FAQ |
Calendar |
![]() |
|
News Semua berita yg terjadi di dunia internasional ataupun lokal diupdate disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() TEMPO Interaktif, Jakarta - Hasil penelitian yang menyebutkan bahwa sapi impor asal Australia mengandung hormon sintetis yang berbahaya bagi kesehatan manusia ternyata sudah ditemukan sejak 2009. Penemunya adalah bekas Kepala Pusat Karantina Hewan Kementerian Pertanian, Kisman A. Rasyid. "Penelitian itu untuk disertasi ujian S3 (program doktoral) saya di Universitas Gadjah Mada," kata Kisman kepada Tempo, Senin, 20 Juni 2011 malam. Kisman mengatakan hormon sintetis yang ditemukan pada sapi bakalan serta daging impor Australia bernama ilmiah trenbolon asetat. Hormon ini berfungsi untuk memacu pertumbuhan sapi, namun dapat menimbulkan efek negatif berupa kanker rahim dan kanker payudara. Temuan itu diperoleh setelah ia meneliti sampel daging sapi bakalan dan daging impor Australia di laboratorium Pengkajian Mutu Produk Peternakan Bogor. Melalui analisis bernama Elisa Test, sapi bakalan dan daging impor Australia dinyatakan positif mengandung hormon trenbolon. Kisman mengaku belum pernah mengkomunikasikan langsung hasil temuan itu ke Kementerian Pertanian. Alasannya, penelitian itu hanya untuk disertasi program doktoral. "Tapi, saya sudah komunikasikan ke Direktur Jenderal Peternakan Prabowo Respatiyo Caturroso," katanya. Direktur Jenderal Peternakan Prabowo Respatiyo Caturroso mengatakan ia baru membuka hasil penelitian tersebut ke publik karena belum lama menerima hasil disertasi Kisman. "Saya menerima hasil disertasi itu pada akhir 2010," kata dia. "Saat itu saya belum menjabat Dirjen Peternakan." Hasil disertasi itu akan menjadi bahan bagi kementerian untuk mengambil kebijakan impor sapi Australia. Bahan itu akan dipakai sebagai bukti pelanggaran yang dilakukan Australia. "Sudah ada ketentuan pemerintah tentang larangan pemakaian hormon pemacu pertumbuhan," ujar Prabowo. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Kementerian Pertanian Bess Tiesnamurti mengatakan bahwa hormon sintetis memang diduga berisiko memicu kanker. �Tapi, itu tergantung jenis hormonnya karena hormon sintetis itu macamnya banyak,� kata Bess saat dihubungi Tempo, Senin, 20 Juni 2011. Hormon sintetis pada sapi biasanya untuk mempercepat pertumbuhan. Dia menjelaskan bahwa pada 2005 dan 2008 pernah didapati sapi impor dari Australia yang mengandung hormon trenbolon asetat. Hormon sintetis yang terakumulasi dalam hewan dan produk ternak akan berefek negatif, termasuk menyebabkan kanker. sumber cabenya dong ndan ![]() |
#2
|
||||
|
||||
![]()
kalo gt caranya g ush impor lg az
![]() |
#3
|
||||
|
||||
![]() |
#4
|
||||
|
||||
![]()
yah ampun , daging sapi bisa menyebabkan kanker
![]() |
#5
|
||||
|
||||
![]()
lha.....bagaimana ini....waktu itu australia mengklaim pemotongan hewan di indonesia sadis gak berperi..tapi nyatanya daging mereka bermasalah....
masa kita mau disalahkan dan dipojokan sama bangsa lain melulu.... ![]() |
#6
|
|||
|
|||
![]()
nice inpoh ndan......
|
#7
|
|||
|
|||
![]()
ane makan yang lokal-lokal aja ndan..
aman bin murah.. ![]() |
#8
|
|||
|
|||
![]()
cintailah produk indonesia
|
![]() |
|
|