
13th February 2011
|
 |
Member Aktif
|
|
Join Date: Dec 2010
Posts: 221
Rep Power: 0
|
|
Mubarak: Jika Perlu, Saya Dibunuh di Sini
Hosni Mubarak. AP/Manish Swarup
TEMPO Interaktif, Kairo - Sejumlah spekulasi berkembang tentang keberadaan bekas Presiden Mesir Husni Mubarak setelah mundur pada Jumat malam lalu. Reuters melaporkan, Mubarak dan keluarganya meninggalkan Kairo menuju Sharm el-Sheikh sejam sebelum pengunduran dirinya diumumkan. Tapi apakah ia masih di sana atau sudah terbang ke luar negeri?
Juru bicara Partai Demokratik Nasional, yang didirikan Mubarak, Mohammed Abdellah, mengatakan mantan pemimpin Mesir berusia 82 tahun itu masih di Sharm el-Sheikh. Tapi seorang pengusaha yang memiliki hubungan dekat dengan Mubarak mengungkapkan, ia telah terbang ke Dubai, Uni Emirat Arab.
Sharm el-Seikh merupakan kawasan mewah yang terletak di pinggir Laut Merah di ujung selatan semenanjung Sinai, 350 kilometer dari Kairo. Kota ini sering disebut �Kota Damai� karena sering dijadikan tempat berlangsungnya konferensi perdamaian internasional. Selain penuh hotel mewah, tempat ini surga bagi penyelam, penggemar hiburan malam, dan penjudi.
Mubarak rutin berkunjung ke kota peristirahatan ini. Dia dilaporkan memiliki sejumlah vila dan istana. Dia juga sering menjamu tamu negara di vilanya, di tepi lapangan golf di Movenpick, resor yang menghadap Teluk Aqaba.
Kota lain yang mungkin menjadi tujuan Mubarak adalah London. Ia punya rumah mewah tipe Georgian enam lantai di Knightsbride, London. Suzanne, istrinya; dan Gamal Mubarak, anaknya, sudah lebih dulu berada di London. Laporan lain menyebutkan, Mubarak akan terbang ke Jerman dengan alasan menjalani perawatan kesehatan.
Mubarak memang punya pilihan tinggal di banyak negara. Selain Inggris, Jerman, Uni Emirat Arab, ada lagi Arab Saudi, Israel, dan Montenegro. Di Israel, Mubarak akan disebut pahlawan dan menikmati perlindungan dinas rahasia Mossad.
Adapun di Montenegro, Gamal Mubarak dilaporkan memiliki perusahaan telekomunikasi dan pariwisata serta kompleks gedung perkantoran mewah di semenanjung Lustica di negara itu. Negara ini juga menjadi tempat tinggal bekas perdana menteri Thailand, Thaksin Shinawatra.
Tapi, sehari sebelum mundur, Mubarak menelepon sahabatnya, petinggi Partai Buruh Israel, Benjamin Ben-Eliezer, mengatakan, �Saya tak akan lari. Jika perlu, saya dibunuh di sini.�
WASHINGTON POST | NEW YORK POST | USA TODAY | THE DAILY BEAST | HAARETZ | SUNARIAH
|