Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Chit & Chat > Curhat

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 15th June 2010
cack's Avatar
cack cack is offline
Ceriwiser
 
Join Date: May 2010
Location: di depan layar monitor !
Posts: 782
Rep Power: 19
cack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalaman
Default Sebuah Prasangka

Diceritakan disebuah negeri antah berantah, seorang pelayan raja tampak gelisah. Ia gundah dan bingung, kenapa raja tidak adil. Hampir tiap hari secara bergantian pelayan-pelayan lain mendapat hadiah. Mulai dari kalung, cincin, gelang, koin emas sampai barang-barang antik. Sedangkan dirinya tak mendapat apa-apa.
Beberapa bulan berlalu, hampir sebagian pelayan berubah menjadi kaya. Ada yang membiasakan memakai perhiasan dan ada juga yang berpakaian mewah. Hampir tak seorang pun datang ke istana berjalan kaki, semua berkendaraan dengan kuda bahkan lengkap dengan kereta dan kusirnya. Pelayan yang biasanya betah berlama-lama di istana kini mulai pulang cepat, bahkan datangpun tak sepagi biasanya, mereka mulai sibuk dengan urusannya masing-masing.
Hanya satu pelayan yang masih miskin. Dan anehnya tidak ada penjelasan sama sekali dari raja. Kenapa beliau begitu tega justru kepada pelayannya yang begitu setia. Hingga suatu hari kegelisahan pun tak terbendung �Rajaku yang terhormat!� ucap pelayan tersebut sambil bersimpuh. Sang Raja pun menyimak. �Saya mau undur diri.� Sambungnya tanpa ragu. Tapi ia tak berani menatap wajah sang raja. Ia mengira sang raja akan marah dan menghukumnya. Lama ia tunggu.
�Mengapa kamu ingin undur diri, pelayanku?� Tanya sang raja kemudian. Si pelayan miskin itu diam membisu, pertarungan antara takut dan terus terang berkecamuk. Namun kapan lagi ia bisa mengungkapkan isi hatinya. �Maafkan saya, raja. Menurut saya raja sudah tidak adil!� jelas si pelayan. Ia pun pasrah menanti titah baginda raja.
Lama si pelayan menunggu, tapi tak sepatah kata pun keluar dari mulut raja. Pelan si pelayan memberanikan diri untuk mendongak, dan ia pun terkejut. Ternyata, raja menangis, air matanya menitik.
Beberapa hari setelah itu, raja dikabarkan wafat. Seorang kurir istana menyampaikan surat kepada pelayan miskin. Dengan penasaran ia mulai membaca surat tersebut. �Aku sayang kamu pelayanku, Aku selalu ingin dekat denganmu. Tapi, kalau kau terjemahkan cintaku dalam bentuk benda, kuserahkan separuh istanaku untukmu. Ambillah. Itulah wujud sebagiankecil sayangku atas kesetiaan dan ketaatanmu.�
****
Warna-warni kehidupan amatlah beragam, ada susah ada senang. Ada tawa, ada tangis. Ada suasana mudah. Dan tak jarang sulit.
Sayangnya, tak semua kita bisa meluruskan prasangka, ada gundah disitu. Kenapa kesetiaan yang selama ini tercurah, siang dan malam; tak pernah membuahkan bahagia. Kenapa yang setia dan taat pada sang �Raja�, tak dapat apa pun. Sementara yang main-main bisa begitu kaya.
Karena itu, kenapa tidak kita coba untuk sesekali menatap �wajah�Nya. Pandangi cinta-Nya dalam keharmonisan alam raya yang tak pernah jenuh melayani manusia, menghantarkan si pelayan setia kepada hidup yang kelak lebih bahagia. Pandanglah, insya Allah kita akan mendapat jawaban kalau �Raja� begitu saying pada kita.
Posting ini disari dari : Majalah Saksi sebagai rangkaian muhasabah diri. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
Wallahu�alam bishowab

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 02:51 PM.


no new posts