Warisan dari Orang Tua

Pendeta

Manna Sorgawi - 24 Juli 2006
Amsal 22:6; 23:24

Suatu hari Howard Hendricks, guru besar sebuah seminari di Dallas didatangi oleh dua orang mahasiswanya yang kembar. Kedua orang mahasiswa itu ternyata adalah anak seorang pemimpin Kristen yang kenamaan. Dalam percakapan itu Howard Hendricks bertanya, �Apa yang paling kalian ingat dari ayah kalian ketika masih remaja?� Mereka terdiam, beberapa saat kemudian yang seorang berkata, �Saya tidak akan pernah lupa saat-saat di mana kami bermain gulat di atas lantai. Sekalipun kami sudah remaja ayah tidak pernah merasa malu untuk bermain dan bergulat dengan kami. Kalau permainan akan dimulai, ayah akan menyingkirkan perabotan rumah agar kami bisa bermain dengan bebas. Itu adalah saat-saat paling menyenangkan.� Setelah itu saudara kembarnya melanjutkan, �Kalau saya, yang paling berkesan adalah apa yang saya lihat setiap pagi setelah saya pulang dari pekerjaan saya sebagai pengantar koran. Setiap kali saya melintasi kamar tidur ayah yang pintunya terbuka sedikit, saya melihat ayah sedang bertelut. Saya tahu bahwa ayah pasti sedang berdoa untuk banyak hal, dan salah satunya pasti untuk kami.�

Apa yang dikenang dan masih terus dilakukan oleh seorang anak merupakan suatu �warisan� dari orang tuanya. Jika yang dikenang dan yang dilakukannya adalah hal-hal yang buruk, maka orang tuanya telah memberikan warisan yang buruk. Sebaliknya jika kenangan yang tersimpan di hati dan pikiran mereka dan kelakuan mereka baik, maka warisan yang baiklah yang telah diberikan oleh orang tuanya. Apa yang Anda wariskan? Kalau Anda ingin memberikan warisan yang baik, lakukanlah minimal dua hal di bawah ini!

Pertama, sediakan waktu untuk kebersamaan. Anak-anak merasa senang kalau orang tuanya mau bermain, belajar dan refreshing bersama mereka. Saat-saat indah yang dilalui merupakan kenangan manis yang tidak bisa dihapus dari pikiran mereka. Seorang anak yang sejak kecil terbiasa membaca buku bersama orang tuanya akan terbentuk menjadi anak yang cinta membaca dan berwawasan luas. Itulah yang dialami oleh penulis novel terkenal di awal tahun 1910-an, yaitu Grace Livingstone Hill. Grace menjadi penulis yang handal karena keluarganya memiliki waktu bersama untuk membaca buku atau novel, dan bibinya yang adalah seorang penulis terkenal juga menghabiskan banyak waktu bersamanya.

Kedua, berilah teladan yang baik melalui sikap hati, perkataan dan perbuatan. Seseorang pernah berkata, �Anak-anak sering meniru tanpa disadari oleh orang yang ditirunya.� Kebiasaan dan karakter orang tua yang rajin bekerja, suka memberi, pendamai, dan ramah akan ditiru dan diwarisi oleh anak-anaknya. Jika ayah atau ibunya terbiasa bermalas-malasan, bangun siang, maka anaknya juga akan menjadi orang yang malas. Jadi lakukanlah terlebih dahulu apa yang Anda inginkan untuk dilakukan oleh anak-anak Anda!

Terkait:

Menu