FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]()
Jika kita mendengar sebuah pernyataan, Kita yang
merencanakan, tetapi Tuhan yang menentukan ... sepertinya sesuatu yang wajar ya ? Tapi bagaimana dengan sebuah pernyataan yang ini, Tuhan yang merencanakan, tetapi kitalah yang menetukan. Kebalik ? Yup ! Sesuatu yang sepertinya berbanding terbalik dengan anggapan kita selama ini. Trus mana yang sebenarnya benar dari kedua pernyataan di atas ? Sebenarnya kita yang merencanakan dahulu kemudian Tuhan yang menentukan atau Tuhan yang merencanakan dahulu kemudian kitalah yang menentukan hasil akhirnya ? Sebelum kejadian hari ini dan sebelum saya baca buku The Purpose Driven Life-nya Rick Warren, saya selalu punya anggapan kalo saya yang merencanakan segala sesuatu yang ada dalam hidup saya dan Tuhan yang akan menentukan hasil akhirnya (di Acc ato enggaknya rencana saya itu). Tapi hari ini, satu kebenaran ini Tuhan taruh dalam hati saya lewat diskusi singkat dengan seorang teman. Yah ... sebenarnya yang terjadi di dunia ini adalah : Tuhan sebagai Perencana awal dari segala kehidupan dan bukan kita. We just an actor and actress di dunia ini. So, ya kitalah yang sebenarnya menentukan hasil akhir dari yang Dia rencanakan sebelumnya itu. Sama seperti tugas seorang aktor dan aktris. Berhasil atau tidaknya akhir sebuah pementasan seni, ada di tangan mereka. Apakah mereka sudah melakoni peran masing-masing dengan baik dan benar sesuai arahan sutradara atau belum ? Jika mereka tidak mendalami peran yang dikasih sutradara dengan baik, hasilnya juga tidak akan sesuai dengan skenario yang ada tentunya. Apapun yang terlihat seperti kita rencanakan, sebenarnya itu sudah direncanakan oleh Tuhan terjadi dalam hidup kita lama sebelum kita lahir ke dunia ini. Entah itu soal perekonomian kita, keluarga kita, pendidikan kita, pekerjaan kita dan lain-lainnya (ga mungkin ada satu celahpun yang terlewat dari perencanaan-Nya, karena Dia adalah seorang Maestro Yang Agung). Emang sie, terkadang mata kita yang tertutup oleh keinginan daging kita sendiri. Sehingga yang terlihat justru kita sebagai seorang perencana utama dalam hidup kita dan Tuhan sebagai penentu hasil akhirnya. Bangsa Israel, terpaksa harus mengembara di padang gurun (Ulangan 8 : 1-18) selama 40 tahun itu karena mereka yang menentukannya terjadi demikian. Allah sudah merencanakan suatu kehidupan yang baik buat mereka di seberang padang gurun yang sebenarnya bisa ditempuh dalam waktu 11 hari (Sebelas hari perjalanan jauhnya dari Horeb sampai Kadesh-Barnea, melalui jalan pegunungan Seir => Ulangan 1 : 2). Tapi berhubung ketegar tengkukan hati mereka yang keras ... itulah kenapa bangsa Israel sampai harus melewati masa yang begitu lama (40 tahun bo') hanya untuk berputar-putar ga jelas di padang gurun tersebut. Free will or kehendak bebas yang dimiliki oleh manusia itu sangat berpengaruh dalam penentuan hasil akhir Rencana Dia dalam hidup manusia. Kalo dari awalnya manusia bisa peka terhadap Rencana Agung-Nya dalam hidup mereka, tentu manusia tidak akan sok merencanakan segala sesuatu dalam hidup mereka tanpa melibatkan Tuhan sendiri. Karena yang jelas, He is The Creator and we just the performer. Jika kita menyalahi aturan Dia, maka bersiaplah berputar-putar di padang gurun seperti Bangsa Israel. Meski Rencana Tuhan ga akan pernah gagal (karena Dia bukan Allah pembohong - Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal => Ayub 42 : 2). Tapi proses untuk terwujudnya Rencana Allah itulah yang akan memakan waktu lama (atau bahkan bisa jadi Rencana tersebut tidak akan terwujud sama sekali) sampai kita menemukan jalan yang pas menuju ke sana. |
![]() |
|
|