Surabaya Vs Banjir, Manajemen Kota Bagaimana?
Selama beberapa hari terakhir, hujan deras sering mengguyur Kota Surabaya. Hanya dalam beberapa jam saja, jalan-jalan utama maupun lokal sudah tergenang air. Beberapa kawasan pun terjadi banjir. Tinggi permukaan air beragam, maksimal setinggi lutut orang dewasa. Jika kejadian ini terus dibiarkan (di anggap biasa), lama-lama banjir Surabaya akan sama dengan banjir Jakarta. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Economy and Environmental Program for Southeast Asia (EEPSEA) tahun 2009 terhadap perubahan iklim di 530 kota dari tujuh Negara, yakni Indonesia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, dan Philipina didapatlah sepuluh wilayah kota yang rentan terhadap perubahan iklim di Asia Tenggara, yaitu Jakarta Pusat (DKI Jakarta), Jakarta Utara (DKI Jakarta), Jakarta Barat (DKI Jakarta), Mandol Kiri (Kamboja), Jakarta Timur (DKI Jakarta), Rotano Kiri (Kamboja), National Capital Region (Philipina), Jakarta Selatan (DKI Jakarta), Bandung (jawa Barat), dan Surabaya (Jawa Timur) (dari buku; Mengapa Jakarta Banjir, hlm. 8: 2010).
Dari studi EEPSEA itu, Kota Surabaya berada dalam peringkat 10 Besar mengalahkan 520 kota lainnya di Asia Tenggara. Sungguh hal ini merupakan prestasi yang memalukan. Hingga sekarang, tampaknya belum terdengar kerisauan dari Pemerintah Kota Surabaya, terutama penduduk Surabaya terhadap masalah ini. Genangan air memang akan surut dalam beberapa puluh menit setelah hujan berhenti. Namun adanya genangan air mengindikasikan bahwa Kota Pahlawan berpotensi banjir besar dikemudian hari.
Tidakkah pernah terpikir, bahwa tidak semua area dalam suatu kawasan merupakan daerah yang layak terbangun ?. Ada beberapa area yang merupakan daerah resapan air, yang berarti area ini terlarang untuk bangunan. Lalu bagaimana bisa dimanfaatkan lahan ini ? Ya, lahan resapan ini hanya diperuntukkan sebagai kawasan konservasi. Umumnya, kawasan konservasi merupakan kawasan lindung yang dihiasi dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH), seperti taman, kebun, maupun hutan. Potensi Ruang Terbuka Hijau pun sangat besar dalam menjaga kestabilan lingkungan kota.
Di bawah kepemimpinan Walikota perempuan pertama, Risma ? Kota Surabaya telah menjadi Kota Hijau. Dengan banyaknya RTH di dalam kota, maka resiko terjadi banjir akan semakin kecil. Namun mengapa, Surabaya masih terkena banjir ?
Tampaknya Pemerintah Kota Surabaya harus mengendalikan izin aktifitas penggunaan lahan (landuse) dan mengontrol setiap pembangunan yang dilakukan warganya walau itu di pinggiran maupun di gang-gang kota. Terkadang masyarakat tidak mengetahui dampak dari pembangunan rumah maupun jenis usaha mereka terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, tanggung jawab kita bersama adalah menjaga lingkungan dan menjadi tanggung jawab pemerintah mengelola kota dengan baik.
__________________
ﷲ ☯ ✡ ☨ ✞ ✠☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ ☠✌