FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() Kekuatan Cinta Bila seseorang memiliki pikiran cinta kasih, Ia merasa kasihan kepada semua makhluk di dunia, yang ada di atas, bawah dan sekelilingnya, tak terbatas dimanapun. [Jataka, 37] Oleh Bhikkhu Abhayanando Akhir-akhir ini kisah yang muncul di masyarakat kita banyak diwarnai dengan kisah pembunuhan. Pembunuhan terhadap orangtuanya sendiri, anak-anak, kekasih, majikan, dan lain-lain. Pembunuhan yang dilakukan tidak hanya sekedar membunuh tetapi ada yang dilakukan secara keji. Ada yang melakukannya dengan membakar korbannya hidup-hidup bahkan ada juga yang memotong-motong korbannya atau istilah yang akrab ditelinga kita yaitu multilasi. Di samping berita pembunuhan sadis, masyarakat kita sekarang ini sering mendengar atau melihat tindakan kekerasan baik melalui media ataupun melihat langsung. Konflik yang ada di masyarakat banyak yang diselesaikan dengan tindakan anarkis. Mereka dengan mudahnya menyakiti orang-orang yang dianggap sebagai rival-nya. Fasilitas umum juga menjadi sasaran empuk bagi mereka. Tindakan kekerasan yang biasa dilakukan oleh preman ini merambah ke hampir semua lapisan masyarakat. Dari kalangan anak kecil sampai orang tua, dari kalangan masyarakat biasa sampai masyarakat terdidik, dan banyak lagi orang-orang yang sebenarnya sebagai benteng moralitas tetapi mereka melakukan tindakan tercela. Sungguh ironis jika ini terus terjadi di masyarakat kita. Masyarakat yang terkenal dengan budaya adi luhungnya, budaya gotong royong, keramahtamahannya menjadi masyarakat yang tidak berbudaya. Yang diperlihatkan justru keberingasan mereka. Seolah-olah semua masalah harus diselesaikan dengan kekerasan. Apakah bangsa ini sudah kehilangan jati dirinya? Apakah semuanya sudah terlambat? Degradasi Moral dan Mental Moralitas masyarakat kita sekarang ini dirasakan semakin hari semakin menurun. Moralitas yang seharusnya menjadi benteng pertahanan budaya adi luhung semakin hari semakin rapuh dan suatu saat dapat hancur jika tidak dipertahankan. Banyak orang yang mengabaikan moralitas dan lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mereka hanya berpikir tentang kekayaan, kedudukan, dan kepentingan-kepentingan sesaat lainnya. Mereka tidak peduli dengan cara yang dilakukannya. Apakah itu suatu kejahatan atau tidak, mereka tidak peduli. Bagi mereka kepentingan sesaat itulah yang terus dikejar sampai mereka mendapatkannya. Mereka terus mengumbar keserakahannya. Mereka juga terus mengumbar kebencian kepada orang-orang yang dianggap menghalangi tujuannya. Belenggu keserakahan dan kebencian sudah sedemikian mengkristal sehingga kebodohan pun semakin menguat. Oleh karena itu tidak heran jika sekarang banyak terjadi tindakan yang menyimpang. Dengan mudahnya mereka menyakiti bahkan sampai membunuh. Berita perampokan, pemerkosaan, penipuan, korupsi, dan narkoba mewarnai berita-berita di media. Yang lebih tragis lagi berita-berita tersebut tidak menjadikan mereka sadar bahkan ada yang meniru tindakan kejahatan dalam berita itu. Sudah demikian rapuhnya moral bangsa ini. Degradasi moral melanda masyarakat kita. Jika ini dibiarkan keadaannya akan semakin parah. Banyak orang kehilangan akal sehat. Batinnya dibelenggu oleh akar kejahatan. Keserakahan, kebencian, dan kebodohan bukannya menurun malah semakin menguat. Bukan hanya moral saja yang mengalami degradasi tetapi juga mental manusia. Batin manusia demikian kotor seperti sungai-sungai di Jakarta yang penuh dengan onggokan sampah dan kotoran lainnya sehingga warnanya hitam pekat dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Semua itu akibat manusia tidak mau atau enggan membersihkan batinnya tetapi tiap hari malah menambah kekotoran batin. Degradasi moral dan mental sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Karena manusia akan berulah ke jalur yang salah. Kehidupan menjadi tidak aman dan harmoni, jauh dari kebahagiaan dan kesejahteraan. Yang terjadi justru sebaliknya, manusia akan melakukan tindakan tercela dan bisa menjadi budaya dalam kehidupan sehari-hari. Kalau sudah seperti ini budaya adi luhung akan hancur. Melakukan Perenungan Manusia harus segera sadar dan kembali pada jati diri yang sesuai dengan budaya Dhamma. Cara yang baik adalah melakukan perenungan sebagai bahan untuk bercermin diri. Dengan demikian secara berangsur-angsur perilaku mereka akan berubah. Berusahalah untuk merenungkan dampak dari tindakan-tindakan tercela. Dampak dari perilaku kekerasan adalah jauh dari rasa aman dan damai. Jauh dari kebahagiaan dan kesejahteraan. Bukankah kita mengharapkan kehidupan yang aman, damai, bahagia, dan sejahtera? Untuk mendapatkan itu semua manusia harus menuntun perilakunya ke arah perilaku yang benar. Tidak ada gunanya mengumbar keserakahan dan kebencian. Permasalahan tidak pernah berakhir jika diselesaikan dengan cara-cara yang tercela. Menggunakan tindakan kekerasan hanya akan membuat kehidupan ini berada pada keterpurukan. Kekerasan bukanlah solusi untuk menyelesaikan persoalan. Secara perlahan tapi pasti, manusia akan terkendali jka mereka menempuh jalan kebenaran. Mereka akan kembali pada moralitas dan mental yang positif. Moralitas dan mental yang baik akan membuat seseorang terarah perilakunya. Dhamma adalah solusi untuk menghadapi persoalan hidup. Dhamma ibarat sebuah cermin dan kita dapat merenung di cermin Dhamma tersebut. Hadapi Persoalan dengan Cinta Ada pertanyaan yang pernah disampaikan oleh seseorang dan ini dikemukan dalam waktu yang sudah lama. Ia bertanya, kalau kita disakiti oleh orang lain dan kemudian kita tidak membalasnya maka harga diri kita diinjak-injak. Bolehkah kita menyerang untuk membalas mereka? Saya kemudian menjawab, membalas celaan dengan celaan tidak akan menyelesaikan persoalan. Ketika kita disakiti orang lain dan kemudian menyakiti mereka juga tidak akan selesai masalahnya. Yang harus dilakukan adalah menghadapi persoalan tersebut dengan hati yang lapang. Kesabaran harus diutamakan untuk menghadapi persoalan yang muncul. Kebanyakan orang tidak sabar sehingga mereka menyelesaikan dengan cara yang tidak benar. Mereka terburu-buru membalas dengan makian, kata kasar, umpatan, dan yang lain. Akhirnya persoalan semakin bertambah runyam. Inilah yang sering terjadi di masyarakat kita. Tidak heran jika ada persoalan sepele berakhir dengan pembunuhan yang sadis. Karena persoalan sepele juga, mereka melakukan tindakan anarkis. Bagaimana supaya kesabaran ini muncul? Munculkan cinta dalam diri kita. Cinta yang dimaksud di sini adalah cinta yang melepas, cinta yang tidak terikat, cinta yang universal. Dengan adanya cinta dalam diri manusia maka manusia tidak mudah terbakar oleh kebencian, keserakahan, dan kebodohan. Kesabaran akan muncul dan mereka akan bertindak hati-hati. Kekuatan cinta kasih memang luar biasa tetapi untuk mengembangkannya juga membutuhkan kerja yang luar biasa pula. Dengan cinta kita tidak mudah membenci, dengan cinta kita tidak mudah menyakiti. Dengan cinta pula kita dapat bertindak santun, ramah dan bersahabat kepada siapa saja. Sungguh luar biasa jika hal ini dapat dikembangkan. Suasana kehidupan akan menjadi aman dan damai. Kebahagiaan dan kesejahteraan yang diidam-idamkan akan terwujud. Ingat! Sang Buddha, bersabda: �Jangan karena marah dan benci membuat orang lain celaka.� Saya selalu mengajak banyak orang untuk selalu melihat kebaikan orang lain dan tidak melihat keburukan orang lain. Kenapa? Karena ketika kita melihat keburukan orang lain, hasilnya adalah kebencian. Kalau sudah benci akan mudah melakukan tindakan kekerasan kepada orang lain. Oleh karena itu tebarkan cinta ini kepada semua orang bahkan kepada musuh atau orang yang kita benci. Cinta ini pun juga harus kita tebarkan kepada semua makhluk tanpa terkecuali. Kekuatan cinta yang kita tebarkan akan membuat suasana kehidupan ini menjadi sejuk, aman, dan damai. |
![]() |
|
|