|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Agan-agan, biarpun ini masalah teologis...Tapi ngak usah dibuat susah dan jelimet dulu. Buat santai dan renyah aja. Coba bawa kembali ingatan agan-aganwati sewaktu masih kecil dulu. Bagaimana bayangan dan imajinasi kalian sewaktu mendengar istilah Tuhan dan sejenisnya (Seperti Allah, Gusti Pengeran, Sang Hyang Widhi, Yehova, Yesus, dsb). Apa yang terbersit dalam imajinasi agan-aganwati sekalian? ![]() ![]() Ane sengaja mengajukan pertanyaan ini untuk berbagi pengalaman keagamaan kita dan mencoba mengajak agan-aganwati sekalian untuk mengamati kembali bagaimana perkembangan dan evolusi pemahaman kita tentang sosok Tuhan. Kalaupun dinyatakan Tuhan tak bisa digambarkan dan dibayangkan, tetapi bagaimana pun juga, imaji seorang anak akan senantiasa berusaha dan selalu mencoba membayangkan setiap konsep dan obyek dengan segala keterbatasan imaji dan pengetahuannya. Pertanyaan ini saya ajukan untuk siapa saja, apapun latar belakang keyakinan dan agamanya. Baik yang sekarang masih beriman pada Tuhan ataupun sudah tidak meyakini-Nya lagi. Agan-aganwati nggak usah takut dicap kafir atau musyrik untuk menjawab pertanyaan ini. Karena yang kita lakukan tak lebih dari sekedar berusaha untuk jujur dengan diri sendiri dan mengungkapkan apa yang pernah kita rasakan tentang Tuhan dengan apa adanya, tanpa harus terikat oleh doktrin dan dogma yang kini memenuhi pikiran dan iman kita. ![]() Sebagai contoh saya awali saja dengan imaji saya sendiri tentang Tuhan sewaktu masih bocah dulu: Ingatan paling awal saya tentang gambaran Tuhan yang hingga kini masih membekas di kepala bermula dari usia sekitar 5 tahun. Kendati sudah samar-samar ingatan tersebut, namun yang jelas Tuhan di mata saya kala itu seperti sosok luar biasa yang misterius, tak jelas seperti apa bentuknya, namun selalu saya takuti dan di saat yang sama, saya harapkan pula. Lantaran saya tumbuh dalam kultur Islam, maka gambaran awal saya tentang Tuhan saat itu hanya berkutat pada lafal Allah dan tulisan arab dari Allah itu sendiri. Namun seperti apa detail tentang sosok Allah, tak pernah jelas terbayang dalam benak saya. Kebetulan waktu itu di ruang tengah rumah saya terpampang sepasang kaligrafi Allah dan Muhammad dalam bahasa Arab. Tulisan Allah dipasangkan dengan gambaran kabah berwarna hijau, sementara Muhammad disepadankan dengan kubah masjid Nabawi berwarna hijau juga lengkap dengan menaranya. Tapi tetap saja, gambar tersebut tak pernah bisa menjelaskan kepada saya mengenai apa dan bagaimana itu Allah. Namun begitu, perasaan saya saat itu selalu mendorong pikiran saya untuk menyatakan bahwa gambaran tentang Allah harus lebih tinggi dari pada Muhammad. Mungkin juga karena pengaruh posisi sepasang kaligrafi tadi yang tak pernah di pasang sejajar oleh orang tua saya. Posisi tulisan Allah selalu terpasang lebih tinggi dari tulisan Muhammad. ![]() Yang saya tahu, seperti kata orang-orang dewasa di sekitar saya, saya harus berdoa dan bersembahyang kepada-Nya. Saya juga harus takut kepada-Nya. Untuk sementara, ini saja dulu! Lantas bagaimana gambaran agan-aganwati sekalian tentang Tuhan sewaktu masih kecil dulu? ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|