FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Kecantikan India sebagai negara industri baru telah memesona dunia. Bahkan, pertumbuhan ekonomi India akan lebih cepat dibandingkan dengan China dalam 10 tahun jika negara tersebut mengalokasikan pembangunan infrastruktur yang lebih besar dan berhasil melakukan transformasi ekonomi, terutama mengembangkan produksi peranti lunak dan produk teknologi informasi. Seperti diketahui, India yang baru saja merayakan Hari Republik menjelma sebagai negara ekonomi terbesar ketiga di Asia setelah China dan Jepang. Negara berpenduduk 1,2 miliar jiwa itu selalu mengumumkan rata-rata pertumbuhan tahunan sekitar 9,5 persen antara 2006-2008 sebelum akhirnya terperosok akibat imbas krisis finansial global 2009 menjadi 6,5 persen. Untuk tahun fiskal 2010/2011 yang berakhir 31 Maret mendatang, target pertumbuhan ekonomi India mencapai 8,5 persen sebelum akhirnya melambat pada 2011/2012 sebesar 8,0 persen. India pun optimistis mampu merealisasikan pertumbuhan dua digit pada 2013- 2014 mendatang. Menurut Presiden Bank Dunia Robert Zoellick, pertumbuhan ekonomi India yang melesat dapat menjadi modal utama untuk membantu pemulihan ekonomi dunia dari krisis finansial 2008. Itulah sebabnya Bank Dunia mendukung strategi India mendorong pertumbuhan ekonominya dan membuka seluasluasnya kesempatan bagi semua warganya untuk memperluas aktivitas ekonominya. �India merupakan pemain utama di kancah global. Status yang disandang sebagai kekuatan ekonomi baru cukup erat kaitannya dengan bagaimana negara itu mengatur pertumbuhan ke depan, menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan lingkungan. Hal terpenting adalah menjamin setiap warganya mendapatkan kesempatan yang sama,� papar Zoellick. Sebelumnya, Ketua Badan Roubini Global Economics Nouriel Roubini mengatakan ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi India akan lebih cepat dibandingkan dengan China dalam 10 tahun mendatang jika negara tersebut mengalokasikan pembangunan infrastruktur yang lebih besar dan merangsang investasi asing di bidang ritel. Ini memungkinkan, kata profesor di Universitas New York itu, karena pada 2012 hingga 2017, pemerintahan India merencanakan peningkatan pengeluaran dua kali lipat untuk membangun infrastruktur jalan, pelabuhan, dan listrik, yakni mencapai 1 triliun dollar AS. Hal senada diungkapkan Chetan Ahya dari Morgan Stanley. Dia menyebutkan India, pada 2020, akan menghasilkan 136 juta tenaga kerja, lebih banyak dari populasi Jepang. Sementara pada saat itu, tenaga kerja China hanya bertambah 23 juta. Keadaan ini mendorong pemerintah memperbesar tabungan masyarakat dan menyiapkan proyek infrastruktur yang lebih baik. �India akan menggantikan China sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia pada 2015. Pertumbuhan ekonomi India diperkirakan akan mencapai 9,5 persen dari tahun 2011 hingga 2015,� ujar Chetan. Ancaman Inflasi Kehebatan India meredam dampak pelambatan pemulihan krisis di negara-negara maju bukan tanpa celah. Terbukti, India kini dalam ancaman inflasi tinggi, terutama kenaikan harga bawang yang naik tiga kali lipat dan kenaikan harga beberapa bahan pokok lainnya akibat cuaca buruk. Kondisi ini diperparah dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk kedua kalinya dalam bulan Januari 2011. Dikabarkan, tingkat inflasi India pada Desember 2010 mencapai 8,43 persen. Kondisi inilah yang kemudian melandasi bank sentral India, Reserve Bank of India (RBI), menaikkan suku bunga acuan pada Selasa (25/1) sebesar 25 basis poin atau dari 6,25 persen menjadi 6,5 persen. Kenaikan ini merupakan yang ketujuh sejak Maret 2010. Selain infl asi, India sedang menghadapi pelarian kekayaan ke luar negeri oleh orang kaya India. �Pemerintah sedang memperketat peraturan dan merundingkan perjanjian pajak dengan negara-negara asing untuk melacak uang yang disembunyikan oleh orang-orang kaya India dan perusahaan-perusahaan di negara-negara bebas pajak,� kata Menteri Keuangan India Pranab Mukherjee, Selasa (25/1). Menkeu Mukherjee mengatakan pemerintah telah mendeteksi penggelapan pajak bernilai 3,3 miliar dollar AS dalam 18 bulan terakhir. Pernyataan ini muncul setelah Mahkamah Agung India mengeluarkan fatwa bahwa uang gelap yang disembunyikan di luar negeri adalah tindakan kejahatan dan �pencurian harta negara�. Pengamatan pengadilan tersebut dikeluarkan sebagai tanggapan atas petisi yang menuduh pemerintah lamban dalam membendung arus pelarian uang ke luar negeri. Sementara itu, Global Financial Integrity memperkirakan 460 miliar dollar AS telah dipindahkan ke luar negeri dalam enam dasawarsa terakhir. Penelitian itu menuding pengusaha- pengusaha swasta dan politisi korup melakukan penghindaran pajak dengan mengalihkan modal tersebut ke luar negeri. Bombay : ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|