FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() Empat tipe manusia Didalam pengertian Dhamma, guru agung kita juga pernah menjelaskan bahwa terdapat 4 tipe manusia : (1) manussa-tiracchano. Manusia yang mempunyai mental binatang. Apakah mental yang seperti binatang itu? Dia tidak bisa membedakan yang baik dan yang buruk, perilaku yang berguna dan yang tidak berguna, moralitas tidak menjadi pertimbangan, etika tidak dijalankan. Bila saudara membaca koran, ada berita rel kereta api yang dipotong. Apakah dia manusia yang sesungguhnya? Jangan-jangan dia adalah manussa-tiracchano - manusia yang bermental binatang. Apakah dia tidak bisa membayangkan bagaimana nanti apabila kereta api lewat, orang-orang dapat meninggal akibat perbuatannya termasuk wanita dan anak-anak. Dia tidak berpikir, dia seperti binatang. Dia tidak bisa lagi membedakan anak dan orang tua setelah emosinya meledak. Yah kadang-kadang kita juga menjadi manusia tiracchano, walau hanya beberapa saat saja. Meskipun tidak terus-menerus. Oleh karena itu kita harus terus mewaspadai sikap dan pikiran kita. (2) manussa-peto. Peto/peta artinya setan yang selalu lapar,yang tidak pernah kenyang, tidak pernah merasa puas, tetapi menderita karena keinginannya tidak pernah terpenuhi. Kalau manusia yang bermental hewan itu lebih menonjol mohanya, kebodohan batin yang tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar; maka manussapeto adalah manusia yang dikuasai keserakahan luar biasa. Mengapa rel kereta api itu dipotong? Yah, kalau ada ya saya potong. Dulu yang dicuri itu bantalan, sekarang tidak hanya bantalan tapi rel juga dipotong. Semua dilakukan hanya karena uang. Meski dia butuh sekali dia tidak peduli korban yang akan terjadi. Sekarang banyak bahkan di antara saudara-saudara kita yang hanya mau bergerak bila ada uang, beragama juga rajin kalau ada uang atau ada manfaat yang kita dapat seperti dikenal, terpandang, bisa menonjol di antara yang lain. Tapi kalau kita tidak dikenal, dipandang, maka kita menjadi malas. Materi, pujian, dikenal menjadi motivasi. Apakah begitu saudara? Inilah yang menjadi keprihatinan hampir seluruh pemuka agama. Sekarang yang sudah berani menodong adalah anak SMP yang menodong anak SD. Sakunya diminta. Kalau tidak diberi akan dipukul. Coba saudara, kalau anak SMP saja sudah berani merampok, lalu bagaimana moralitas bangsa ini. Dan terlebih lagi si penodong itu mengajak temannya. Bila temannya tidak mau ikut maka akan dipukuli. Suatu hari mereka tertangkap, dan temannya yang diajak ini yang menjadi korban bulan-bulanan massa. 'Lho kamu kok mau ikut? Lha kalau nggak ikut nanti dipukuli sama dia'. Ini bukan cerita karangan. Saya mendengar cerita ini dari orang. Anaknya ini diajak oleh teman-temannya merampok anak SD. Temannya itu - Godfather-nya itu, apakah manusia? Manusia sih manusia, tapi manusia peto. Mengapa dia melakukan hal itu? Jawabannya uang. Apakah mereka ini tidak beragama? Oh beragama. Tapi mungkin yang diajarkan hanya cara sembahyang aja, tapi lupa diajarkan cara untuk berbuat baik. Parittanya mungkin benar tapi berbuat baiknya tidak. Banyak kasus bila kita berbicara mengenai manusia peto. Saya menulis banyak kasus. Apakah sekarang ini sudah banyak masusia peto?Manusia ya fisiknya manusia. Bila difoto dengan sinar ultra atau infrared ya terlihat sebagai manusia. Ternyata memiliki fisik manusia. Dengan foto kita tidak bisa memotret mental kita - keserakahan kita, bahkan termasuk oleh agama. (3) Jenis manusia yang ketiga adalah manussa-manusso -manusia yang benar-benar manusia. Apakah yang menjadi ukuran bagi kita untuk disebut sebagai manussa-manusso? Apakah yang menjadi atribut mental atau tanda-tanda mental yang tecermin dalam perilaku yang menunjukkan bahwa seseorang adalah manusia manusso - manusia yang wajar. Manusia yang manusia adalah manusia yang tidak kenal membunuh, tidak kenal mencuri, membatasi hawa nafsunya, membatasi pembicaraan pada hal-hal yang baik dan berguna, serta tidak bermabuk-mabukan. Lima latihan berperilaku yang baik yang di dalam buddhis disebut pancasila . Itulah yang membuat manusia layak disebut sebagai manusia. Memegang kelima sila ini sebagai latihan: jangan membunuh, jangan mencuri, jangan berbuat asusila,jangan berkata yang tidak benar, dan jangan bermabuk-mabukan adalah hal yang baik. Meskipun di agama lain tidak disebut pancasila, tetapi lima moralitas itu tetap diajarkan. Di buddhis dinamakan pancasila. Apa arti kata sila? Arti harafiah pancasila adalah wajar. Orang yang mempunyai sila berarti adalah orang yang wajar.Orang yang tidak bersila adalah orang yang tidak wajar (baca:bukan manusia). Mungkin orang yang bermental setan atau orang yang bermental binatang. Dirinya tidak ingin diganggu apalagi dibunuh. Kalau dia membunuh seenaknya dia bukan orang yang bersila, dia tidak mempunyai sila. Dirinya membutuhkan barang-barang untuk mendukung hidupnya, tidak ingin barang-barang miliknya diambil orang lain atau dicuri. Kalau dia sendiri mau mencuri maka berarti dia tidak bersila, dia tidak wajar. Hawa nafsu memang menimbulkan kemelekatan, ketagihan, tetapi dhamma mengajarkan bahwa raga - makan, minum, seks, dan lain sebagainya, bila dibatasi akan memberikan manfaat. Tidak dibiarkan larut begitu saja. Jadi bila saudara punya pasangan ya puaslah dengan pasangan anda itu.Berbeda dengan pasangannya akan menjadi tidak karuan. Memiliki pasangan tapi tidak sah juga akan menimbulkan masalah. Dan jika pasangannya dibegitukan oleh orang lain, maka dia akan merasa tidak senang. 'Oh saya setia kok bhante - setia selingkuh'. Fenomena itu memang ada tapi masyarakat akan menjauhinya. Tidak hanya hukum karma yang berjalan, tapi hukum sosial- hukum masyarakat juga dijalankan. Kita tidak ingin dibohongi, maka kalau kita membohongi, kita tidak wajar. Demikian juga untuk mabuk-mabukan. Tetapi sila tidak hanya itu. Secara umum sila adalah upaya untuk tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat asusila, tidak berbohong, dan tidak bermabuk-mabukan. Namun ada carita sila. Carita sila itu sendiri bersifat kewajiban. Apakah kewajiban anak terhadap orang tua? Walau orang tua telah meninggal kita juga masih bisa melakukan kewajiban. Berbuat baik dan persembahkanlah perbuatan baik kita kepada orang tua yang sudah meninggal. Lakukan patidana. Apa kewajiban bhikkhu terhadap umat? Kewajiban bhikkhu adalah mengajarkan hal-hal yang baik agar umat tidak akan berbuat yang buruk. Sebaliknya apa kewajiban umat terhadap bhikkhu? Kewajiban umat kalau saudara sudah cocok dan berkomitmen menjadi umat Buddha, maka saudara punya kewajiban membantu kebutuhan sehari-hari bhikkhu - tempat tinggal, pakaian, makanan, obat-obatan. Sila seperti itulah carita sila - sila yang berbentuk kewajiban untuk dilakukan. Pancasila seperti yang kita kenal adalah Varitta sila. Varitta sila adalah norma yang mengajarkan kita untuk tidak melakukan perbuatan jahat. Tetapi sila yang mengharuskan anda melakukan sesuatu disebut carita sila.Marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk tidak melakukan hal yang buruk dan melakukan kewajibankewajiban kita. Apalagi sekarang - histeria, iklim, anomali musim, musim yang kering, yang tidak menentu; apakah itu semua bencana alam? Ini semua terjadi akibat ulah kita. Kita semua memberikan sumbangsih. Panas bumi naik, tanah longsor, setiap sepuluh tahun, panas bumi naik 0,50. Jadi diperkirakan 25 tahun kemudian bila kita tidak berhati-hati maka panas bumi ini akan naik 30. Saudara jangan menganggap enteng 30. Panas badan saudara berapa? 370. Bila ditambah 3 derajat, waduh semaput anda saudara, sudah tidak ingat pacar, sudah tidak ingat kewajiban, pingsan. Sumber-sumber air mengering. Saya pernah mengundang pakar lingkungan dari UGM pada saat ulang tahun Vihara Dhammasundara. Beliau mengatakan tahun 1976di Jogja terdapat sumber mata air 100 lebih, ironisnya 30 tahun kemudian sumber air di Jogja tersisa 2. Dan kalau gunung Merapi meletus, maka sumber mata air ini akan lenyap. Di abad 21 negara-negara tidak akan berperang hanya memperebutkan energi minyak, tetapi juga akan memperebutkan air. Setiap tahun ada 300.000 orang meninggal dunia karena persoalan air bersih. Jadi sebetulnya setiap tahun terjadi tsunami. Kalau Jakarta banjir selama 2-3 hari, apa yang dikeluhkan oleh mereka? Jawabannya air bersih. Ironisnya air ada dimana-mana, tapi mereka tidak bisa minum karena tidak tersedia air bersih. Jadilah manusia yang wajar, yang konsen, yang peduli terhadap penderitaan dunia sekarang. Tahun ini mulai terasa histeria musim, anomali iklim, panas bumi naik,iklim tidak menentu, terjadi gelombang, banjir, badai, apa yang bisa kita lakukan? Banyak hal yang bisa kita lakukan bila kita mau melakukannya. Tapi kita tidak bisa melakukan apa-apa bila kita tidak memulainya. Hemat listrik pada saat tidak dipakai, matikanlah. Hemat AC, hemat air. Nanti kalau malam TV sampai menayangkan sinetronnya - sinetron semut; semalaman tidak dimatikan. Apakah baik untuk anda, untuk orang lain, untuk kepentingan banyak orang? Nanti membuang sampah seenaknya. Daerah yang tidak biasa banjir menjadi banjir. Tahun lalu saya baca koran. Gondomanan yang tidak biasa banjir, banjir. Pemerintah diprotes. Lha itu yang buang sampah anda sendiri kok, anda kebanjiran kemudian mengamuk. Itukan dari gelap menuju gelap. Menderita banjir itu gelap, tapi solusinya juga gelap.Solusinya adalah mengamuk, protes, marah-marah. Tidak mau berpikir apa sebabnya. Mengetahui sebab adalah salah satu hal yang bijak. Semua bisa kita lakukan dimulai dari diri kita sendiri. Korupsi dimana-mana - biar. Kalau kita tidak bisa ikut memperbaiki orang lain - biar, asal saya tidak. Dan itu pilihan kita satu-satunya saat ini. Kita ingin mengajak orang lain untuk mengerti dan melakukan hal-hal yang baik dengan berbagai macam cara. Saya sebagai seorang bhikkhu kemana-mana dan melakukan diskusi lintas agama - berhasil atau tidak bhante? Semoga. Kalau tidak berhasil - biar, tapi yang jelas saya tidak melakukan hal-hal yang buruk. Satu-satunya pilihan kita sekarang adalah biar yang lain, tapi saya tidak akan melakukan hal-hal tercela. Bila tidak demikian, mana yang mau anda pilih? (4) Jenis manusia yang keempat adalah manusia dewa, manussadevo - manusia tetapi seperti dewa. Seperti apakah bhante manusia dewa itu? Dia adalah manusia yang mempunyai hiri dan ottapa, malu untuk berbuat buruk terhadap orang lain, terhadap anaknya, terhadap suaminya. Manusia yang wajar pun tidak termasuk kriteria manusia dewa bila tidak memiliki sikap hiri-ottapa. Tidak hanya perilakunya yang baik, memegang moral-etika, tetapi juga pikirannya baik. Dia malu pada perbuatan jahat dan takut pada akibat perbuatan jahat itu. Jadi meskipun ada kesempatan namun dia tidak akan melakukan perbuatan buruk. Ada suatu formula: T = K + N. Tindakan terjadi bila ada Kesempatan dan Niat. Kalau keduanya ada kesempatan dan niat, maka terjadilah kriminal. Nah, manusia dewa ini meskipun ada kesempatan, namun memiliki hati seperti dewa dan dia tidak akan menyolong. Bukannya tidak berbuat jahat karena tidak ada kesempatan, niat pun tidak ada. Niat baik itu bersumber dari hiri dan ottapa. Moralitas lain dari seseorang yang disebut manusia dewa adalah brahma vihara. keempat brahmavihara ini, jangan diajarkan Kesunyataan Mulia. Ajarkanlah metta, karuna, mudita, dan upekkha -menganggap semuanya sebagai sahabat. Yang tidak dikenal pun dianggap sebagai sahabat. Metta itu sama dengan maitri. Maitri diadopsi sebagai kata mitra (sahabat). Menganggap mereka yang tidak dikenal, yang di luar, bahkan binatang-binatang pun sebagai sahabat. Menganggap semua makhluk sebagai sahabat. Musuh-musuh kita pun juga sahabat kita - sahabat yang sedang sinting, yang sedang sakit. Kalau sahabat kita sedang sakit, maka timbullah karuna. Begitu metta bertambah kental, maka rasa kasihan pun bertambah. Begitu mettanya bertambah, menganggap semuanya sebagai sahabat dengan sungguh-sungguh, meskipun dia tidak bisa menolong paling tidak dia akan merasa aduh ..., maka karuna otomatis akan bertambah. Kalau sahabat kita maju, mudita kita bertambah. Ikut senang, ikut bergembira. Tidak iri, tidak memfitnah. Kalau sudah menolong, membantu tapi tidak tertolong, dan kita tidak hanyut pada penderitaan, maka timbullah upekkha. Kalau saudara sekalian mempunyai metta, karuna, mudita, dan upekkha, maka berarti hati anda, mental anda adalah mental dewa. Manusia memang bisa capek, lelah, tetapi mentalnya mental dewa. Setidak-tidaknya malu berbuat jahat dan takut menerima akibat perbuatan jahat itu. Jadi meskipun lahir sebagai manusia, besar sebagai manusia, belum tentu seseorang akan disebut sebagai manusia dewa. |
![]() |
|
|