FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Nasional Berita dalam negeri, informasi terupdate bisa kamu temukan disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Jakarta - Pemerintah tampaknya kesulitan untuk melakukan rencana penghentian impor garam yang sejak tahun lalu diumbar ke masyarakat. Banyaknya pintu masuk impor ke Indonesia membuat garam-garam 'asing' itu terus mengalir ke pasar domestik. Data impor Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan selama November 2011, Indonesia masih kedatangan garam impor sebanyak 216,3 ribu ton dengan nilai US$ 10,9 juta. Dengan demikian, sepanjang Januari-November 2011, jumlah impor garam yang telah dilakukan oleh Indonesia mencapai 2,7 juta ton atau US$ 140,5 juta setara dengan Rp 1,2 triliun. Pengamat ekonomi Dradjad Wibowo menilai penghentian impor garam bukanlah solusi terbaik. Dia menyatakan pemerintah memiliki kesulitan dalam menutup kran impor garam tersebut. Pasalnya, negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan memberikan tugas berat bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap masuknya garam impor tersebut ke tanah air. "Menutup impor garam rasa-rasanya sangat sulit. Bukan karena khawatir retaliasi dari mitra dagang atau khawatir sanksi WTO, tapi lebih karena panjangnya garis pantai kita, sementara kekuatan penjagaan pantai kita lemah sehingga penyelundupan relatif mudah masuk. Jadi menutup kran impor bukan solusi terbaik," tegasnya kepada detikFinance, Selasa (24/1/2012). Menurut Dradjad, solusi terbaik adalah pengendalian impor garam. Salah satu caranya adalah melalui penerapan standardisasi yang ketat. Selain menggunakan standard universal, pemerintah dapat menggunakan kriteria dan indikator (C&I) khas Indonesia. "Mungkin ada asumsi bahwa garam impor itu kualitasnya lebih bagus, sehingga pasti lulus standard, belum tentu juga. Kalau kita cerdas, standarisasi dengan C&I khas kebutuhan Indonesia ini bisa menjadi alat pengendalian impor garam," pungkasnya. Sebagai informasi, Impor garam ke Indonesia terbanyak berasal dari Australia yaitu 1,7 juta ton dengan nilai US$ 85,95 juta pada periode Januari-NOvember 2011. Lalu garam impor dari India sebanyak 976 ribu ton dengan nilai US$ 52,15 juta dari Januari hingga November 2011. Kemudian Indonesia juga mengimpor garam dari Singapura sebanyak 24 ribu ton dengan nilai US$ 1,4 juta, lalu Selandia baru sebanyak 1,13 ribu ton dengan nilai US$ 404,5 ribu, dan Jerman sebanyak 460,7 ton dengan nilai US$ 411,2 ribu, dan negara lainnya sebanyak 523,2 ton dengan nilai US$ 187,7 ribu. Kesejahteraan Petani Garam Terkait kesejahteraan petani garam di Indonesia yang saat ini masih sangat rendah, Dradjad menyatakan sebenarnya, pemerintah bisa saja menaikkan harga garam guna meningkatkan gairah para petani "perasa makanan" ini. Namun, rupanya hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menurut Dradjad kenaikkan harga garam akan efektif jika pemerintah "memaksa" Perum Bulog untuk melakukan stabilisasi harga garam "Untuk menaikkan harga, hanya bisa efektif kalau Bulog ditugaskan stabilisasi harga garam," ujarnya. Caranya, lanjut Dradjad, adalah disediakannya anggaran untuk pengadaan stok garam dan operasi pasar. Kemudian perlunya sistem pengawasan yang ketat dari Bulog "Diberi dana yang cukup untuk pengadaan stok garam dan operasi pasar, baik jual ke maupun beli dari pasar, dan ada sistem check and balance serta pengawasan yang ketat di Bulog sehingga tikus-tikus sembako tidak meraja lela," tegasnya. Tanpa ketiga syarat tersebut, Dradjad yakin kebijakan harga garam tidak akan berjalan efektif. "Malah menciptakan calo-calo yang kongkalingkong dengan Bulog," pungkasnya. sumber: detik.com
__________________
ﷲ ☯ ✡ ☨ ✞ ✝ ☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ ☭ ✌
|
![]() |
|
|