FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() KABUR DARI RUMAH Sissi meninggalkan rumah, bukan karenan dia adalah seorang lesbian ataupun karena lingkungan rumah yang mengandung pelecehan, tetapi karenan dia membenci pengendalian diri orangtuanya. Pada umur lima belas tahun, dia adalah murid yang cerdas dan pemain biola ynag mahir. Sissi lebih suka tidur di taman-taman atau di rumah teman-temannya daripada di rumah yang dia rasa sudah tidak lagi menjadi "rumahnya". Dia tidak mau menuruti aturan ibunya (seperti menyelesaikan pekerjaan rumahnya sebelum pergi dengan teman-temannya). Pemberontakan Sissi membuatnya berpindah-pindah dari satu penampungan ke penampungan lain di pinggiran kota dimana narkoba seringkali diedarkan. Seperti kebanyakan anak jalanan lain, Sissi telah menggunakan beragam obat -obatan ilegal. Dia adalah seorang remaja puteri yang kebingungan dengan tempat di dunia, yang akibtanya menggiring dirinya pada upaya bunuh diri, seperti juga pada narkoba. Ibu Sissi ketakutan akan menerima panggilan telepon dari polisi yang akan menginformasikan kematian puterinya. Dia lebih suka merencanakan pesta yang cantik untuk ulang tahun Sissi yang keenam bels" daripada pemakaman anaknya. The Missing Children's Assistance Act (Peraturan bantuan bagi anak hilang) tahun 1984 mendefinisikan anak hilang yaitu setiap individu di bawah usia delapan belas tahun yang keberadaannya tidak diketahui pengurusnya. Hasi Studi Nasional Kedua Terhadap Anak Hilang, Diculik, kabur, dan dibuang yang diselenggarakann oleh Kantor Peradilan dan Pencegahan Kenakalan Remaja, ada lebih dari 1.300.000 anak yang kabur dari rumah dan hampir delapan ratsu ribu anak menghilang setiap tahunnya. Kira-kira 12 persen anak muda Amerika telah melarikan diri sedikitnya sekali sebelum mereka berusia delapan belas tahun. Di setiap malam, lebih dari satu juta anak remaja melarikan diri dan mungkin berkeliaran di jalanan. Kabur sari rumah dapat terjadi pada semua keluarga Amerika: Baik yang berkulit putih, Afrika-Amerika, Latin, Indian-Amerika, dan Asia. Mereka adalah anak-anak dari rumah tangga dengan orangtua lengkap; dan dari kelas menengah, kelas buruh, kelas rendah, pendapatan rendah, dan bahkan dari keluarga tunawisma. Mereka tidak hanya melarikan diri dari rumah asal mereka, bahkan juga dari rumah keluarga angkat atau keluarga asuh mereka, tempat penampungan, rumah kelompok, dan fasilitas perawatan inap. Pada saat anak-anak yan kabur merasakan betapa enaknya keadaan mereka kini, mereka mungkin tidak mempunyai peluang kembali. Mengapa anak remaja kabur dari rumah? Apakah karena tidak berhasil mendapatkan keinginan mereka, ataukah karena ada masalah yang jauh lebih dalam yang harus diungkap? Bagi sebagian orang, isu seperti itu hanya masalah yang sepele. Mereka hanya akan melarikan diri dan bersembunyi di tempat sahabat atau keluarga dalma waktu yang cukup lamam untuk menakut-nakuti keluarga mereka. Setelah itu, mereka akan pulang ke rumah, dan sementara alasan mengapa mereka kabur tidak sepenuhnya terpecahkan, masalah itu tidak akan meluas hingga kabur dari rumah lagi. Dalam kasus yang ekstrim, sejumlah remaja berulang kali melarikan diri atau melarikan ri dalam waktu yang lama, terkadang bahkan selamanya. Mereka mengalami masalah yang seriu, namun masyarakat kita seringkali mengabaikan mereka. Mereka hilang dari sistem sosial atau lenyap di antara statistik belaka. Bagi sebagian dari anak remaja ini, alasan untuk kabur dari rumah adalah masalah identitas jenis kelamin. Mereka berpikiran bahwa mereka bukanlah heteroseksual dan hal ini menimbulkan permasalahan di dalam rumah. Dalam berbagai usaha untuk menyatu kembali dengan keluarga, masing-masing pihak gagal dalam menyadari untuk saling berhubungan antara satuu sama lain dengan lebih erat, sehingga upaya bersatu kembali itu pun gagal. Para orangtua masih menghadapi anak remaja mereka itu dengan cara yang sama. Remaja itu pun menanggapi dengan cara yang serupa. Hingga pada akhirnya, anak muda merasa marah dan terabaikan. Maka mereka melarikan diri dari orangtua atau orangtua asuh ke suatu tempat yang mereka rasa lebih menerima jati diri mereka. Begitu remaja meninggalkan rumah dan hubungan dengan keluarga terputus, maka mereka harus hidup berdasarkan keputusan diri sendiri. Terkadang mereka berakhir dalam program perlindungan anak pemerintah dimana mereka berpindah-pindah ke berbagai tempat seperti halnya anak-anak lain dalam program tersebut. Beberapa anak yang lain berkeliaran di jalanan untuk bertahan hidup. Ynag menyedihkan, data statistik menyatakan bahwa lebih dari 33 persen dari semua remaja yang kabur dari ruamh dan tunawisma di Seattle, Los Angeles, dan New York menganut gaya hidup homoseks atau biseksual. Jalanan telah menjadi suatu komunitas informal yang berada di luar berbagai organisasi yang berkomitmen terhdapa kesejahteraan kaum muda, dimanan anak muda hanya memperoleh sedikit atau bahkan samam sekali tidak memperoleh bimbingan dari orang dewasa yang berpikirkan matang. Orang dewasa di jalanan kita seringkali mengabaikan danmenghindari anak remaja atau bahkan mengincar anak yang kabur dari rumah itu daripada membimbing mereka menuju kehidupan yang produktif. Ribuan anak yang kabur dari rumah berkeliaran di jalanan dengan hanya sedikit bantuan dari dinas sosial. Hanya ketika mereka berubah menjadi berkelakuan buruk, barulah mereka mendapat perhatian dari sistem peradilan pidanan, namun pada saat itu, mungkin saja kondisi mereka sudah kondisi mereka sudah terlambat. Emapt puluh persen dari anak yang kabur dari rumah sebelumnya telah bergabung dalam program anak asuh. Setelah dikeluarkan (dari program tersebut), satu dari serius, atau dikurung; sepertiganya tidak menyelesaikan Sekolah Menengah Umum; setengahnya tidak bekerja. Melarikand irir dan berkeliaran di jalanan berpeluang untuk terlibat dalam tindak pencurian, narkoba, kekerasan, serta pelacuran dan mengalami masa depan yang suram. Remaja ini menenmukan diri mereka berada dalam kepungan rasa lapar, kejahatan, berbagai bentuk penyakit, kekerasan, juga situasi dan kondisi yang keras. Merek hampir dipastikan akan berakhir dengan kematian dalam beberapa tahun atau keluar masuk penjara, akibat gaya hidup mereka. Beberapa orang anak akan berakhir di rumah penampungan sementara, tetapi mereka harus menghadapi kembali kerasnya dunia ketika masa tinggal di penampungan itu habis. Pada akhirnya, hidup dalam pelarian denganmasalah identitas jenis kelamin dapat membinasakan. Jika masalah antara mereka dan keluarga tidak terpecahkan, mereka akan menghadapi resiko lebih dari sekedar penolakan. Keberadaan mereka di bumi ini akan terancam. Situasi dapat dengan mudah berubah dari buruk menjadi mematikan akibat keputusan mereka untuk kabur. Sabar seperti yang Naomi katakan dalam kitab Rut 1:8,11, "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya...Pulanglah, anak-anakku" maka kita juga perlu mendorong anak-anak yang kabur dari rumah agar melakukan tindakan yang sama. |
![]() |
|
|