Gumpalan awan panas dan material vulkanik keluar akibat dari letusan Gunung Sinabung, Tanah Karo, Sumatera Utara, 13 Juni 2015. AFP/Sutanta Aditya
Karo - Sebanyak 11 desa yang terimbas erupsi Gunung Sinabung, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara (Sumut), dikabarkan sudah menjadi hunian mati alias tidak ada berpenghuni lagi.
"Desa-desa tersebut menyerupai kota mati karena sudah tidak berpenghuni lagi saat malam hari. Bahkan, tidak ada penerangan listrik maupun lampu teplok," ujar seorang pengungsi, Josua Sembiring (40), Rabu (24/6) malam.
Desa - desa yang tidak berpenghuni ini di antaranya, Desa Gurukinayan, Tiga Pancur, Pintu Besi, Sukanalu, Berastepu, Desa Jaraya, Desa Kutatengah, Desa Sigarang garang, Desa Mardingding, Desa Kutagugung, dan Desa Kutarayat.
"Lokasi desa itu berada dalam radius 3 kilometer (km) sampai dengan jarak 7 km dari kaki Gunung Sinabung. Masyarakat tinggalkan desanya karena gunung ini dianggap masih berbahaya dan mengancam," katanya.
Menurut dia, kondisi sebelas desa dinilai sangat menyeramkan juga karena suara hewan, baik itu burung, jangkrik maupun binatang piaraan, sudah jarang terdengar. Padahal, sebelum aktivitas gunung itu meningkat, suara hewan masih sering terdengar.
"Saya mengungkapkan kondisi desa itu karena sebagian pengungsi ada yang pulang secara diam-diam saat malam hari. Pengungsi kembali lagi ke posko pengungsian karena suasana desa benar-benar menyeramkan," jelasnya.
Edi Sinuhaji (50), pengungsi lainnya menambahkan, suasana desa tempat tinggalnya di Gurukinayan, kondisinya sangat memprihatinkan. Banyak rumah yang mengalami kerusakan akibat terkena abu vulkanik.
"Seluruh rumah pengungsi maupun infrastruktur di sana sudah diselimuti abu vulkanik. Lingkungan di setiap desa pun sudah tidak sehat lagi. Abu vulkanik beterbangan akibat terbawa angin kencang," sebutnya.