Nilai tukar rupiah terus melemah hingga sempat menembus level 14.700 per dolar Amerika Serikat (AS). Faktor penyebabnya adalah melemahnya sejumlah indikator ekonomi di dalam negeri dan luar negeri.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), Rabu (23/9), rupiah ditutup pada level Rp 14.623 per dolar AS atau melemah hampir satu persen dari hari sebelumnya yang sebesar Rp 14.486 per dolar AS.
Di pasar spot, penurunan rupiah malah lebih dalam. Bloomberg mencatat, rupiah melemah 0,65 persen ke posisi Rp 14.646 per dolar AS. Bahkan, pada perdagangan hari ini, rupiah sempat menembus Rp 14.730 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun ini, rupiah sudah melemah 18,23 persen.
Pelemahan tajam rupiah hari ini sejalan dengan memerahnya bursa saham di kawasan Asia, termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 2,29 persen menjadi 4.244,42.
Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, pelemahan tajam rupiah hari ini bukan disebabkan oleh faktor di dalam negeri. “Saya tidak melihat ada faktor yang khusus dari domestik. Cuma nanti kami bicara dengan BI untuk mengetahui itu,” katanya di Jakarta, Rabu (23/9).
Sebaliknya, Darmin menilai, pelemahan rupiah dipengaruhi faktor eksternal. Yaitu, melorotnya harga mayoritas komoditas dan kekhawatiran investor terhadap kondisi perekonomian Cina. “Itu membuat spekulasi agak menguat,” imbuhnya. Padahal, pemerintah semula berharap spekulasi di pasar keuangan bakal mereda setelah bank sentral AS (The Federal Reserve) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga The Fed.
Sumber