FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Misteri, Horror, Supranatural Yuk baca cerita horor, lihat dan share penampakan mahluk gaib disini. Boleh juga membuka konsultasi ramalan,tarot dan sejenisnya |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() Quote:
![]() ![]() Munjung mengandung arti "menjunjung" atau meninggikan derajat" atau "penghormatan sangat tinggi". Sikap munjung adalah cara atau tata-krama menghaturkan "hormat" bangsa Nusantara kepada sesuatu yang dituju, yaitu dengan cara merapatkan kedua telapak tangan di depan wajah. Sikap ini merupakan ungkapan "rasa hormat yang sangat tinggi". Dalam melakukan sembah penghormatan (menyembah) sikap munjung selalu digunakan sebagai pembuka, dan demikian pula dalam penutup. Jadi, bangsa Nusantara itu tidak melakukan sembah dengan cara bersujud seperti petalukan, menghormat dan menjunjung tinggi melalui sikap munjung merupakan bentuk penghormatan yang sangat dalam dan agung. Perilaku munjungan secara umum masih dilakukan oleh hampir seluruh bangsa Indonesia yang masih memegang adab tata-krama (sopan-santun), seperti munjung kepada orang yang dituakan ataupun kepada orang tua sendiri (bapak-ibu, kakek-nenek, buyut, dst). Selain itu sikap munjungan juga digunakan bagi penghormatan kepada para leluhur yang sudah meninggal dunia... dan demikian pula hal itu dilakukan kepada para Hyang dan Yang Maha Kuasa. Sikap munjungan dilakukan dalam upacara menyembah Hyang (sembahyang), maka sesungguhnya bangsa Nusantara itu sangat menjunjung tinggi dan menghormati para leluhur. Namun entah bagaimana telah terjadi perobahan cara berpikir yang cenderung bersifat penolakan... bangsa Indonesia (mayoritas) menolak jika disebut "menyembah leluhur", mereka seperti merasa malu untuk mengakui hal tersebut (sungguh aneh...), padahal begitu jelas "tidak ada ranting tanpa dahan, tidak ada hari ini tanpa hari kemarin, tidak ada kita tanpa leluhur". Merekalah yang telah mewariskan kepada bangsa Indonesia segala jenis inti kehidupan yang terbaik di muka bumi... dan mereka mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang tahu diri, tahu balas budhi, dan tahu berterima-kasih. Sayangnya telinga bangsa Indonesia sudah tuli... dan sebagian lagi membutakan dan menulikan dirinya dirinya sendiri.... semoga mereka cepat pulih. Pada prinsipnya bangsa Nusantara tidak mengenal pola bersalaman saling bersentuhan tangan, artinya sikap munjung itu secara umum dilakukan dalam jarak tertentu. Bersalaman satu tangan (shake-hand) yang sangat populer (modern) diduga berasal dari meniru perilaku masyarakat Barat yang pada awalnya dilakukan sambil mencium tangan... dan sesungguhnya hal itupun dilakukan untuk mencium "cin-cin" lambang kekuasaan.... (ada juga yang dilakukan kepada tangan wanita, sebagai penghormatan). Dilain pihak, istilah "salam" yang kita kenal tentu saja diambil dari bahasa Arab yang artinya "selamat"....dengan demikian arti kata "bersalaman" itu adalah "saling menyelamatkan". Sikap "bersalaman" yg kita kenal saat ini sesungguhnya tidak ditemukan di Arab, cara mereka menyampaikan salam jauh berbeda dengan bangsa Nusantara. Pada umumnya orang Arab terlebih dahulu mengucapkan "salam alaikum" lalu mereka saling menempelkan bagian hidung kanan dan kiri ... hal ini dapat kita temui pada gerakan penutup shalat. Dasarnya memang bangsa Indonesia sudah kehilangan jati diri menjadi negeri gado-gado yang budayanya campur-aduk... istilahnya disebut "salam" (Arab) lakunya menyodorkan sebelah tangan (Eropa)... disusul dengan cium pipi kiri dan pipi kanan (*teuing ti mana?).... hal ini entah jenis apalagi... ![]() Persoalan munjung kian hari semakin tidak terpahami oleh banyak orang di Jawa Barat, hingga dibeberapa tempat sering kali diartikan sebagai sesuatu yang berkonotasi negatif, misalnya istilah "pamunjungan" (tempat menghormat) tempat keramat... yang sebetulnya merupakan daerah "kabuyutan" (petilasan para leluhur), orang Jawa Barat mengidentikan tempat tersebut sebagai sarang siluman tempat meminta kekayaan (pesugihan) dengan mengorbankan nyawa.... (atau ini hanya sebuah taktik... agar tidak dirusak ?) Memang betul kata pepatah; lain jaman lain pula cara hidupnya... lain padang lain belalang... lain bangsa lain pula budayanya... namun demikian perilaku munjung (menjunjung tinggi) semakin langka ditemukan pada generasi muda di Jawa Barat... mereka lebih memilih "cium tangan" yang disangkanya sangat Islami (padahal di Arabnya tidak ada).... hehehehehe.... tertipuuuuu.... hal ini sangat berbeda dengan kehidupan masyarakat Jawa Tengah dan Bali yang masih menggunakan tata-krama beradab dan berbudaya... semoga mereka tetap mempertahankannya. Last edited by zedleppelin; 18th October 2010 at 07:31 PM. |
#2
|
||||
|
||||
![]() .......... Quote:
|
#3
|
||||
|
||||
![]()
dijogja khususnya di lingkungan kraton n pinggiran jogja masih banyak ndan yang melakukan kayak gitu.
klo di kota mah dah hilang... kebanyakan pendatang soalnya. |
![]() |
|
|