FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() BRAHMAJALA SUTTA IN NATURE THERE ARE NEITHER REWARDS NOR PUNISHMENTS, THERE ARE CONSEQUENCES! (Di dalam hukum alam tidak ada hadiah-hadiah ataupun hukuman-hukuman, yang ada ialah berbagai konsekuensi!) Semi Eternalisme 3 I was dreaming of the past And my heart was beating fast I began to lose control, I began to lose control . I didn't mean to hurt you I'm sorry that I made you cry Oh no, I did'nt mean to hurt you I'm Just a Jealous guy I was felling insecure You might not love me anymore I was shivering inside I was shivering inside I didn't mean to hurt you. I was trying to catch your eyes Throught that you was trying to hide I was swallowing my pain I was swallowing my pain I didn't mean to hurt you I'm sorry that I made you cry Oh no, I didn't want to hurt you I'm just a jealous guy, watch out I'm just a jealous guy, look out babe I'm just a jealous guy John Lennon (1940 - 1980) Begitulah penggalan syair lagu "Jealous Guy" yang dinyanyikan oleh John Lennon, sebagai suatu ungkapan tentang perasaan cemburu dalam kehidupan yang penuh dengan segala problema. Kita semua tentunya menyadari dan sering menemukan pemberitaan dari berbagai media yang mengangkat tema tentang emosi yang satu ini di dalam interaksi hidup manusia, termasuk drama dalam novel, teater, ataupun film layar lebar dan video CD. Bahkan, hal itu dapat kita temukan dari dinamika hidup di sekeliling kita sendiri termasuk tentunya kutipan khotbah berikut, A Jealous God "For the Lord, whose name is jealous, is a jealous God."Exodus 34:14. HE PASSION OF JEALOUSY IN MAN is usually exercised in an evil manner, but it is not in itself necessarily sinful. A man may be zealously cautious of his honor, and suspiciously vigilant over another, without deserving blame. All thoughtful persons will agree that there is such a thing as virtuous jealousy. ..." (A Sermon, No. 502; Delivered on Sunday Morning, March 29th, 1863, by the Rev. C. H. SPURGEON,At the Metropolitan Tabernacle, Newington) Rasa cemburu ataupun iri adalah suatu bentuk emosi yang cenderung dikaitkan dengan emosi negatif, sehingga banyak orang yang mengemukakan bahwa emosi tersebut harus dihindari. Padahal, dengan memahami corak kehidupan manusia yang sarat dengan interaksi fisik dan mental, maka sesuai corak nyata kehidupan tentang anicca, dukkha, dan anatta, hal tersebut adalah lumrah dan wajar. Kita bukanlah satu-satunya yang dapat mengendalikan agar keadaan seperti itu tidak datang kepada diri kita, namun lebih tepat kalau dikatakan bahwa karena ketidaktahuan kita, maka ada kemungkinan pada suatu kesempatan, kita akan menghadapi situasi yang dapat memicu emosi tersebut untuk muncul dan berkembang, bahkan dapat mencapai taraf yang merusak kesehatan pribadi maupun orang yang terlibat dalam interaksi tersebut. Hal itu dapat terjadi berkaitan dengan adanya landasan indera kita yang kontak dengan objek di sekitarnya (Lihat Paticcasamuppada). Dalam pandangan semi eternalis, terbentuk paradigma berpikir bahwa alam yang memiliki rasa cemburu adalah tidak kekal, sedang alam yang tak memiliki rasa cemburu adalah alam yang kekal. Pandangan seperti ini cenderung mengarahkan sikap anti terhadap perasaan tersebut, sehingga menimbulkan reaksi yang tak sepantasnya atau berlebihan. Terlebih lagi, jika dikaitkan dengan kecenderungan mengarahkan manusia untuk mengejar kekekalan itu sendiri sehubungan dengan dualisme tersebut. Selanjutnya, bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar menjadi netral atau bahkan bermanfaat adalah merupakan hal yang penting untuk dapat dikembangkan selaku siswa Buddha. Saat kita memasuki situasi yang mengarahkan emosi kita pada kemungkinan lahirnya rasa cemburu, kita memang dapat menghindarinya sebagaimana seseorang menghindari jalan yang gelap, walaupun harus mengorbankan waktu demi keselamatannya. Kita juga dapat menghadapinya dengan menyadari bahwa hal yang kita temui sedang mengarahkan emosi kita pada munculnya rasa cemburu, dan selanjutnya dapat bersikap sepantasnya tanpa reaksi yang berlebihan, sebagaimana seorang menyadari bahwa jalan gelap yang akan dilaluinya tidaklah berbahaya atau bahkan sebaliknya. Tentang mengendalikan emosi tersebut sehingga menjadi bermanfaat memang bukan hal yang mudah, namun seperti seorang yang tahu bahwa jalan gelap yang dilaluinya akan mengecoh orang-orang yang berpikir bahwa ia tak mungkin melaluinya, demikianlah mengubah cemburu menjadi motivasi adalah bukan suatu hal yang mustahil. Psikologi modern telah secara luas meneliti dan mencari jawaban atas banyak hal yang menjadi tekanan bagi pemikiran manusia, sehingga diharapkan lebih banyak manusia yang sehat jasmani dan rohani. Sekali lagi, Buddha sejak kurun waktu yang lama dalam sejarah kehidupan kita, telah memberitahukan segenggam daun kebenaran yang berkhasiat untuk menyembuhkan rasa sakit akibat ego diri (atta) atau paling tidak menawarkan dahaga penderitaan kita agar menjadi lebih ringan. Beliau membabarkan Brahmajala Sutta agar menimbulkan pengertian bahwa sumber hilangnya kendali diri, menggigilnya batin, dan kesesakan jiwa yang menelan pahitnya kehidupan, sebagaimana syair yang dinyanyikan John Lennon pada awal bahasan ini, pada dasarnya berada teramat dekat, tepat di dalam diri kita, menyatu dengan pandangan kita tentang bagaimana pengertian benar dapat ditumbuhkan. Memasukkan pandangan semi eternalis, khususnya tentang bahasan alam cemburu dalam Brahmajala Sutta, mengisyaratkan kita untuk waspada di dalam belantara pandangan yang mungkin kita masuki dalam kehidupan kita. Berkeras untuk menolak perasaan tersebut adalah suatu usaha yang melelahkan. Sebaliknya, pasrah untuk menerima perasaan tersebut adalah ketidakberdayaan. Mengerti bahwa telah ditunjukkan jalan tengah ideal untuk mengelola perasaan kita adalah usaha untuk merealisir Nibbana. Ada suatu cerita menarik yang menggambarkan bahwa perasaan kita bisa terombang-ambing oleh perubahan semesta ini, yaitu kisah tentang seorang Bapak yang iri terhadap tetangganya yang memiliki sepeda motor. Sehingga, ia berjuang untuk membelikan putranya. Setelah mendapatkannya ternyata putranya mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor tersebut, sehingga kakinya harus diamputasi. Hal ini mengubah kebahagiaan memiliki sepeda motor menjadi sebuah penyesalan. Selanjutnya, ia merasa iri terhadap tetangganya yang memiliki anak-anak yang sempurna, namun ketika ada panggilan untuk mengikuti wajib militer, anak tetangganya diwajibkan pergi ke medan perang untuk mempertaruhkan jiwa, sedangkan putranya dikecualikan karena cacat kakinya tersebut. Nah, kini penyesalannya berubah kembali menjadi rasa syukur, karena di hari tuanya ia tak harus ditinggalkan oleh putra tunggalnya. Cemburu adalah merupakan reaksi psikologis terhadap keadaan yang bisa terjadi kapan saja, dalam berbagai situasi nyata yang terus-menerus berubah. Kita tidak perlu terlalu berlebihan dalam menyikapi fenomena ini, apalagi sampai dijadikan isu yang mengundang konflik, misalnya saja dengan mengomeli atau mendiskreditkan orang lain karena alasan telah cemburu terhadap sesuatu hal. Menghindari, menghadapi, dan mengelola emosi tersebut adalah mungkin dilakukan oleh kita, sesuai dengan kemampuan pribadi masing-masing, sebagaimana umat Buddha diajarkan untuk menyadari dan mengenali bentuk-bentuk pikiran dan perubahannya dalam introspeksi diri, di keheningan meditasi. Terkait:
|
![]() |
|
|