Kelihatannya mungkin remeh dan sepele. Saking sepelenya Anda seringkali mengabaikannya. Padahal meski kecil, beberapa hal berikut ini bisa menghambar karir Anda. Dan apabila hal ini terus saja dibiarkan dan diperlihara, bukan tidak mungkin surat pemecatan dilayangkan pada Anda. Separah itukah? Simak artikel
tipsanda berikut ini :
1. Membuat Orang Lain Menunggu. Tak ada orang yang suka menunggu. Termasuk Anda bukan? Membuat orang lain menunggu artinya menempatkan dia ke dalam ketidakpastian. Membuat si penunggu kesal, tak jarangmenyumpah serapah dalam hati. Dalam keseharian kerja, tak sadar Anda seringkali melakukannya. Datang terlambat pada rapat dengan alas an macet, sehingga pimpinan rapat terpaksa mengulang pembahasan khusus untuk Anda. Atau menunda pertemua tanpa pemberitahuan. Menunda menyelesaikan pekerjaan, sehingga unit bisnis lain terpaksa menunda agenda kerjanya karena belum ada masukan dari Anda. Kebiasaan-kebiasaan ini bisa mengurangi kredibilitas. Anda bisa dianggap sok penting, tidak menghargai waktu orang lain atau memang tidak bisa mengatur waktu.
2. Pelupa. Sifat lupa memang sangat manusiawi. Tapi bila terlalu sering lupa, atau berlindung pada lasan lupa untuk suatu kekeliruan, tentulah mengesalkan. Sekali lupa menyampaikan pesan telepon, misalnya, Anda masih bisa dimaafkan. Tapi bila tiap kali dilakukan, Anda bisa dianggap tidak bisa memegang amanat. Iya kalau hanya telepon dari pacar seorang teman. Bila pesan yang harus Anda sampaikan berkaitan dengan pekerjaan atau hidup mati perusahaan? Apalagi bila kadar lupa Anda sudah keterlaluan. Misalnya lupa
deadline, lupa agenda rapat, atau lupa janji dengan klien. Hari gini, alasan lupa sebenarnya sudah sangat basi. Ada banyak terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, entah dengan memo, memasang reminder di ponsel atau kalau perlu minul pil anti lupa!
3. Suka menggerutu. Sebentar-sebentar ngomel danmenggerutu. Ada tambahan tugas sedikit saja, gerutuan Anda terdengar samapi ke ujung meja yang paling ujung. Pekerjaan dikembalikan karena perlu direvisi, ngomelnya bisa panjang kali lebar samadengan luas! Mungkin saja gerutuan Anda tidak sampai di telinga orang lain yang Anda gerutu. Tapi tak ada orang lain yang suka melihat orang doyan menggerutu bukan? Apalagi ditambah muka cemberut dan ditekuk plus entakan kaki. Sikap suka menggerutu menggambarkan pandangan yang negative, pesimis, sinis dan merasa dirinya selalu benar. Orang seperti ini tidak akan dianggap sebagai rekan kerja yang menyenangkan karena menebarkan aura negative dan sulit untuk diperhitungkan naik jabatan.
4. Terlalu Perhitungan. Segala sesuatu dilihat dari untung rugi. Ada sebuah dalil ekonomi yang dihapa luar biasa, bunyinya,
“bagaimana mendapatkan keuntungan sebesar besarnya dengan modal sekecil-kecilnya.” Jadi apapun tindakannya, selalu diukur dengan neraca laba. Dia akan merasa sangat dirugikan bila terpaksa pulang sepuluh menit saja lebih lambat dari waktu yang seharusnya (sebaliknya tidak mersa merugikan perusahaan bisa datang terlambat setengah jam, misalnya). Dia akan merasa dizalimi ketika atasan membuatnya terlambat makan siang untuk sebuah tugas yang urgent. Atau sulit dimintai bantuan oleh rekan kerja. Dia lupa bahwa untuk memancing paus, diperlukan ikan kakap, bukan ikan kecil apalagi cacing.
5. Suka Menggemparkan. “Hidup ini sudah sulit, jadi jangan dibikin makin sulit. Tidak perlu teralu serius, santai saja.” Kalimat model ini sangat akrab di telinga Anda. Biasanya sih keluar dari orang-orang yang
easy going. Tak ada yang salah dengan bersikap rileks menghadapi persoalan. Tapi menjadi tidak asik bila Anda terjebak dalam kebiasaan ‘suka menggemparkan’. Bayangkan bila Anda seorang atasan dan ketika Anda menanyakan perkembangan klien yang sedang diprospek pada bawahan, dan dia menjawab,
“gampang pak, pasti tembus deh!” Dan ternyata kenyataan di lapangan berbicara lain. Atau setiap kali Anda dengan gampangnya Anda berjanji untuk sesuatu yang ternyata sulit untuk dipenuhi. Kalau sudah begitu jangan marah kalau Anda mendapat julukan si Omdo alias tukang omong doang.
6. Unorganized. Anda memang tidak perlu menjadi Bibi Titi Teliti. Atau si
well Organized si sekretaris direksi itu. Tak ada ruginya memelihara kebiasaan baik ini. Mulai dari yang kecil-kecil saja, misalnya system filing, kerapian menata berkas, atau hal yang paling sederhana seperti menata meja kursi. Bila terbiasa
well organized, Anda bisa menghemat banyak waktu dan tenaga. Tak perlu kelimpungan bila bos tiba-tiba meminta file yang sudah lewat, misalnya. Pekerjaan bisa lebih lancar dan Anda pun bakal terlihat professional.
7. ‘Autis’. So much works, too little time. So, sejak datang hingga waktu pulang, tubuh Anda sepertinya begitu menyatu di kursi kerja. Masih ditambah dengan earphone, muka kencang, dan sinyal-sinyal tak ingin diganggu. Saking seringnya terlihat dalam kondisi begitu, julukan ‘autis’ pun dihadiahkan pada Anda. Prinsip Anda, saya tidak pernah memusingkan orang lain, jadi kenapa orang lain harus memusingkan saya? Memang tidak ada salahnya asyik sendiri. Anda juga tidak disarankan untuk terlalu terlibat dan menghabiskan waktu untuk bersosialisasi dari meja ke meja untuk gossip tidak bermutu tersebut. Tapi ya jangan terlalu mengasingkan diri. Sebagai bagian dari sebuah tim (baca

erusahaan) bersosialisasi tetap diperlukan. Anda perlu mempertegas kehadiran. Jangan sampai nasib Anda antara ada dan tiada. Artinya, ada atau tidak ada, tidak ada bedanya alias tak ada yang peduli dengan kehadiran Anda.
♪Sumber ♫