Persoalan apa yang kita hadapi sbg bangsa Indonesia?
Indonesia �terjatuh� dalam situasi �paradoksal�
Kita mengalami ketimpangan kualitas SDM
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Paradoks:
Indonesia dalam �Paradoks�
kita KAYA tapi MISKIN
[kekayaan SDA melimpah, tapi miskin penghasilan]
kita"BESAR"tapi"KERDIL"
[amat besar wilayah & penduduknya, tapi kerdil dalam produktivitas dan daya saingnya]
kita MERDEKA tapi TERJAJAH
[merdeka secara politik, namun terjajah secara ekonomi]
kita"KUAT"tapi"LEMAH"
[kuat dalam tindak anarkisme, namun lemah dalam menghadapi tantangan globalisasi]
kita"INDAH"tapi"JELEK"
[indah dalam potensi dan prospeknya, namun jelek & korup dalam pengelolaannya]
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Mengapa ?:
karena kita terkena �Penyakit Orientasi�
Kita lebih mengandalkan SDA daripada [COLOR=" DarkRed "]SDM[/color]
Kita lebih berorientasi jangka pendek daripada jangka panjang
Kita lebih mengutamakan critra daripada karya nyata
Kita lebih melirik makro daripada mikro ekonomi
Kita lebih mengandalkan cost added daripada value added
Kita lebih berorientsi pada neraca perdagangan & pembayaran daripada neraca jam kerja
Kita lebih menyukai jalan pintas (korupsi, kolusi, penyelewengan, dsb) daripada kejujuran dan kebajikan
Kita lebih menganggap jabatan (power) sebagai tujuan daripada sebagai sarana untuk mencapai tujuan
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Kesenjangan:
Kesenjangan Kualitas SDM
Kesempatan Kerja yang disediakan oleh:
1. Usaha Kecil (UK) 88,92%
2. Usaha Menengah (UM) 10,54%
3. Usaha Besar (UB) 0,54%
Nilai Tambah dalam perekonomian nasional:
1. Usaha Kecil (UK) 43,42%
2. Usaha Menengah (UM) 15,42%
3. Usaha Besar (UB) 44,90%
Nilai Tambah pro Kesempatan Kerja:
1. Usaha Kecil (UK) 0,4883 ∞ (1)
2. Usaha Menegah (UM) 1,4630 ∞ (3xUK)
3. Usaha Besar (UB) 83,1481 ∞ (170xUK)
Kesenjangan Kualitas SDM
Usaha Kecil dan Usaha Menengah menyediakan 99,46 % lapangan kerja.
Lapangan kerja yang disediakan oleh Usaha Besar hanya 0,54%.
BPD dalam perekonomian nasional:
44,9% hasil Usaha Besar;
55,1 % hasil Usaha Kecil dan Menengah.
Kesenjangan Kualitas SDM
Perbandingan Nilai Tambah yang dihasilkan tiap lapangan kerja oleh UK : UM : UB = 1 : 3 : 170, yang mencerminkan adanya:
kesenjangan kualitas SDM,
kesenjangan pendidikan,
kesenjangan produktivitas, dan
kesenjangan IPTEK.
Kesenjangan-kesenjangan tsb harus dikoreksi karena menjadi penghambat utama produktivitas dan daya saing Indonesia.
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Mengapa:
Mengapa?
� Adakah yang salah dalam kita merumuskan strategi pengembangan SDM?
� Apakah ada sesuatu yang kurang, atau tidak tepat, dalam pengembangan SDM kita?
� Apakah karena respon kita yang tidak tepat dalam menghadapi globalisasi?
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Pertama:
Masalah strategi pengembangan kualitas SDM
Perilaku dan Keterampilan SDM
Prasyarat Produktivitas & Daya Saing
Dengan demikian prasyarat utama untuk mengembangkan produktivitas dan keunggulan SDM (merdeka & bebas) telah dipenuhi. Yang masih harus dikembangkan adalah:
Prasarana dan konsep teruji proses �Pembudayaan�
Prasarana dan konsep teruji proses �Pendidikan dan Penelitian�
Prasarana dan konsep teruji penyediaan �Lapangan Kerja�
Mission impossible tersebut dilaksanakan dengan �evolusi yang dipercepat�, di mana semua masalah tahap demi tahap dapat diselesaikan secara tuntas --> agar dapat berhasil dengan cara yang paling cepat, murah, berkualitas, berrisiko rendah dengan hasil yang memuaskan dan tepat waktu.
Hakekat Teori Keilmuan & Implementasinya
Teori harus didasarkan pada filsafat dan realitas alami oleh karenanya, teori memiliki �kendala awal� (initial condition) dan �kendala batasan� (boundary condition) yang tergantung pada tempat dan waktu.
Kesejahteraan, kualitas hidup dan ketentraman diidamkan semua orang, dan telah dilaksanakan beberapa model:
Pendekatan �top down� atau dari yang kaya ke yang miskin, --> sistem �kapitalisme�.
Pendekatan �buttom up� atau dari yang miskin (proletar) ke yang kaya, --> sistem �komunisme�.
Pendekatan dari tengah ke atas maupun ke bawah --> �pasar yang berorientasi pada nilai-nilai sosial� (Soziale Marktwirtschaft)
Sejarah membuktikan:
--> pendekatan kedua telah berakhir dengan �bangkrutnya� masyarakat penganut pendekatan tersebut
--> pendekatan pertama: jika tidak diadakan koreksi yang mendasar, akan menuju proses �kebangkrutan� pula.
Kita harus belajar dari kesalahan dan kekeliruan orang lain dan kekeliruan kita sendiri.
Kietiga pendekatan tersebut kemudian telah dikembangkan berbagai teori oleh para pakar manca negara, termasuk mereka yang mendapat hadiah Nobel, dan ternyata teori-teori tsb juga perlu ditinjau kembali.
Bukan masyarakat harus berubah menyesuaikan cita-citanya dengan berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan
tetapi sebaliknya:
Para ilmuwanlah yang harus merubah pendekatan untuk disesuaikan dengan keadaan lingkungan (nasional dan global) yang terus berubah tanpa mengorbankan cita-cita kita sendiri.
Kita harus memperhatikan dan memprioritaskan kepentingan rakyat Indonesia sendiri, sebagai bangsa yang bermartabat, yang sedang berjuang menuju cita-cita, dengan berbagai keterbatasan yang ada.
[spoiler=open this] for Kedua:
Masalah strategi menghadapi Globalisasi
Globalisasi, Pasar dan Kepentingan Nasional
Globalisasi: Neraca Perdagangan, Pembayaran & Jam Kerja
Akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran di beberapa masyarakat Amerika Utara, Eropa dan Jepang --> tercermin pada perbandingan hutang terhadap GDP yang sudah mendekati 100%.
(bahkan USA > 100% dan Jepang > 200% dari GDP)
Hutang Jepang diperoleh dari masyarakatnya sendiri (dengan suku bunga yang rendah), hutang di Amerika Serikat diperoleh dari pasar global (dengan suku bunga yang relatif tinggi)
Pasca PD II pasar domestik USA berkembang pesat terbesar di dunia (ekonomi Eropa, Jepang dan Asia hampir hancur)
Mata uang Amerika (US$) menjadi andalan bagi hampir semua mata uang manca negara (cadangan emas tidak lagi menjadi satu-satunya andalan).
Permintaan mata uang US$ meningkat/melampaui kebutuhan pasar domestik USA.
Anggaran untuk membiayai kehadiran USA sebagai adikuasa di dunia meningkat --> meningkatkan pengeluaran negara, dgn akibat: hutang USA melampaui 100% kemampuan GDPnya
Sementara nilai US$ -- yang menjadi mata uang internasional -- dicegah tidak turun, karena akan berdampak pada penurunan nilai cadangan negara-negara lain -- seperti Cina, Jepang dan Eropa -- akan menurun pula (merugikan semua!). Nilai mata uang ditentukan oleh:
pertumbuhan GDPnya
permintaan mata uang tersebut di pasar domestik, regional dan global
Mata uang menjadi �komoditas perdagangan�
(Kasus Jepang):
Pasar domestik Jepang juga besar, namun mata uang Yen tidak dimanfaatkan sebagai andalan perdagangan dan cadangan manca negara
Penanganan ketidakseimbangan pendapatan dan pengeluaran a.l. dengan mekanisme:
insentif perpajakan dan insentif lain
suku bunga Yen yang ditekan serendah mungkin shg kurang menarik bagi investor global
Bagaimana risiko & jaminan pinjaman?
(kasus Jepang):
Dengan undang-undang, regulasi Pemerintah dan Bank Sentral Jepang, risiko dan jaminan direkayasa secara pragmatis.
Dengan suku bunga yang rendah dan sistem perpajakan yang terarah pada peningkatan jam kerja atau lapangan kerja secara �gotong royong�.
Contoh: pembiayaan proyek yang menciptakan lapangan kerja --> diberi suku bunga yang sangat rendah & jenjang pelunasan yang panjang, dampaknya --> pengangguran dapat ditekan atau dicegah
(Kasus USA):
USA menyadari bahwa negara pengekspor komoditas ke pasar USA sangat berkepentingan memelihara pasar USA tetap sehat dan befungsi sehingga lapangan kerja di negara tersebut dapat dipertahankan.
Mata uang US$ dipertahankan stabilitasnya melalui mekanisme pasar komoditas uang untuk mencegah menurunnya nilai cadangan mereka.
Semua pemikiran dan kebijakan diarahkan pada pertumbuhan GDP, pengendalian inflasi dan akhirnya penyediaan lapangan kerja.
-->Negara-negara lain umumnya bergerak di antara dua skenario model Jepang atau USA.