|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Ukuran Buah
Nasrudin bersantai di bawah pohon arbei di kebunnya. Dilihatnya seluruh kebun, terutama tanaman labu yang mulai berbuah besar-besar dan ranum. Seperti biasa, Nasrudin merenung. �Aku heran, apa sebabnya pohon arbei sebesar ini hanya bisa menghasilkan buah yang kecil. Padahal, labu yang merambat dan mudah patah saja bisa menghasilkan buah yang besar-besar.� Angin kecil bertiup. Ranting arbei bergerak dan saling bergesekan. Sebiji buah arbei jatuh tepat di kepala Nasrudin yang sedang tidak bersorban. �Ah. Kurasa aku tahu sebabnya.� Sekalian Saja Bawa Semuanya Nasruddin pernah bekerja pada seorang yang sangat kaya, tetapi seperti biasanya ia mendapatkan kesulitan dalam pekerjaannya. Pada suatu hari orang kaya itu memanggilnya, katanya, "Nashruddin kemarilah kau. Kau ini baik, tetapi lamban sekali. Kau ini tidak pernah mengerjakan satu pekerjaan selesai sekaligus. Kalau kau kusuruh beli tiga butir telur, kau tidak membelinya sekaligus. Kau pergi ke warung, kemudian kembali membawa satu telur, kemudian pergi lagi, balik lagi membawa satu telur lagi, dan seterusnya, sehingga untuk beli tiga telur kamu pergi tiga kali ke warung." Nashruddin menjawab, "Maaf, Tuan, saya memang salah. Saya tidak akan mengerjakan hal serupa itu sekali lagi. Saya akan mengerjakan sekaligus saja nanti supaya cepat beres." Beberapa waktu kemudian majikan Nashruddin itu jatuh sakit dan ia pun menyuruh Nashruddin pergi memanggil dokter.Tak lama kemudian Nashruddin pun kembali, ternyata ia tidak hanya membawa dokter, tetapi juga bebarapa orang lain. Ia masuk ke kamar orang kaya itu yang sedang berbaring di ranjang, katanya, "Dokter sudah datang, Tuan, dan yang lain-lain sudah datang juga." "Yang lain-lain? Tanya orang kaya itu. "Aku tadi hanya minta kamu memanggil dokter, yang lain-lain itu siapa?" "Begini Tuan!" jawab Nashruddin, "Dokter biasanya menyuruh kita minum obat. Jadi saya membawa tukang obat sekalian. Dan tukang obat itu tentunya membuat obatnya dari bahan yang bermacam-macam dan saya juga membawa orang yang berjualan bahan obat-obat-an bermacam-macam. Saya juga membawa penjual arang, karena biasanya obat itu direbus dahulu, jadi kita memerlukan tukang arang. Dan mungkin juga Tuan tidak sembuh dan malah mati. Jadi saya bawa sekalian tukang gali kuburan." Mengawasi Rumah Suatu hari Nasrudin kecil ditinggal ibunya untuk pergi ke rumah Ibu RT. Sebelum pergi ibunya berkata kepada Nasrudin, �Nasrudin, kalau kamu sedang sendirian di rumah, kamu harus selalu mengawasi pintu rumah dengan penuh kewaspadaan. Jangan biarkan seorang pun yang tidak kamu kenal masuk ke dalam rumah karena bisa saja mereka itu ternyata pencuri!� Nasrudin memutuskan untuk duduk di samping pintu. Satu jam kemudian pamannya datang. �Mana ibumu?� tanya pamannya. �Oh, Ibu sedang pergi ke pasar,� jawab Nasrudin. �Keluargaku akan datang ke sini sore ini. Pergi dan katakan kepada Ibumu jangan pergi ke mana-mana sore ini!� kata pamannya. Begitu pamannya pergi Nasrudin mulai berpikir, �Ibu menyuruh aku untuk mengawasi pintu. Sedangkan Paman menyuruhku pergi untuk mencari Ibu dan bilang kepada Ibu kalau keluarga Paman akan datang sore ini.� Setelah bingung memikirkan jalan keluarnya, Nasrudin akhirnya membuat satu keputusan. Dia melepaskan pintu dari engselnya, menggotongnya sambil pergi mencari ibunya. Konsistensi Umur �Berapa umurmu, Nasrudin ?� �Empat puluh tahun.� �Tapi beberapa tahun yang lalu, kau menyebut angka yang sama.� �Aku konsisten.� Sama Rata Seorang filosof menyampaikan pendapat, �Segala sesuatu harus dibagi sama rata.� �Aku tak yakin itu dapat dilaksanakan,� kata seorang pendengar yang skeptik. �Tapi pernahkah engkau mencobanya ?� balas sang filosof. �Aku pernah,� sahut Nasrudin, �Aku beri istriku dan keledaiku perlakuan yang sama. Mereka memperoleh apa pun yang mereka inginkan.� �Bagus sekali,� kata sang filosof, �Dan bagaimana hasilnya ?� �Hasilnya ? Seekor keledai yang baik dan seorang istri yang buruk.� Yang punya humor sufi, gabung disini dooong ![]() |
#2
|
|||
|
|||
![]()
Suatu hari Nasrudin pergi berjualan 2 karung garam ke pasar, saat perjalanan Nasrudin dan keledainya harus berenang menyeberangi sungai,karena tidak ada jembatan. Setelah menyeberangi sungai, sang keledai melompat-lompat kegirangan karena beban di punggungnya berkurang. Keesokan harinya Nasrudin kembali berjualan, kali ini dia membawa 2 karung kapuk, mereka juga menyeberangi sungai yang sama, akan tetapi kali ini keledai Nasrudin kesulitan untuk keluar dari sungai, melihat keledainya seperti itu, Nasrudin hanya berkata " Ingat keledai, jangan kau kira setiap kali kita menyeberangi sungai ini beban di punggungmu berkurang"
|
#3
|
|||
|
|||
![]()
Sufi emang ga ada abisnya.. *tersenyum simpul
|
#4
|
||||
|
||||
![]()
bagian yang lucu
Quote:
"Begini Tuan!" jawab Nashruddin, "Dokter biasanya menyuruh kita minum obat. Jadi saya membawa tukang obat sekalian. Dan tukang obat itu tentunya membuat obatnya dari bahan yang bermacam-macam dan saya juga membawa orang yang berjualan bahan obat-obat-an bermacam-macam. Saya juga membawa penjual arang, karena biasanya obat itu direbus dahulu, jadi kita memerlukan tukang arang. Dan mungkin juga Tuan tidak sembuh dan malah mati. Jadi saya bawa sekalian tukang gali kuburan."
Ini saya bagi satu humor sufi Bangun Lebih Pagi "Nasrudin, anakku, biasakanlah bangun pagi setiap hari." "Kenapa, ayah?" "Itu kebiasaan bagus. Dulu ayah pernah bangun pas dini hari trus keluar jalan jalan. Dan ayah nemu sekantong emas." "Bagaimana ayah tahu itu bukan punya orang yang kehilangan malam sebelumnya?" "Oh, itu bukan point nya. Walau bagaimanapun juga kantong itu tidak ada disitu malam sebelumnya. Ayah ingat bener." "Jadi kalo gitu, bangun pagi pagi gak bagus buat semua orang dong. Orang yang kehilangan sekantung emas itu pastilah bangun lebih pagi dari ayah." |
#5
|
|||
|
|||
![]()
Mantap Gan!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
|
#7
|
|||
|
|||
![]()
sumpah ane ngakak bener hahahahah.
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
Thread Tools | |
|