for
berikut kisahnya:
Mitchell Kaneff seorang Presiden Direktur dan CEO dari perusahaan kardus
Arkay Packaging, juga penulis buku "Taking Over: Insider Tips from a Third Generation CEO." menceritakan bahwa ia telah memecat ayahnya dari perusahan keluarganya. Hal itu dilakukannya karena perbedaan gaya me-manage perusahaan antara Mitchell dan ayahnya.
Menurut penuturan Mitchell, gaya me-manage ayahnya tidak bagus dan sangat boros, karena ayahnya lebih tertarik pada penerapan teknologi dan peralatan serta pekerjaan dalam pembuatan kotak dari dalam mengurangi overhead dan meningkatkan pendapatan, disamping itu ayahnya lebih mementingkan kewibawaan dan lebih suka memberikan perintah daripada mendengarkan saran. Hal itu menurut Mitchell sangat bertolak belakang dengan dirinya yg lebih mementingkan efisiensi biaya dan meningkatkan pendapatan, serta mau mendengarkan dan belajar dari rekanan.
Pada tahun 1998 perusahaan mengalami banyak masalah, berawal dari pertumbuhan perusahaan yg sangat pesat sebesar 33% dan kami kesulitan menjaga image perusahaan, pengiriman terlambat, kualitas produk kami menurun dan kesabaran pelanggan menipis. Selain itu kami juga menghadapi masalah akuisisi dalam perluasan usaha ke lokasi baru di Roanoke Virginia.
Pada saat yang sama, ayah saya menghabiskan uang jutaan pada pengembangan usaha bisnis pelabelan. Keadaan menjadi bertambah buruk ketika para kompetitor menyebarkan email palsu yg mengatakan perusahaan kami terlibat dalam sebuah skandal lingkungan, ditambah lagi dg publikasi sebuah artikel yg mengatakan bahwa perusahaan berutang kepada pemerintah sebanyak 55 juta dolar, dan yg paling parah ketika para pelanggan menanyakan kepada kami apakah perusahaan kami akan mengajukan bangkrut.
Pada tahun 1999 saya mengambil alih kendali, saya kumpulkan keberanian untuk memberitahu ayah saya bahwa perusahaan harus berhenti menghabiskan uang di bisnis label dan lebih fokus pada bisnis inti.
Langkah awal yg saya lakukan adalah mengubah gaya manajemen perusahaan dengan melakukan pendekatan yang lebih lembut kepada karyawan. Kemudian saya mulai berbagi informasi dengan semua karyawan serta mendorong seluruh karyawan untuk berbagi informasi dengan manajemen.
Sekali seminggu, semua karyawan saya kumpulkan dan berbagi informasi penting perusahaan yg berkaitan dengan penjualan, produktivitas dan omset. Hasil dari pertemuan ini ditemukannya kesalahan sistem komputer dalam hal tenggang waktu pengiriman pesanan serta detail informasi pesanan. Saya segera melakukan perbaikan sistem dan hasilnya hanya dalam beberapa bulan 90% dari pengiriman kami tepat waktu dan lengkap.
Pada tahun 2004 saya memecat ayah saya, hal ini bermula ketika suatu malam saya mendapat telepon dari seorang staff ahli saya yg memberitahukan bahwa dia dipecat oleh ayah saya dan merasa telah diperlakukan tidak profesional. Kejadiannya adalah ketika ia dipanggil oleh ayah saya untuk datang ke kantornya, sementara saat itu dia mendapat perintah dari saya untuk menyusun suatu surat perusahaan yg sangat penting. Staff saya tersebut kebingungan untuk menentukan mana yg akan diikuti, sehingga akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan pembuatan surat dulu baru kemudian mendatangi kantor ayah saya.
Dari situ saya menemukan bahwa dia bukan satu-satunya yg mengalami masalah tersebut, bahkan seluruh karyawan menghadapi masalah yg sama.
Saya tahu saya harus bertindak cepat untuk mengatasi masalah tersebut, segera saja saya telpon ayah saya dan saya katakan bahwa dia tidak berhak memecat staff tersebut, jika ayah tetap memaksa lebih baik ayah yg dipecat.
Setelah mengatakan hal tersebut saya menangis, khawatir ayah saya terluka perasaannya. Namun yg terjadi adalah sebaliknya, ayah saya bilang "Saya sangat bangga padamu, kamu benar.. sudah saatnya bagi saya untuk pergi."
Itulah pengalaman saya yg terberat dalam memberhentikan orang.
Ini adalah masa tersulit bagi kami berdua, tapi sekarang kami bisa tertawa bersama. Kami juga melakukan perjalanan akhir pekan bersama-sama dan hubungan kita lebih kuat dari sebelumnya, dan dia masih ingat teriakan saya yg memecat dirinya.