law of equal value). Bagaimana Anda ingin mendapatkan berlian dengan memproses kayu? Karena kayu tidak setara dengan berlian. 2. Segala sesuatu yang unik, langka dan tiada duanya pastilah mahal. Mengapa? Kalau tidak mahal maka akan melawan hukum ekonomi mengenai sumber daya: bahwa segala sumber daya yang sifatnya terbatas/langka (hampir tidak ada sumber daya yang sifatnya tidak terbatas) harus dialokasikan seefisien dan seefektif mungkin. Dan untuk mencapai efisien dan efektif tersebut diperlukan harga yang benar. Contoh: Disebut "jalan tol" karena dengan menggunakan fasilitas tersebut Anda dapat berpergian dengan lebih mudah ketimbang menggunakan jalan biasa. Nah kalau jalan tol itu digratiskan/murah dan diasumsikan semua orang menginginkan kemudahan dalam berpergian (utility maximizer), maka tentulah logisnya semua mobil akan berjubelan di jalan tol. Dan jalan tol telah kehilangan tujuan pembentukannya semula, yakni sebagai jalan bebas hambatan. Sehingga tidak efektif dan efisien. 3. Konsekuensinya, suatu produk yang berkualitas namun dijual dibawah value yang sebenarnya juga tidak efisien dan efektif. Semisal adalah biaya bensin premium yang dijual murah dan tidak ada halangan bagi siapa yang dapat memakainya (non-discriminated product). Konsekuensinya adalah orang kaya maupun menengah kebawah sama2 menggunakan premium. Padahal yang kaya lebih mampu secara finansial membeli, semisal pertamax, namun tidak mereka lakukan. Apa yang terjadi kalau si kaya membeli lebih banyak premium ketimbang orang menengah kebawah? alhasil orang yang seharusnya LEBIH MEMBUTUHKAN tidak mendapat jatah. Sekali lagi menjadi suatu produk yang tidak efektif dan efisien. Meskipun konon di India biaya kuliah tergolong murah, itu karena pemerintah mensubsidi biaya pendidikan dan kertas. Namun, kuliah yang mahal pun juga ada di India dan umumnya PTS dengan sarana yang jauh lebih baik ketimbang PTN. Lalu pintarnya lagi adalah pemerintah India mampu memberikan suatu pandangan bahwa yang ekonomi lemah di PTN dan yang ekonomi menengah ke atas itu ke PTS. Orang yang dari ekonomi menengah ke atas akan merasa malu masuk PTN karena mereka tau itu adalah jatah untuk ekonomi ke bawah (timbul suatu kesadaran moril). Sehingga sekali lagi pendidikan menjadi produk yang efisien dan efektif serta disalurkan pada orang yang tepat! Yang berkemampuan dari segi finansial masuk PTS, yang menengah kebawah masuk PTN. Jadi yang kaya tidak berebut dengan yang ekonomi lemah yang dikhawatirkan membuat yang ekonomi lemah terpinggirkan; Yang kaya makin pintar karena dapat mengakses dunia pendidikan mana saja yang mereka mau, dan yang miskin jadi semakin bodoh karena telah kehilangan tempat untuk mengenyam pendidikan itu sendiri (karena direbut oleh orang kaya tempat duduknya). Itulah kurang lebih yang terjadi di Indonesia saat ini. Kalau kita semua dapat memahami konsep di atas berdasarkan prinsip ekonomi, suatu pemikiran bahwa PTS "lebih mahal" bukanlah suatu yang aneh lagi. Sekian penjelasan dari TS ![]() "Great minds discuss ideas, average minds discuss news, and small minds discuss people." - Unknown Terkait:
|
![]() |
|
|