Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > News > Surat Pembaca

Surat Pembaca Posting ataupun baca komentar,keluhan ataupun laporan dari orang-orang dengan pengalaman baik/buruk.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 23rd February 2016
Gusnan's Avatar
Gusnan Gusnan is offline
Moderator
 
Join Date: Jun 2013
Posts: 27,623
Rep Power: 49
Gusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyak
Default Hikayat Daeng Azis Berkuasa di Kalijodo


Large Image Link (692 kB)



INTERMESO


Large Image Link (781 kB)
Sejak 2004, Daeng Azis menjadi penguasa tunggal di Kalijodo. Ia menjadi besan H Agus, pesaingnya asal Banten.





Ilustrasi: Edi Wahyono
Senin, 22 Februari 2016
Tawuran massal bermotif etnis antara geng Makassar dan Mandar di Kalijodo pada 22 Februari 2002 akhirnya membuka topeng H Usman Nur di mata keluarganya. Sebelumnya, selama bertahun-tahun, ia mencitrakan diri sebagai pengusaha. Sikap dan perilakunya pun santun sehingga amat dihormati dan disegani kerabat dekatnya.
Ketika media massa berhari-hari menyoroti insiden tersebut, Usman masih bisa menyembunyikan identitasnya. Wartawan tak ada yang mengenali, apalagi mewawancarainya. Tapi, ketika piagam perdamaian harus ditandatangani di kantor Kepolisian Resor Jakarta Utara, mau tak mau dia muncul di hadapan publik. Wajahnya kemudian terpampang di media massa. Namanya ditulis dengan predikat sebagai salah satu tokoh preman asal Mandar yang bertikai dengan kelompok Abdul Azis Emba alias Daeng Azis dari kelompok Makassar di Kalijodo.




Large Image Link (372 kB) Usman Nur (bertopi hitam) mewakili kelompok Mandar dan Abdul Azis (berbaju hitam, membungkuk) dari kelompok Makassar menandatangani piagam perdamaian di Polres Jakarta Utara, Mei 2002.
Foto: dok. Polsek Penjaringan




“Benarkah Bapak bos judi dan bos preman di Kalijodo?” tanya anak-anak Usman seperti mengadili. Sejak itu, harga diri Usman sebagai ayah dan kepala rumah tangga seperti tak bersisa. “Saya benar-benar malu pada keluarga, saya memutuskan mundur (dari bisnis di Kalijodo),” kata Usman seperti ditulis Komisaris Listyo Sigit Prabowo dalam tesis bertajuk “Efektivitas Mediasi oleh Kepolisian dalam Penanganan Konflik Etnis di Kalijodo, Jakarta”.
“Benarkah Bapak bos judi dan bos preman di Kalijodo?”
Tesis itu mengantarnya meraih gelar master dari Universitas Indonesia pada 2005. Kini Listyo, yang berpangkat komisaris besar, sejak akhir 2014 dipercaya menjadi ajudan Presiden Joko Widodo.
Setelah mundur dari Kalijodo, Usman mengaku berdagang air minum mineral di kawasan Bekasi Timur. Ia juga membuka usaha perbengkelan di Muara Karang, Jakarta Utara. Tapi seorang polisi yang bertugas di Kalijodo dan beberapa petugas keamanan di gang-gang di kawasan itu mengatakan Usman kemudian memilih pulang ke kampung halamannya di Mandar.



Kafe Intan, satu dari tiga kafe milik Abdul Azis. Kafe tiga lantai itu merupakan yang terbesar di Kalijodo.






Menurut seorang polisi berpakaian preman yang lama bertugas di Kepolisian Sektor Penjaringan, Usman baru benar-benar mundur dari Kalijodo sejak pertengahan 2005. Selain karena malu pada keluarga, dia kalah bersaing dengan Daeng Azis. Dua mitra Usman, H Agus dan H Riri asal Banten, pun kemudian bersekutu dengan Azis. Perekatnya adalah perkawinan keponakan Agus dengan adik Azis pada 2004.

“Sekarang praktis cuma Daeng Azis penguasa di sini,” bisik seorang polisi yang biasa berpatroli di Kalijodo kepada detikX, Jumat, 12 Februari lalu. Selain memiliki Kafe Intan yang luas, Azis menjadi distributor tunggal berbagai barang untuk konsumsi kafe-kafe di Kalijodo. “Di sini bir cuma dua merek, yang lain enggak bisa masuk karena harus lewat dia,” kata si polisi.



Leonard Y. Andaya dalam buku Warisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad Ke-17 menulis keberadaan orang Bugis dan Mandar di kawasan ini tercatat sejak abad ke-17. Tepatnya ketika Arung Palakka (pahlawan dan bangsawan Bugis dari Bone) beserta pengikutnya harus menyingkir akibat desakan pasukan Kerajaan Gowa pada 1663. Tiga tahun kemudian, Arung Palakka kembali bersama pengikutnya, yang disokong tentara VOC, menuju Makassar untuk membalas Sultan Hasanuddin dari Gowa. Para prajurit Arung Palakka asal Batavia ini kemudian dikenal dengan sebutan “Toangke” atau “orang dari Angke” karena pernah bermukim di sekitar Kali Angke.

Pada 1965, orang-orang dari Makassar dan Mandar kembali berduyun-duyun ke kawasan Angke. Menurut Kunarso Suro Hadi Wijoyo, pensiunan marinir yang menetap di Kalijodo sejak 1968, orang-orang Makassar dan Mandar mulai banyak yang masuk ke daerah itu pada 1965. Kala itu mereka menjadi pekerja di pabrik-pabrik di Jalan Bidara dan Teluk Gong. Para pendatang itu mengontrak atau membeli rumah yang dijual oleh anak-cucu pegawai tata air. “Semua warga biasa mandi di kali karena airnya masih bersih,” ujarnya.
Pada 1968, seorang tokoh Mandar bernama Kamelong merintis usaha judi koprok, yang digemari orang-orang Tionghoa di Kalijodo.



Kawasan Kalijodo dari udara.
Foto: detikTV




Sejak Kamelong berbisnis, hingga 1982 jumlah orang Mandar nyaris sebanding dengan orang Makassar. Hal ini membuat gesekan di antara kedua suku itu kerap terjadi. Mereka yang berasal dari Makassar merasa sebagai mayoritas dan masih berdarah ningrat ketimbang orang Mandar, yang dianggap dari pedalaman.
Sebaliknya, orang Mandar, yang secara ekonomi kondisinya lebih baik, menyebut orang Makassar tak lebih dari para kuli pelabuhan. “Mereka sama-sama keras, tak mau kalah kalau sudah saling ledek. Buntutnya ya saling tusuk dengan badik,” tuturnya.
"Selama saya menjadi Kapolsek Penjaringan, perjudian di Kalijodo tidak akan saya buka."
Kamelong menjalankan usaha perjudian hingga 1992. Ia memiliki dua orang kepercayaan asal Serang, Banten, yakni H Agus dan H Riri. Kamelong mengembuskan napas terakhir pada 1992 di pangkuan Riri. Bisnisnya kemudian dilanjutkan oleh keponakannya, H Usman Nur.
Sementara itu, Abdul Azis Emba atau yang kerap disapa Daeng/Karaeng Azis, yang semula cuma menjadi pemasok bir, turut membuka lapak perjudian di Kalijodo pada 1994. Dua tahun kemudian, menurut Listyo, aparat TNI Angkatan Darat bernama Junaidi juga membuka lapak judi di wilayah barat Kalijodo. Ia mengajak Riri bergabung dengannya. “Tapi kiprah Junaidi di bisnis ini tak berlangsung lama karena Polisi Militer merazia lapak bisnisnya,” tulis Listyo.



Dua merek bir yang umumnya beredar di Kalijodo.
Foto: Rachman Haryanto/detikX




Sejak itu, Azis menjadi pesaing utama Usman. Tapi Azis sepertinya lebih ambisius dalam berbisnis. Lelaki kelahiran Makassar, 10 Agustus 1967, itu menjalin relasi yang luas. Bukan cuma dengan para tokoh Makassar di Jakarta, ia juga berhubungan baik dengan pengurus partai politik tertentu hingga perwira tinggi kepolisian.

Tentang hal ini, Krishna Murti saat menjadi Kepala Polsek Penjaringan pada 2001-2004 mengaku pernah mendapat semacam intervensi dari seorang perwira kepolisian dan elite partai tertentu. Kala itu mereka dengan cara dan gaya masing-masing mencoba mendekati Krishna agar Azis diberi izin membuka lapak perjudian di Kalijodo. Namun keponakan Sidarto Danusubroto, mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, itu kukuh dengan pendiriannya. Ia melarang segala bentuk perjudian beroperasi kembali di wilayah hukumnya.



Pengacara Razman Nasution (berdasi) bersama Azis dan pengurus wilayah Kalijodo menggelar jumpa pers di depan Kafe Ojolali, Selasa, 16 Februari 2016.






“Sampai kapan pun, selama saya menjadi Kapolsek Penjaringan, perjudian di Kalijodo tidak akan saya buka,” tulis lelaki kelahiran 15 Januari 1970 itu dalam bukunya, Geger Kalijodo.

Setelah menemui Komisi Nasional Hak Asasi Manusia pada Senin, 15 Februari 2016, Azis menegaskan tak lagi berurusan dengan perjudian. Tapi ia tak membantah bila dikatakan masih menjadi pemasok minuman. Hanya, omzetnya tak sampai Rp 1,5 miliar setiap malam seperti digunjingkan banyak orang. “Itu kata dusta. Bohong!” sergah Azis, yang mengenakan kalung dan gelang emas, dalam logat Makassar yang masih kental.

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 09:01 AM.


no new posts