Apakah budidaya teh masih dipandang sebagai bidang prospektif di Indonesia? Asosiasi Teh Indonesia (ATI) mencatat bahwa perkebunan teh di Indonesia berkurang sekitar 32.600 hektar dalam 13 tahun terakhir.
Hal ini bertolak belakang dengan kondisi negara-negara penghasil teh utama seperti RRC, India, Vietnam, Myanmar, Kenya dan negara-negara Afrika lainnya, dimana penanaman baru dilakukan setiap tahunnya.
Produksi teh dunia juga terus meningkat dari 3.026.000 ton tahun 1998 menjadi 4.162.000 ton tahun 2010, mengalami kenaikan sebesar 37,54% dalam 13 tahun. Indonesia malah turun dari 166.800 ton menjadi 129.200 ton.
Ekspor dunia pun terus meningkat dari 1.299.000 ton pada 1998 menjadi 1.729.000 ton pada tahun 2010, atau naik 33,1%.
Walaupun produksi teh dalam negeri menurun, ekspor teh Indonesia tetap berjumlah antara 90.000 dan 100.000 ton per tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi teh dalam negeri turun.
Sebaliknya, nilai konsumsi teh dunia meningkat 38,1% dari 2.881.000 ton pada tahun 1998 menjadi 3.980.000 ton tahun 2010. Faktor utama yang mendukung meningkatnya konsumsi teh secara global ini adalah pemahaman masyarakat dunia yang semakin luas tentang manfaat teh bagi kesehatan, serta variasi penyajian dan olahan produk minuman teh itu sendiri.
Hal tersebut menjadi pertimbangan khusus bagi produsen
teh lokal. Mereka kini semakin kreatif dengan memperkenalkan produk teh dari dengan berbagai variasi jenis, rasa, maupun kemasan. Pengolahan produk teh pun dilakukan sedemikian hingga agar manfaat asli minuman tersebut bagi kesehatan dapat optimal.
Varian produk teh dari berbagai jenis dan kemasan
Sumber: tanahair.kompas.com