FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lukisan Tempat jual beli berbagai macam lukisan |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Kondisi Barang : Baru
Harga : Lokasi Seller : DKI Jakarta Description : [/spoiler] Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
![]() ukuran lukisan 2 x 1 m [/quote][quote] �THE LAST SUPPER� painted by Haryono Reksodiputro (Nono) Lukisan "The Last Supper" ini merupakan buah karya seorang seniman senior dengan latar pendidikan Art Design di sebuah Universitas negara sosialis Chekoslowakia pada kurun pertengahan sampai dengan akhir 60'an. Beliau adalah Haryono Reksodiputro atau Nono lahir pada 16 September 1940 di kota Sukabumi, pada masa SMA beliau tinggal di jalan Cilosari Cikini Jakarta pusat bersama kedua orang tua yang merupakan keluarga besar dengan 10 anak didalamnya. Semasa mengenyam pendidikan di Eropa, beliau sempat bekerja di perusahaan Rosenthal di Jerman sebagai designer porselen dan kristal kristal. Rosenthal merupakan salah satu pabrik kaca kristal dan porselen yang terbaik didunia dan pabriknya tersebar dibanyak negara. Nono demikian panggilannya, meyelesaikan SMA nya di Kanisius Menteng yang kemudian oleh salah satu gurunya yang merupakan sosok frater keturunan Belanda di ajukan untuk menerima beasiswa belajar di Eropa, kebetulan pada masa-masa itu banyak pemuda pemuda kita yang ditawarkan untuk belajar di negara-negara sosialis komunis di kawasan Eropa Timur. Jadi berangkatlah beliau ke sana sesuai bidang yang beliau minati yakni Art and Design tersebut. Menurut pengakuan Pak Nono, beliau sebetulnya lebih menekuni bidang design kaca dan pernah bekerja disebuah perusahaan besar yang memungkinkan beliau berkarya dengan kemampuan dan keahlian beliau dibidang design kaca. Namun demikian beliau juga mendalami seni lukis sebagai pilar berkeseniannya. Maka karena itu terciptalah suatu maha karya beliau khusus dibidang seni lukis yang lukisan yang kemudian diberi judul "The Last Supper" atau Perjamua Terakhir, dimana secara ringkasnya adalah malam perjamuan terakhir Yesus Kristus bersama kedua belas muridnya, sebelum akhirnya atau keesokan harinya Yesus Kristus di serahkan ke tentara Roma oleh salah satu murid Yesus sendiri yakni Yudas Iskariot. Hal yang unik dan menarik tentang lukisan ini Pak Nono adalah walaupun beliau lah yang melukis lukisan the Last Supper ini namun nyatanya dia adalah seorang Muslim yang cukup taat. Menurut beliau sebelum dia mulai melukisnya, dia melakukan tirakat dan doa karena apa yang akan dilukisnya adalah suatu peristiwa nyata dan agung. Maka pada tahun 1970 inilah tercipatnya suatu seni mahakarya atau masterpiece dari seorang Nono yang menurut pengakuannya diperlukan tidak kurang dari 6 bulan untuk menyelesaikannya. Hal ya ng sangat signifikan mengenai lukisan ini adalah, beliau umemang menggambarkan wajah masing-masing tokoh disana yakni dari Yesus dan ke dua belas muridnya, hanya saja setiap wajah tidak diberikan detail dari alis, mata,hidung, bibir apalagi telinga. Beliau beralasan secara fisik dan pribadi dia memang tidak pernah tahu bagaimana rupa karakter masing-masing disana, tapi yang penting beliau melukis dengan perasaan hatinya dan itulah ekspresi beliau. Kehidupan beliau pernah diliput secara eksklusif di sebuah majalah asing terkenal dipertengahan tahun 70'an, kalau tidak salah Asiannews Magazine edisi pertengahan 70's yang seingat penulis, pada saat itu bersampul depan presiden Filipina Marcos saat berdiri atau berhadapan didepan publiknya. Namun sangat disayangkan majalah itu hilang pada saat penulis melakukan pindahan rumah. Padahal ulasan beliau dimajalah tersebut cukup panjang tidak kurang dari tiga sampai dengan empat halaman, termasuk beberapa foto berwana saat beliau sedang asik melukis distudionya di daerah Cikini, Jakarta Pusat, termasuk foto eksklusif the Last Supper tersebut! Pada saat lukisan ini dijual dipertengahan 70'an kepada Ibu penulis, maka karena isteri beliau begitu terburu-buru menjualnya - mungkin waktu itu mereka sedan memerlukan uang, maka beliau belumlah sempat membubuhkan tanda tangannya! sesuatu hal yang ritual bagi seorang pelukis, dengan demikian lukisan tanpa tanda tangan ini berlangsung berpuluh-puluh tahun. Sampai suatu ketika pelukis teringat akan bagaimana menghargai nilai seni dari lukisan ini dan sekaligus mendapatkan tanda tangannya. Maka setelah berhasil menghubungi mantan isteri dan anaknya, penulis berhasil mendapatkan alamatnya dan melakukan appointment untuk bertemu beliau. Sampai suatu waktu di awal bulan Juni 2011, penulis berhasil membawah mahakarya ini kembali "sementara " ke haribaan sang pelukisnya dan sekali setelah bertirakat diatas lukisan tersebut Nono membubuhkan tanda-tangannya dengan sangat hati-hati, disudut kiri bawah lukisan tersebut. Maka inilah dia "The Last Supper" mahakarya dari Haryono Reksodiputro sang seniman yang terhilang di belantara dunia seni lukis Indonesia! Bagi yang berminat dan nanya tentang masalah harga hubungi : 08121064435 085217652014 ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|