Tim Evakuasi Sukhoi Berjalan 8 Jam Tanpa Makan dan Minum

[ps3black]

Mata Eko Sulistio mendadak berkaca-kaca ketika mengingat perjalanan tim sukarelawan Cidahu 37 dari puncak satu Gunung Salak ke posko daerah Cijeruk. Jumat 11 Mei 2012 kemarin, 16 anggota tim relawan berjalan kaki delapan jam menuruni puncak gunung salak hingga ke posko Cijeruk.



�Kami makan dan minum apa yang ada di jalan. Minum dari kubangan, pelepah pisang dan rambutan,� kata Eko saat ditemui di Jakarta, Ahad 13 Mei 2012 sore.



Tim Cidahu 37 termasuk dalam kelompok pembuat jalur evakuasi. Bersama dengan tim dari Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) Marinir, Pasukan Katak Komando Pasukan Khusus (Kopassus), mereka membuka jalur evakuasi di tebing yang curam 85 derajat. Mereka menanam pancang dan mengikat tali di sekujur tebing agar jenazah korban petaka Sukhoi bisa dievakuasi.



Perjalanan tim dimulai Kamis 3 Mei 2012 dini hari, selang beberapa jam setelah pesawat Sukhoi Superjet 100 asal Rusia dikabarkan hilang di daerah Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat. Eko yang berangkat dari Jakarta berkumpul bersama para pendaki yang berdomisili di Cidahu. Ada 37 orang yang terkumpul, termasuk Eko. �Mereka adalah pendaki-pendaki yang tinggal di Gunung Salak. Sangat menguasai Medan,� kata Eko.



Saat itu juga mereka berangkat sebagai sukarelawan mendaki Gunung Salak, mencari Sukhoi yang belum diketahui keberadaanya. Di tengah perjalanan mereka bergabung dengan tim lain. Ada dari Badan Search And Rescue Nasional (Basarnas), Lintas Udara, tim Pelita Air Service, tentara, Brigade Mobil, dan lain-lain.



Dari posko Cijeruk, Kamis sekitar pukul 10 pagi, masing-masing tim berpencar mencari lokasi jatuhnya Sukhoi. Tim relawan bergerak menuju puncak tiga Gunung Salak. �Dari informasi yang kami dengar di radio menyebut lokasi pesawat bisa dilihat dari puncak tiga,� kata Eko.



Dan benar, pada Kamis sore ketika tim evakuasi tiba di puncak tiga tebing tempat Sukhoi tertabrak tampak. Saat itu pula tim evakuasi sadar mereka menghadapi medan yang ekstrem. Tebing terjal yang tingginya lebih dari 500 meter. Itulah puncak Salak Satu.



�Setelah lihat medan terjal, sebagian tim evakuasi turun ke posko,� kata Eko. Sementara tim Cidahu melanjutkan perjalanan ke puncak Salak Satu. Pada Jumat 18 Mei 2012 pagi, dari puncak salak tiga tim melanjutkan perjalanan ke lokasi Sukhoi di puncak Salak Satu. Setibanya di Salak Satu tim relawan bertemu dengan pasukan Kopassus dan Yontaifib Marinir. �Mereka yang pertama tiba di sana,� kata Eko.



Tapi Marinir dan Kopassus belum turun ke lembah tempat puing Sukhoi dan jenazah berada. Mereka tak bawa alat turun tebing. �Kami lalu berdiskusi,� kata Eko. Tim yang berada di puncak kemudian memutuskan membuka jalur dan menuruni tebing. Tapi ada masalah, tali untuk menuruni tebing kurang. Tim evakuasi kemudian mencari ke sana kemari hingga akhirnya dapat tali dengan total panjang 500 meter.



Siang itu, Jumat pukul 12.00, sukarelawan dan tentara berhasil membuka jalur evakuasi korban Sukhoi. Di tebing yang curam mereka menemukan jenazah korban beserta puing Sukhoi berserakan. Tim akhirnya mengangkat empat kantong jenazah dari tebing ke puncak. Badan korban berada dalam kondisi mengenaskan.



Jumat sore sekitar pukul 18.00, tim perintis jalur memutuskan menghentikan evakuasi dan kembali ke posko, sementara Yontaifib, Basarnas, dan Kopassus tetap di puncak. Dalam keadaan logistik habis, tanpa makanan dan minuman, sukarelawan berjalan kaki delapan jam ke posko Cijeruk.



sumber:http://www.jurnaldunia.com/2012/05/t...lan-8-jam.html