Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Islam

Reply
 
Thread Tools
  #21  
Old 3rd January 2011
cumie's Avatar
cumie cumie is offline
Member Aktif
 
Join Date: Oct 2010
Location: PIC#16
Posts: 231
Rep Power: 0
cumie memiliki kawan yg banyakcumie memiliki kawan yg banyakcumie memiliki kawan yg banyakcumie memiliki kawan yg banyak
Default

Menurut sebuah survey yang dirilis oleh sebuah harian umum nasional, acara televisi di Indonesia ternyata 86 persennya merupakan acara-acara yang amoral dan membahayakan bagi mentalitas dan perkembangan jiwa anak. Sementara 14 persen sisanya masih mengandung unsur pendidikan dan moral.


Itulah karenanya kita akan sangat sulit menemukan program TV yang benar-benar kondusif untuk perkembangan mental, moral dan jiwa anak-anak kita.

Sulit sekali. sesulit memilah koin emas dari tumpukan kepingan uang palsu yang menggunung. Kalau pun ada acara TV yang mengandung ajaran moral dan pesan kebaikan, tetap saja masih berbaur dan campur aduk dengan sikap hidup dan pola hidup yang tidak mendidik.

Sebagai misal, lihatlah sinetron salah satu sinetron yg dulu pernah di gemari anak, SI ENTONG. Harus diakui banyak ajaran moral dari tayangan ini. Tetapi lihat juga unsur klenik dan magis (baca: khurafat dan takhayul) , dan pola pikir instan yang diajarakan film ini.

Fenomena seperti itu ditemukan bukan hanya pada program yang diperuntukkan bagi non anak-anak. Acara yang dilabeli sebagai acara-acara anak pun tak luput dari minimnya pesan moral dan pendidikan yang diusung. Apalagi pesan-pesan agama. Jauh panggang dari api! Tapi memang begitulah pola pikir yang telah menggurita di dunia pertelevisian.

Pertimbangan utamanya adalah laku dan tidak. Rating naik atau anjlok. Dan akhirnya bermuara pada DUIT. Dunia TV tidak malu dan canggung menggadaikan moralitas dan agama demi pasar, popularitas, rating dan uang.

Dengan kenyataan seperti itu,
masih kah Anda merasa TV aman bagi anak-anak Anda?
Bagi adik-adik manis Anda?
Bagi murid-murid Anda?
Dan bagi Anda sendiri?

Rasa-rasanya kita akan sepakat untuk meneriakkan TIDAAAAAAAAK. Mudah-mudahan masih segar dalam ingatan kita semua, kasus anak-anak yang mempraktekkan SMACK DOWN dalam permainan dengan temannya. Dan korban pun berjatuhan. Tangan patah, tulang rusuk patah, hidung berdarah-darah.

Atau Anda pun mungkin pernah mendengar celotehan anak-anak kecil di lingkungan sekitar dengan kata-kata tidak sopan, olok-olok tidak bermoral, dan lagu-lagu seronok meluncur mulus dari mulut-mulut manis mereka. Akibat dari apakah semua itu?????
Baik saya hanya ingin menunjukkan betapa acara-acara TV tidak aman bagi anak-anak kita. Pertanyaannya sekarang bagaimana kita menyiasatinya agar anak-anak kita, belahan jiwa kita, masa depan kita itu terjaga dari pengaruh negatif TV.

Saya ingin memulainyan dengan bercerita bagaimana hal itu saya lakukan terhadap anak-anak saya. Saya mempunyai dua anak. Yang pertama SYARAH sekarang 6 tahun usianya. Yang kedua FAQIH yang baru 3 tahun (tapi dia sendiri sering bilang 5 tahun. Katanya, FAQIH kan udah tinggi dan gede. Ada-ada aja anakku ini). Sewaktu anak pertamaku masih kecil antara usia 1-3 tahun saya lebih sering menyiapkan cd-cd yang menurut pertimbanganku isinya bagus untuk perkembangannya. Maka dia sering lihat CD lagu-lagu anak-anak. CD edukasi untuk anak pra sekolah seperti doa-doa atau kartun yang benar-benar bagus. Pernah ada CD Tom and Jerry, tetapi karena adegannya penuh kekerasan maka aku musnahkan
Dalam hal TV tanpa ku sadari anakku mulai menyenanginya. Jadi lah TV teman mainnya di rumah ketika tidak teman manusia mengajaknya bermain. Saat itu, sekitar usia 3-4 tahun kalau aku tawarkan, Udah ya nonton TV dia ga mau, kadang marah, dan akhirnya nangis. Aku bersabar dan mikir-mikir bagaimana caranya. Yang jelas sejak awal aku mencoba menerapkan prinsip dialog dan melatih pola pikir anak. Agak lama juga. Akhirnya seiring dengan kemampuan baca tulis anakku mulai terbentuk dan terlatih aku merasa menemukan pintu masuk.
O ya, berkat usaha serius dan sungguh-sungguh isteriku anakku alhamdulillah lebih cepat bisa baca tulis. Nah setelah dia bisa itu, aku sering mengajaknya surat-suratan. Kalau nanya sesuatu aku lakukan secara tertulis. Maksudnya tiada lain untuk menguji kemampuan baca tulisnya. Dan ternyata nyambung. Dia mengerti yang aku tulis.
Bermula dari situ aku mulai masuk pada tujuanku. Menceraikannya dari acara TV. Eh menghindarkannya dari TV maksudnya. Pada mulanya aku obrolkan bagaimana acara TV pengaruhnya bagi anak-anak. Mungkin kalau orang lain bilang materi obrolanya terlalu tinggi. Tetapi aku selalu yakin, anakku pasti ngerti omonganku. Jadi aku bahasakan sesederhana mungkin. Kadang aku ceritakan di koran ada berita ini itu yang menyebutkan bahayanya acara TV bagi anak-anak. Dari situ aku mulai tawarkan sebuah janji dan komitmen. Saat itu, komitmennya kurang lebih begini.
  1. Hanya nonton acara anak-anak
  2. Tidak lupa shalat dan ngaji
  3. Tidak lupa belajar
  4. Bila melanggar TV akan langsung dimatikan.
Nah semua komitmen itu anakku sendiri yang nulis di buku diari kecil yang aku belikkan untuknya. Dia tulis, SYARAH JANJI dst
Alhamdulillah. Komitmen ini cukup ampuh. Kalau dia nonton sinteron remaja, aku ingatkan SYARAH INGAT JANJINYA GA?

Akhirnya dia sadar, YA, YA, SYARAH GANTI. Kalau datang waktu belajar dan masih nonton aku katakan hal yang sama. Lumayan ampuh dan terkendali. Tetapi meskipun demikian tetap saja harus dibarengi untuk menjelaskan tayangan acara anak-anak yang boleh jadi anak salah menafsirkannya. Sebagai contoh, jagoanku, FAQIH. Dia senang sekali dengan POWER RANGERS. Di situ kan ada adegan kekerasannya. Maka aku jelaskan. POWER RANGERS hanya mukul dan nendang yang JAHAT. Kalau sama yang baik mah suka membantu, menolong dan menjaga. Demikian aku coba jelaskan setiap adegan yang rawan salah tafsir dari anak.
Tapi akhirnya komitmen itu roboh juga. Perkaranya adalah dia membandingkan dengan anak-anak lain yang juga boleh nonton TV. Seiring dengan usianya yang makin besar, dia makin ngerti dan banyak gaul ke rumah teman-temannya di lingkunganku. Wah gimana lagi nih caranya. Aku coba lagi ajak ngobrol SYARAH sampai dia ngerti dan nerima. Dan ditemukanlah sebuah solusi. Aku tawarkan kepadanya boleh nonton tapi hanya 1 hari dalam seminggu. Dia setuju. Lalu aku persilahkan mau hari apa. Dia menyebut satu hari yang disitu ada program yang mulai disukainya. Aku harus menghargai keputusannya. Aku bilang YA BOLEH. Pernah pada suatu kesempatan dia lagi nonton di hari yang ditentukan. Aku tegur ko nonton acara gitu. Dia balik mengkritikku. Kan kata ABII boleh nonton hari ini. Aku diam. Aku harus komitmen juga pada kesepakatan kami. Namun hatiku tetap ga tenang karena di hari itu ada acara yang tidak mendidik. O ya, di luar hari yang disepakati untuk nonton. TV aku amankan. Boosternya aku sembunyikan. Jadi meskipun dia coba nyuri-nyuri kesempatan. TV tidak bisa ditonton. Kalau hari yang dijanjikan sudah tiba aku pasang lagi alat-alat itu. Dan aku sendiri tidak nonton TV di hari-hari itu baik siang mau pun malam. Kadang aku merasa ketinggalan informasi. Tapi ga apa-apa deh. Yang penting anak terjaga dan aman.

SUMBER

Last edited by cumie; 3rd January 2011 at 11:10 PM.
Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 08:23 PM.


no new posts