Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 15th April 2016
WartegDarat's Avatar
WartegDarat
Member Aktif
 
Join Date: Apr 2016
Posts: 286
Rep Power: 10
WartegDarat mempunyai hidup yang Normal
Default [SHARING] Roller Coaster dalam berbisnis: Pengalaman Membangun, Jatuh, & Bangkit

Assalamualaikum wr wb



“What a wonderful day!”



Yes, every day is a new day, new hope, new opportunity, new energy, and new motivation.



Mudah-mudahan agan selalu merasakan “what a wonderful day” disetiap hari.



Saya tergerak untuk membuat thread ini karena melihat beberapa teman saya yang kerjanya sudah cukup ‘mapan’ (di perusahaan besar, bonafit, gaji tinggi, dan status social yang tinggi) eh ternyata kok mereka ‘ngebet banget’ jadi pengusaha.



“bro, ajarin gw jadi pengusaha donk”

“bro, gw ada ide untuk bikin usaha ininih, menurut pendapat lo gimana?”



Saya dengan senang hati berbagi pengalaman kepada mereka, dan sekarang, kepada agan-agan.



Mungkin kita sedikit flashback kemasa kuliah dulu, masa-masa idealis, masa-masa bandel dan tidak terlalu memikirkan masa depan, masa-masa kita merasa bebas dan benar-benar bisa memperjuangkan untuk menjadi diri sendiri. Ah, kini pun saya jadi rindu masa itu.


Spoiler for Masa Kuliah:
Saya memulai ‘petualangan’ bisnis saya di semester 2, kebetulan saya masuk di jurusan manajemen FEUI. Jiwa saya tergolak melihat banyak calon mahasiswa baru akan mengunjungi Bedah Kampus UI. saya memulainya dengan sangat sederhana, saya hari itu langsung ke ‘barel’, cari tukang buat pin. Setelah survey 3 tempat, akhirnya saya dapet tempat yang paling murah. 1 pin costnya sktr 500-1000.


Esoknya saya kerumah teman yg jago desain, minta ia mendesain untuk saya, costnya? Dia sudah cukup senang dengan makan gratis dan ongkos Rp 50.000. Saya pun produksi 100 buah dulu dan saya jual diharga 5000/pin. Waktu itu saya yakin akan tetep laku karena target pasar saya adalah anak2 SMA yang haus identitas, apalagi ada momen bedah kampus. Benar saja, Alhamdulillah pin saya laku keras.



Petualangan berlanjut, saya mulai berani untuk yang sedikit lebih ‘tinggi’. Saya produksi kaos. Kekuatan utamanya adalah desain yang unik dan rumit. Banyak konveksi yang tidak sanggup produksi karena kerumitannya. Akhirnya saya dapet konveksi di bandung. Apa saya keluar modal di awal? No, saya hanya jual desain.



Tapi kalau cuma saya sendiri yang jalan seperti jualan pin yang lalu, apa bisa

menghasilkan sesuatu yang BIG?. Saya akhirnya mengumpulkan perwakilan 2 teman saya di setiap fakultas dan membuat sistem keagenan semi MLM. In the end, hampir disetiap tempat umum di UI, insyaAllah ada minimal 1 orang yang pakai kaos produksi saya.



Semester 5 saya buka dengan percakapan:



“Pinjem uang 3 juta boleh ga pa?”



Yup, saya pinjam uang 3 juta ke ayah untuk modal membeli franchise “Tela Krezz” yang waktu itu sempat booming. Di gerobak franchise pertama yang berharga 6jt, saya join dengan salah seorang sahabat, saya 3jt dia 3jt. Semua berjalan lancar, dalam waktu kurang dari 7 bulan gerobak saya sudah ‘beranak’ jadi 4. Tapi bisnis memang tidak selalu mulus, dalam waktu 2 tahun selanjutnya, gerobak saya habis.






Spoiler for Real Process - after college:
2010, Pasca lulus skripsi, ayah bertanya:


“mau kerja dimana nanti?”



“ngga mau kerja ah, bisnis aja” jawab saya sekenanya.



“HAH? Kamu ini gimana sih? Udah susah-susah masuk UI kok malah ngga mau kerja! Cari dulu pengalaman!”



Singkat cerita, saya pun ‘nego’ dengan ayah, kalau dalam 2 tahun saya tidak bisa menghidupi diri sendiri, saya baru akan cari kerja.



Lalu, bisnis apa yang akan saya buat? Saya tidak punya modal, mau pinjam ayah kemungkinan besar tidak akan diberi karena dia lebih suka saya kerja.

Beberapa pertanyaan penting berputar dikepala:



“Skill saya apa?”



“Passion saya apa?”



“Teman-teman saya siapa saja?”



Akhirnya saya coba runut, saya lulusan manajemen, konsentrasi marketing, dan saya merasa cukup ahli dan kreatif dalam membuat strategi. Secara teori saya pun sudah menyerap cukup banyak ilmu. Saya jago negosiasi, saya bisa cepat akrab dan mengenal kepribadian orang, dan saya orang yang cepat belajar.



Apa passion saya? I love teaching. Saya sangat senang ketika melihat orang lain “mendapat pencerahan” “paham” dan “termotivasi” dengan apa yang saya sampaikan. Saya senang membuat orang lain lebih baik.



Lalu? Siapa orang-orang disekitar saya? Teman saya adalah anak-anak UI, kebanyakan anak ekonomi yang punya keahlian mirip dengan saya tapi dengan konsentrasi yang berbeda.



Kebetulan saat itu saya mendapat undangan test dari salah satu perusahaan konsultan bisnis asal Amerika yang terbesar di Indonesia.

Itu membuat saya berpikir, daripada saya bekerja keras menjadi konsultan bisnis yang ujungnya adalah membesarkan perusahaan asing, apa tidak lebih seru kalau saya sendiri membuat konsultan bisnis?



Saya sangat exited dengan ‘ide’ yang masih kasar itu. Saya pun mengasah ide tersebut agar lebih membumi. Saya akan membuat konsultan bisnis untuk usaha skala mikro, kecil, dan menengah. Di awal, saya akan konsen di skala mikro dan kecil. Alasannya?



1. Mereka tidak punya konsultan. Rata-rata konsultan hanya menyasar perusahaan menengah dan besar



2. Saya belum punya pengalaman, jadi saya harus start dari usaha yang business process-nya lebih simple dan tidak kompleks.



3. Mereka jauh lebih terjangkau dengan upaya marketing saya saat ini daripada perusahaan skala menengah dan besar.



Saya ajak teman saya untuk join, saya konsentrasi marketing, dia konsentrasi finance. Di hari pertama, saya buat logo dan iklan di KASKUS.

Yup, first promotion strategy saya adalah KASKUS.



Tidak sampai seminggu, ada 2 orang yang merespon. Salah seorang dari mereka adalah merk clothing yang saat ini sudah cukup terkenal di Jakarta dan dikalangan pecinta music. I will share about their case in another thread.





Well, 3 tahun berlalu dengan cukup cepat.


Saya Alhamdulillah baik-baik saja.



Beragam pengalaman ‘Gila’ sudah saya dapatkan di dunia konsultan bisnis. Dari mulai hampir tertipu dana 100M untuk project kapal tanker, membantu membangun perusahaan klien dari NOL hingga kini omzet ratusan juta/month, karyawan terbaik yang datang, pergi, hingga ‘insyaf’ dan datang lagi, merasakan zero deal hingga kini bisa dealing dengan perusahaan multinasional.



Alhamdulillah sudah banyak case dari beragam bidang usaha dari mulai property, pendidikan, jasa, manufaktur, online based business, logistic, fashion, otomotif, food & beverage, etc.



2 tahun lalu saya sempat terpikir untuk quit from this situation. Saat itu saya sudah ditinggal cukup banyak karyawan, puncaknya karyawan terbaik pun ‘dibajak’ oleh klien. Tapi Alhamdulillah kini saya bisa ‘menganakkan’ perusahaan hingga 5 company:



Consultant Company – bergerak dibidang management consultant, dari mulai ide bisnis, marketing plan (+riset marketing), financial plan, operation plan, dan business plan



Branding dan Designs – bergerak dibidang branding dan designs, dari mulai nama perusahaan/produk, desain logo, packaging, hingga design marketing tools



Social Media Agency – bergerak dibidang internet marketing, social media management, dan Public Relation, mulai dari pembuatan web, maintenance konten web, maintenance akun media social, kampanye di media social, hingga penggelaran konfrensi pers.



Ritel – bergerak dibidang online selling, menjual barang2 import china.



Edukasi– bergerak dibidang pendidikan, dari mulai bimbel hingga training bahasa asing.



Apa saya tambah pusing dengan banyaknya bidang usaha? Not really. Sistem sudah berjalan.



Well, inti dari sharing ini ada beberapa poin, kalau agan ingin memulai bisnis:



1. Mulailah melatih mental untuk ‘gagal’, kegagalan itu sangat diperlukan.



2. 3 poin penting dalam mendapatkan ide bisnis: Passion, Skill, dan Networking



3. Bangunlah sistem bisnis, atau agan akan terjebak dan tidak bisa berkembang



4. Masa kritis membangun bisnis rata-rata 2 tahun, lewat itu biasanya bisnis sudah bisa dikatakan stabil. Maka jangan heran kalau bank biasanya mensyaratkan bisnis harus sudah berjalan 2 tahun baru lebih mudah mendapat kredit.



5. Be creative, kalau agan merasa tidak creative, hire a creative man.



6. Jangan terlalu takut sama resiko, tapi jangan sampai tidak memikirkan resiko



7. Just do it. Jangan kebanyakan alesan.





Epilog 1:
Spoiler for epilog:

Statement ayah untuk adik saya yang sebentar lagi lulus kuliah:



“kamu jangan kerja, bisnis aja!”






Cerita Belum Usai! Kegagalan pun menghampiri..



Ups, ternyata perjalanan tidak berhenti sampai disana.



Roller coaster baru saja mulai,


Spoiler for Roller Coaster:
Ketenangan dan masa itu hanya bertahan sampai akhir tahun 2013 lalu saja.


Badai mulai datang



Partner sekaligus sahabat baik saya yang dulu pernah join lalu di bajak klien lalu join lagi untuk membangun anak perusahaan baru di bidang social media management ‘berkhianat’.



Perusahaan baru ini berkembang dengan baik, klien-klien baru banyak yang mempercayakan social media management mereka kepada kami.



Perusahaan kecil hingga perusahaan skala nasional pun sudah menjadi klien kami.



Namun ternyata persahabatan yang hampir 10 tahun dibina pun tidak cukup menghentikan badai. Ia mulai ‘main belakang’ dengan mengambil klien-klien yang kita sudah deal dan menjalankan kontrak bawah tangan. Pembayaran akhirnya ia pegang walaupun di surat perjanjian sudah jelas bahwa semua pembayaran harus masuk ke rekening perusahaan.



Skandal ini pun Alhamdulillah terbongkar, tapi semua sudah terlambat, ia sudah mempersiapkan semua agar posisi dia kuat. 1 perusahaan yang paling profit dan menyumbang 70% omset saya pun akhirnya harus lepas. Beberapa karyawan saya pun ikut dibawa.



Perusahaan saya guncang, dengan keadaan seperti ini jelas saya tidak mungkin menggaji sisa karyawan saya dan disaat bersamaan istri saya pun akan melahirkan anak pertama kami.



Tahun 2014 pun dibuka dengan sebuah kehilangan dan rasa sakit. Uang tidaklah menjadi alasan utama, tapi pengkhiatan ini jauh lebih menyakitkan dan meruntuhkan mental.



Persahabatan dan pengorbanan selama ini menjadi useless dan irrelevant. Saya hampir kehilangan kepercayaan kepada semua orang. Saya jadi mulai ragu akan sebuah nurani.



Saya dihadapkan sebuah pilihan:

1. Apakah saya harus berhenti di titik ini daripada saya harus menanggung kerugian lebih besar karena butuh waktu untuk membangun pendapatan kembali?



2. Apakah saya tetap nekat melanjutkan dan siap menanggung kerugian dulu hingga perusahaan kembali stabil?



Tapi sebenarnya yang membuat saya lebih galau adalah mengapa ini terjadi? Apakah ini musibah dan teguran kalau selama ini jalan saya bukan disini ataukah ini hanya ujian?



Malam itu saya sulit tidur.



“Honey, udah kamu jangan terlalu pikirin kejadian ini…. Mungkin ini memang jalannya… bukannya minggu lalu kamu pernah berdoa agar tahun 2014 besok bisnis kamu lebih lancar dan berkembang pesat?”



Saya tertegun mendengar nasihat istri saya. Memang betul minggu lalu saya sempat sholat tahajud dan berdoa seperti itu. Apa ini memang jawaban doa saya?



Saya tersenyum dan bahkan ingin tertawa mengapa saya tidak sadar akan hal itu? Saya jadi yakin memang inilah jalannya, pelajaran untuk saya secara mental dan system bisnis.



Saya tidak boleh berhenti disini. Saya akan terus melaju.



2104 saya buka dengan harapan dan semangat baru. Semangat ini pun tertular kepada karyawan saya yang sudah loyal. Mereka ikut terbakar semangatnya.



3 bulan berlalu dari kejadian itu, saya Alhamdulillah baik-baik saja.



Bayangan kerugian yang menghantuin pikiran pun tidak terjadi.



Ya, keajaiban kecil terjadi. Dalam 3 bulan saya sudah mendapatkan klien baru yang jauh lebih bonafit dan besar. Nilai kontraknya pun 3-5x lipat dari sebelumnya.



Tim saya sekarang sudah 11 orang dan bisa menggaji mereka lebih baik dari tahun lalu.



Anak saya pun Alhamdulillah tumbuh dengan sehat. Melihat wajahnya yang tenang saat tidur menyuntikkan semangat berkali-kali lipat untuk berbuat lebih baik.



Ah, entah saya harus marah atau malah harus berterima kasih kepada mantan sahabat saya itu.






Saya bangun bisnis dari 0, naik, turun, naik, jatuh, dan naik lebih tinggi.

Saya Alhamdulillah baik-baik saja.





Special thanks for kaskus! Media promo pertama saya, kalau diawal2 saya tidak mendapat klien, mungkin saya sudah banting stir menjadi karyawan.




Spoiler for My Another Threads:



Halo Konsultan | Bagaimana Mendapatkan Pelanggan Pertama & Bangkit Dari Kegagalan Bisnis



[FREE]Kumpulan Business Plan:Strategi Marketing,Finance,SOP(Banyak Bidang, Real Case)



[Sharing] Bagaimana Karyawan Membangun Bisnis Kecil Menjadi Raksasa



[Sharing] Bagaimana Mempercepat Perkembangan Bisnis, Jangan mau LELET gan!



From Karyawan to Usahawan! [Ide Bisnis, Strategi Marketing, Finance, SDM,]



[Sharing] Membuat Bisnis Berjalan Baik meskipun TANPA Kehadiran Agan (Owner)



[Sharing] Pengalaman awal memulai Bisnis dengan Modal NOL



[Sharing] TIPS Bagaimana Mengatasi Masalah Kepegawaian (Gaji, kinerja, rekrutmen,dl)



Bingung mau Bisnis apa? Yuk Sharing2 Ide Bisnis manteb disini!





Sumber Lengkap untuk artikel lain







Lets Grow!</div></div></div>

Sponsored Links
Space available
Post Reply




Switch to Mobile Mode

no new posts