Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Misteri, Horror, Supranatural

Misteri, Horror, Supranatural Yuk baca cerita horor, lihat dan share penampakan mahluk gaib disini. Boleh juga membuka konsultasi ramalan,tarot dan sejenisnya

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 22nd April 2012
mencekam13's Avatar
mencekam13 mencekam13 is offline
Ceriwis Lover
 
Join Date: Apr 2012
Posts: 1,219
Rep Power: 15
mencekam13 mempunyai hidup yang Normal
Default [pic] Waria Sakti Kebal Tusukan Badik & Keris

�Waria Sakti� Dari Peradaban Bugis Kuno



Dalam kehidupan sosial, pria feminim atau pria yang bertingkah laku sebagaimana layaknya perempuan biasa disebut waria, wandu, banci atau bencong. Dalam Bahasa Bugis, waria disebut calabai, berasal dari kata sala bai atau sala baine, yang artinya bukan perempuan atau calalai, bukan laki - laki. Ungkapan tersebut merujuk kepada kondisi dimana seorang terlahir sebagai pria, tetapi bertingkah laku seperti perempuan atau sebaliknya (galle). Tentunya pandangan masyarakat Bugis � Makassar mengenai calabai atau calalai ini adalah negatif, bahkan seringkali mengundang ejekan atau cemoohan.







Lalu, bagaimana dengan waria yang �ditakdirkan� menjadi Bissu. Apakah pandangan masyarakat tentang Bissu sama dengan waria pada umumnya. Kata �Bissu� itu sendiri diyakini berasal dari kata �bessi� atau �mabessi�, yang berarti bersih, suci, tidak kotor, karena mereka tidak berpayudara dan tidak mengalami menstruasi. Selain waria, ada pula bissu perempuan, yaitu mereka yang menjadi bissu setelah mengalami masa tidak subur lagi atau menopause (Makkulau, 2007).

Dalam budaya bugis masa silam, bissu mempunyai kedudukan yang sangat terhormat dan disegani, sebagai penyambung lidah raja dan rakyat. Bissu juga merupakan perantara antara langit dengan bumi, hal ini dimungkinkan karena kemampuannya yang menguasai basa torilangi (bahasa langit) yang hanya bisa dimengerti sesama bissu dan para dewa.

Dalam naskah sureq Galigo dikisahkan bahwa Bissu pertama yang ada di Bumi bernama Lae-Lae, yang diturunkan bersama-sama dengan Batara Guru. Batara Guru dikisahkan turun dari langit dan keluar dari sebatang bambu. Keterasingan batara guru yang berasal dari boting langi (dunia atas) terobati dengan pertemuannya dengan We Nyili Timo dari Bori Liung (dunia bawah). Keduanya bertemu dan hidup secara turun temurun di ale kawa (dunia tengah). Dari sinilah diyakini tradisi bissu berawal (di tanah Luwu) dan menyebar ke berbagai daerah Sulawesi Selatan. Pada masa kerajaan, pernah hidup empat puluh bissu yang disebut Bissu Patappuloe yang dipersyaratkan sebagai jumlah bissu yang harus hadir (sebagai pelaksana) dalam Upacara Adat Mappalili.







Pada masa keemasan kerajaan � kerajaan besar dan pemerintahan kekaraengan di Sulawesi Selatan, tidak satupun upacara adat yang dapat dianggap lengkap dan sah tanpa keterlibatan waria sakti ini. Komunitas Bissu merupakan pelestari tradisi dan pemelihara benda � benda kebesaran kerajaan (kalompoang/arajang) dan keagamaan pada masa itu. Umumnya masyarakat, yang menggantungkan hidupnya sebagai petani dan nelayan masih mengapresiasi dengan baik upacara adat dan pemujaan terhadap dewata yang dilaksanakan komunitas ini.

Komunitas �Bissu Dewatae�---sebutan bagi komunitas Bissu di Pangkep---hidup dalam suatu aturan dan disiplin yang tinggi dalam menjalankan kepercayaan dan tradisinya. Hal ini tampaknya sulit dipahami apalagi dijalankan bagi mereka yang tidak mampu melihat gaya hidup semacam ini sebagai suatu �panggilan suci�. Seorang waria (calon bissu) yang memenuhi syarat untuk menjadi bissu membutuhkan serangkaian proses masa magang / pendidikan yang tidak mudah, perlu waktu bertahun � tahun untuk menjadi bagian dari komunitas ini. Bissu yang tergolong pintar dapat lulus dalam masa 3 � 5 tahun.







Dalam pendidikannya, seorang bissu tidak saja mempelajari tentang etika kebissuan dan pematangan dalam menjalankan tradisi upacara adat, mereka juga harus memahami dengan baik basa torilangi (bahasa langit), bahasa yang mereka jadikan media berkomunikasi dengan para dewata atau leluhurnya. Kehebatan mereka tampak saat melakukan atraksi maggiri, dalam kondisi pikiran bawah sadarnya, Bissu sama sekali tak mempan senjata tajam. Kini mereka lebih banyak memosisikan diri sebagai traditional event organizer, memenuhi undangan pentas atau pesanan hajatan baik dari masyarakat maupun dari pemerintah, tanpa melepas kerja harian mereka sebagai perias pengantin atau ahli tata rias di salon.







HIDUP menjadi �antara� dan �di antara�. Dihujat, dihina, dan dimaki adalah bagian dari makanan mereka sehari-hari. Keterbatasan lebih mendominasi. Kelebihan seringkali diabaikan. Apakah ini sebuah pilihan atau takdir?



Seorang teman dekat saya bernama Icha (nama samaran). Cantik jelita dan sangat rupawan. Rambutnya yang panjang tergerai dengan sangat indahnya. Tubuh mungilnya lincah menari-nari dengan elok dan lemah gemulai. Sekilas mengingatkan kita dengan seorang pemain sinetron papan atas. Siapa yang menyangka kalau dia ternyata seorang waria? Sulit untuk melihatnya.



Perkenalan saya berawal sejak saya sering berkunjung ke salon tempatnya bekerja sebagai hair stylist. Saya sangat menyukai setiap sentuhan tangannya menyentuh rambut saya. Selalu saya biarkan dia berlama-lama bermain dengan rambut saya. Pernah sampai seharian!!! Saya sangat suka melihat dan merasakannya. Dia pun tampak sangat menikmatinya. Di mata saya, setiap kali dia melakukannya, dia terlihat sangat cantik.



Saking seringnya saya ke sana, kami pun kemudian menjadi sangat akrab. Dia juga sering datang ke rumah saya. Ada banyak sekali cerita dan pengalamannya. Awalnya, semua yang diceritakan hanyalah yang senang-senang saja tetapi kemudian lama-lama berubah. Dia mulai lebih terbuka dan bercerita sangat banyak tentang kehidupan yang telah dijalaninya.







Dia berasal dari sebuah kampung di daerah Sulawesi Selatan. Sebuah tempat di mana seorang waria mendapatkan kedudukan yang terhormat di mata warganya. �Bissu� adalah sebutan bagi para pendeta yang semuanya waria dan dianggap sebagai perantara antara Tuhan dan manusia. Bagi mereka yang tidak menjadi pendeta, tetap sama terhormatnya. Mereka diperlakukan tak ubahnya sebagai seorang wanita. Pakaian yang dikenakan sehari-hari pun seperti wanita kampung umumnya. Pekerjaan mereka pun sama seperti yang dilakukan oleh wanita. Bahkan mereka juga dipersunting oleh pria.



Setamat SMA, dia kemudian memutuskan untuk pergi merantau ke kota besar untuk belajar dan bekerja. Mulai dari Makassar, Ambon, dan terakhir adalah Jakarta. Dia merasakan banyak sekali yang berbeda sejak menetap di Jakarta. Terlalu banyak malah dan membuat dia kemudian menjadi seseorang yang sangat tertutup. Menutup diri dari banyak orang. Makanya dia tidak pernah pindah dari tempatnya bekerja walaupun dia memiliki talenta serta kemampuan yang besar untuk bisa menjadi seorang penata rias yang terkenal. Dia merasa nyaman dan merasa �diterima� di tempat itu. Baik oleh orang yang mempekerjakannya dan juga oleh para pelanggannya. Dia merasa diperlakukan sebagaimana layaknya seorang manusia.



Seks bebas tidak dilakukannya karena dia meyakini bahwa itu bukanlah sesuatu yang benar. Adalah sebuah penghinaan terhadap diri sendiri bila harus �memerkosa� dan �menjajakan� diri hanya untuk urusan seks dan uang semata.



�Sebagai seorang manusia, saya harus bisa menjaga kehormatan saya.�

Wow!!!

�Saya memang bukan wanita asli, tetapi jiwa saya adalah seorang wanita. Hanya fisik saya saja yang pria.�

Yup!

�Saya sudah terlahir seperti ini dan bagi saya ini adalah takdir.�

�Apa tidak ada pilihan lain?�

�Tidak!!! Saya tidak bisa membohongi diri saya sendiri. Walaupun saya paksakan, tidak akan ada gunanya.�

�Tidak bisa memilih salah satu?�

�Tidak. Saya tidak mau merubah apa yang sudah diberikan kepada saya. Saya terima semuanya dengan tulus dan ikhlas.�

Operasi?

�Tidak!!! Biarlah saya tetap menjadi seperti ini. Saya, kan, sudah bilang. Ini takdir!!!�

Hebat!!!

bissu





Bagi saya, dia adalah seorang manusia yang sungguh luar biasa. Bayangkan saja, menjadi �diantara� memiliki beban serta tantangan tersendiri, tetapi dia mampu menghadapi semuanya dengan prinsip dan ketegaran yang sangat kuat. Bandingkan saja dengan perilaku mereka yang memang mengaku merasa sebagai perempuan dan pria tulen. Mereka yang tidak perlu merasakan untuk menghadapi segala perbedaan seperti dia. Masih banyak yang tidak bisa menerimanya, kan? Apalagi untuk menjaga kehormatannya? Malu nggak, sih?! Malu, dong!!!



Dia juga memberikan sebuah pelajaran berharga bagi mereka yang merasa memang memiliki takdir seperti dirinya untuk bisa menjadi seseorang yang memiliki kedudukan �terhormat�. Paling tidak bukan di mata masyarakat, tetapi bagi diri sendiri. Menempatkan posisi sebagai seorang manusia. Sedangkan bagi mereka yang memang memilih untuk menjadi seperti dirinya, juga sama. Bertanggungjawablah atas pilihan yang sudah diambil. Jangan pernah bermain-main dengan hal ini. Janganlah membuat diri menjadi terhina hanya karena sebuah pilihan. Jadilah manusia terhormat.



Jarang memang bisa bertemu dengan orang-orang seperti Icha. Kesempatan langka dan sangat berharga yang diberikan oleh Tuhan kepada saya untuk bisa bertemu dengannya. Oleh karena itulah, saya membagikan cerita ini kepada semua agar bisa melihat dan merasakan apa yang saya rasakan. Tidak perlu menerima, tetapi paling tidak tahu bahwa ini ada dan nyata. Sebuah pelajaran moral yang didapat dari yang �tak terduga�.



Semoga bisa membuka mata hati dan pikiran kita semua!!!(asa).



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 08:19 AM.


no new posts