FAQ |
Calendar |
![]() |
|
News Semua berita yg terjadi di dunia internasional ataupun lokal diupdate disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Ilustrasi ditangkap (AFP) Jakarta - Sebanyak 36 Warga Negara Asing (WNA) asal Taiwan dibekuk oleh anggota Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditkrimum) Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Polda Metro Jaya (PMJ), Kamis (20/8) siang di sebuah kawasan komplek rumah mewah yang terletak di Jalan Parang Teritis IV Nomor 20, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Penggrebekan yang dilaksanakan pada Pukul 13.30 WIB tersebut sempat membuat kaget para penghuni rumah sekitar yang lokasinya selangkah dari kawasan wisata Ancol Taman Impian itu dan mereka nampak berkerumun dan saling berbisik satu sama lain disekitar lokasi rumah yang digrebek itu. "Mereka ini diduga melakukan tindak penipuan di negara asalnya namun melakukan aksinya di Indonesia agar tidak terlacak oleh penegak hukum di negaranya," ujar salah satu anggota Ditrkimum, Kamis (20/8) sore sesaat melakukan penggrebekan di rumah megah berlantai dua itu. Sebanyak 36 WNA yang terdiri dari 34 WNA asal Taiwan dan 2 WNA asal Tiongkok itu saat digrebek sedang dalam posisi melakukan aktifitas penipuannya yang pada umumnya menggunakan komputer, laptop, dan line telefon, serta card reader untuk menjalankan aksinya. Diketahui 36 WNA itu terdiri dari 29 orang laki-laki dan 7 orang perempuan dan para WNA tersebut sudah menempati rumah yang disewakan oleh pemiliknya selama kurun waktu tiga bulan terakhir. "Mereka melakukan penipuan dengan modus berpura-pura sebagai operator bank nasabah korban, dan meminta korban untuk memvalidasi sebuah transaksi yang ternyata fiktif sehingga mereka bisa meng-hack rekening korban," tambahnya. Sementara itu, salah satu warga yang sedang berkerumun tidak mengira bahwa tetangga baru mereka adalah pelaku penipuan carding. "Memang mereka jarang keluar rumah, kalaupun keluar paling hanya beberapa kali dengan mobil dan tak lama kembali lagi, gak tahu juga apa mereka sudah lapor ke pengurus RT," kata warga yang tidak ingin disebut identitasnya itu. Menurut hasil pengamatan SP di lapangan, rumah berlantai dua tersebut nampak acak-acakan dan dipenuhi dengan bilik-bilik telefon tempat para WNA melakukan aksi penipuannya. Selain itu saat hendak diwawancara, tidak ada satu orangpun dari WNA tersebut yang mau berbicara sepatah katapun (dengan alasan tidak bisa berbahasa Inggris) dan hanya merunduk saat akan difoto dan direkam oleh kamera para jurnalis. |
![]() |
|
|