FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]()
Keputusan adalah TONGKAT PEMUKUL si iblis !. Ketika iblis tidak dapat merusak kita dengan imoralitas (keinginan daging), keduniawian (keinginan mata), atau kesombongan (keangkuhan hidup), ia sering kali akan menggunakan keputusasaan. Tak ada orang yang kebal terhadap hal ini!
Keputusasaan berbahaya karena menyebabkan kita kehilangan pengharapan dan cita-cita atas tujuan kita. Saat putus asa, kita mulai mengambil keputusan-keputusan dengan emosi dan bukan berdasarkan firman Allah. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu, kuatkanlah den tegakkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, kemanapun engkau pergi (Yosua 1:9) Keputusasaan akan mempengaruhi kehidupan doa kita dan menyebabkan kita mulai berdoa meminta hal yang salah. Dalam Bilangan 11:11-15 Kita melihat Musa begitu putus asa memimpin umat Allah sehingga ia berdoa ia berdoa meminta mati. Elia berdoa meminta mati pada hari ia memperoleh kemenangan besar melawan nabi-nabi Baal (I Raja-raja 19:1-4). Ia beralih dari pemenang menjadi korban, dari pahlawan menjadi pecundang. Waspadalah, anda sangat rentan terhadap keputusasaan setelah memperoleh kemenangan besar. Yunus mengatakan lebih baik mati dari pada hidup (Yunus 4:8) Kita semua pernah mengalaminya, tidak selalu berdoa meminta mati, tetapi merasa putus asa dalam pekerjaan kita, pernikahan kita, hubungan dengan anak-anak kita, atau dengan kehidupan Kristen kita. Saya pernah merasa butuh istirahat, untuk menghirup udara segar, baik secara emosional maupun fisik. Satu-satunya solusi yang saya temukan adalah menyelidiki Alkitab untuk memastikan saya berdoa sesuai dengan firman Allah. Keputusasaan Membengkokkan Persepsi Kita Kita membiarkan diri digerakkan oleh situasi dan bukan oleh firman Allah. Pandangan kita tertuju kepada diri sendiri dan bukan kepada Allah. Kita mengevaluasi situasi berdasarkan kemampuan kita untuk menyelesaikannya. Tak ayal, kita sadar bahwa kita tidak sanggup menyelesaikan situasi kita, karena itu kita putus asa. Adalah sifat dasar manusia berusaha menyelesaikan masalah-masalah sendiri memakai kekuatan dan kemampuan kita yang terbatas; biasanya karena kita telah mulai mempertanyakan kesediaan Allah untuk membebaskan kita. Bangsa Israel mulai mempertanyakan pimpinan Allah. Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ''Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.'' (Bilangan 21:4-5) Keputusasaan biasanya terjadi setelah suatu masa panjang dari doa yang tampaknya tidak dijawab. Kita merasa Allah tidak akan melakukan apa pun untuk menolong atau terlambat memberikan pertolongan. Kita mempertanyakan waktu Allah seperti yang dilakukan Maria dan Marta dalam Yohanes 11:21 dan 32. Pertama, Marta mengatakan kepada Yesus bahwa seandainya Dia ada di sana, Lazarus tidak akan mati. Kemudian Maria mengatakan hal yang sama. Dapatkah Anda lihat bagaimana mereka digerakkan oleh situasi dan bukannya mempercayai Tuhan? Bahkan Yesus pun merasakan keputusasaan orang lain. Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya (Yohanes 11:33). Kita semua mengetahui akhir bahagia kisah ini: Yesus membangkitkan Lazarus yang sudah empat hari mati. Tetapi bagaimana Maria dan Marta bisa mengetahui atau membayangkan Yesus dapat melakukan hal seperti itu? Itulah yang saya maksudkan, kita membatasi kemampuan Allah untuk menyelesaikan masalah kita dengan kemampuan sendiri yang terbatas, dan ketika tidak terjadi apa-apa, kita mempertanyakan waktu-Nya. Satu cara untuk tetap tinggal dalam damai sejahtera dan beristirahat adalah tetap berfokus kepada Dia dan bukan pada subjek keputusasaan kita. Keputusasaan Mengganggu Kinerja Kita Untuk memulihkan diri dari keputusasaan, kita mulai melakukan sesuatu-apa saja-tetapi biasanya hal yang salah. Dalam Bilangan 20:1-11, Musa marah kepada bangsa Israel karena mereka terus-menerus mengeluh. Kali ini tidak ada air, dan karena frustasi dan putus asa, Musa memukul batu karang dan bukannya berbicara kepada batu itu seperti yang Allah perintahkan kepadanya. Elia menyelamatkan diri dari Izebel, dalam 1 Raja-raja 19:1-4, karena perempuan itu mengancamnya, walaupun Allah telah memberikan kemenangan luar biasa kepada Elia pada hari yang sama. Yunus menolak pergi dan mengkotbahkan pertobatan kepada Niniwe dan mencoba melarikan diri dari panggilan Allah dalam Yunus 4 :1-4. Ia mempertanyakan pimpinan Allah, mempunyai persepsi yang salah tentang pengarahan Allah, dan ketidaktaatannya itu harus ia bayar mahal, bahkan orang lainpun terkena imbasnya. Hal menakjupkan tentang Yunus; Walaupun ia telah bertobat sungguh-sungguh dalam perut ikan, ia masih merajuk karena Allah telah menyelamatkan Niniwe. Keputusasaan membuat anda ingin berhenti. Anda merasa kecil hati dan tidak mau berjuang karena anda percaya anda tidka mungkin menang. Bila keputusasaan itu disebabkan perasaan bersalah karena dosa atau kesalahan yang anda sadari, ketahuilah bahwa Allah murah hati dan akan mengampuni kita. Yang harus kita lakukan adalah meminta. Mungkinkah anda terperangkap oleh perasaan bersalah karena anda tidak dapat mengampuni anda sendiri? Keputusasaan Membelokkan Jalan Kita. Jika kita mengikuti jalan yang salah, kita akan selalu sampai ditempat yang salah. Yunus pergi ke Tarsis dan sampai diperut ikan. Elia sampai dibawah pohon Arrar. Musa tidak pernah masuk ketanah Perjanjian. Beberapa orang berakhiir disebuah bar, beberapa lainnya digereja yang salah, dan beberapa orang lagi dalam pernikahan yang salah. Sepasti birunya langit, kita semua harus menghadapi keputusasaan tetapi tidak harus berakhir dijalan yang salah. Kita mempunyai Firman Allah sebagai panduan. Dia akan selalu bersama kita bahkan pada masa paling sulit. Renungkanlah kata-kata puisi ini. Aku tidak mau putus asa, sedih, atau berhenti mencoba; Aku tak mau berkecil hati, dan inilah alasannya; Aku punya Allah yang maha kuasa, berdaulat dan Maha tinggi. Aku punya Allah yang mengasihiku dan aku tahu aku anggota team nya. Ia Maha Bijaksana dan berkuasa, Yehova itulah namanya; Walaupun segala sesuatu dapat berubah, Allah ku tetap sama. Allahku tahu segala yang terjadi dari awal sampai akhir Hadiratnya menjadi penghiburanku; Dia sahabat terbaikku. Ketika aku sakit dan merasa lemah tak berdaya; Aku berseru kepada Allahku yang berkuasa; Kedalam pelulan tangannya aku pergi. Ketika situasi merampas damai sejahteraku, ; Dia menarikku kedadanya dan semua bebanku diangkatnya. Ketika hatiku luluh lantak didalamku dan aku menjadi lemah, Dia merengkuhku dilengannya, Dia menenangkan hati dan jiwaku. "AKULAH AKU" yang Agung itu bersamaku, hidupku ada ditangannya; "Allah Yakub" harapanku; dalam kekuatannya aku berpaut. Aku tak mau dikalahkan; mataku tertuju kepada Allahku; Ia telah berjanji menyertaiku sepanjang hidupku. Aku memandang melampaui semua situasi yang kuhadapi kearah tahtaNya disurga; Doaku menjamah hati Allah, aku beristirahat didalam kasih-Nya Aku bersyukur kepada Allah dalam segala perkara, mataku memandang wajahNya; Peperangan ini milikNya, kemenangan milikku; Dia akan menolongku memenangkan perlombaan. |
![]() |
|
|