Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge > Gossip & Gallery

Gossip & Gallery Gossip, artist, images of unique and interesting all here.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 14th November 2011
priatampan's Avatar
priatampan priatampan is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: Nov 2011
Posts: 5,852
Rep Power: 21
priatampan mempunyai hidup yang Normal
Default Percayakah Anda dengan Kesaksian Mantan Pejabat Pajak???

VIVAnews - Nama Bahasyim Assifie mendadak tenar. Sebagai mantan pejabat di Direktorat Jenderal Pajak, ia termasuk yang dilaporkan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) kepada kepolisian, tahun lalu.



PPATK bercuriga setelah mendapati anggota keluarga Bahasyim memiliki rekening puluhan miliar rupiah. Keluarga yang dimaksud adalah istrinya, Sri Purwanti dan salah satu anak dari tiga anaknya, Winda Arum Hapsari.



Bahasyim adalah mantan pegawai pajak yang dikenal lama memegang majalah berita pajak. Namun, ia sempat memegang jabatan sebagai Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Wilayah VII Jakarta. Setelah itu, pada 30 Mei 2008, dia dilantik sebagai pejabat eselon II Bappenas sebagai Inspektur Bidang Kinerja Kelembagaan di Bappenas.



Ketika dikonfirmasi soal asal-usul duit tersebut, Bahasyim mengaku memperoleh dari bisnis keluarga. "Itu tidak ada kaitan dengan pekerjaan saya," kata Bahasyim. Berikut petikan wawancara eksklusif VIVAnews dengan Bahasyim di Bappenas beberapa hari lalu.



Bagaimana kabarnya di tengah maraknya kasus Gayus Tambunan?

Ya, saya sedang sibuk mengurus kakak saya yang sakit. Kami delapan bersaudara. Salah satu kakak saya yang tadinya di Jawa dibawa ke Jakarta karena sakit.



Istri Anda disebut-sebut memiliki rekening sebesar Rp.70 miliar. Benar?

Memang benar, istri saya memiliki rekening Rp.64 miliar. Dulu Rp.30 miliar, kemudian dari hasil bisnis yang sudah cukup lama jadi berkembang. Itu istri saya yang tahu karena bukan rekening saya. Itu memang pernah dilaporkan PPATK kepada kepolisian. Namun, saya, keluarga, istri dan anak-anak sudah diklarifikasi awal tahun lalu.



Bagaimana hasil pemeriksaan polisi?

Kami diperiksa semua oleh polisi pada awal 2009, hasilnya tidak ada masalah. Tuduhan tidak terbukti. Berita acara pemeriksaan juga masih ada.



Jangan-jangan seperti Gayus, duitnya dibagi-bagi ke polisi?

Mas, sungguh. Kami tidak mau membayar polisi. Saya malah melawan kalau itu dilakukan. Sebab, duit itu sama sekali diperoleh dengan cara yang benar.



Kalau rekening Anda sendiri?

Rekening saya juga pernah diperiksa oleh PPATK. Ketika itu ada duit masuk sekitar Rp.200 juta. Padahal, itu adalah duit untuk pembelian kendaraan dinas.



Rekening puluhan miliar milik keluarga pejabat pajak, bukankah memang mencurigakan?

Itulah kesalahan saya menjadi seorang PNS. Padahal, itu adalah hasil jerih payah usaha keluarga selama puluhan tahun.



Keluarga Anda dituduh bisa menghimpun duit sebesar itu karena pekerjaan Anda sebagai aparat pajak?

Saya ini, sejak awal bekerja di kantor pajak, hanya mengurus majalah berita pajak. Hampir sebagian besar waktu saya di pajak hanya menangani majalah ini, bahkan sampai memegang pemimpin redaksi. Sungguh saya tidak pernah memperoleh duit dengan cara tidak benar.



Bukankah Anda pernah menjadi Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak?

Benar. Saya memang pernah menjadi Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Wilayah VII Jakarta. Tetapi itu cuma beberapa tahun saja. Saya juga tidak melakukan hal-hal yang melanggar.



Jabatan itu sangat potensial untuk menghimpun dana dari wajib pajak?

Mas, demi Allah, demi Tuhan, keluarga saya memperoleh dana dengan cara yang terpuji. Saya justru sedih menjadi pegawai negeri. Keluarga sudah meminta saya keluar dari PNS sejak lama. Kalau boleh menangis, saya akan menangis. Bahkan, anak saya sambil membusungkan dada pernah menantang saya keluar dari PNS. Sebab, dari bisnis keluarga saja sudah lebih dari cukup untuk hidup.



Kenapa harus berhenti jadi PNS?


Orang selalu curiga dan iri hati dengan kekayaan yang kami miliki, meski kami mendapatkannya dengan cara yang benar. Itu memang kesalahan saya menjadi PNS. Apalagi di Kantor Pajak, orang selalu memandang dengan curiga.



Bagaimana pendapat keluarga Anda soal kabar yang berkembang terkait rekening ini?

Keluarga saya sudah babak belur gara-gara laporan PPATK ini. Kami sempat kaget saat itu. Kami lilahita'allah saja. Tapi, meski kami sudah diperiksa, masih saja babak belur.



Bisa dijelaskan lebih rinci dari mana keluarga Anda memperoleh uang puluhan miliar rupiah itu?

Saya ini anak blantik (pedagang) sapi di Sidoarjo. Sejak dari kecil, saya juga sudah terbiasa berbisnis. Pada masa kuliah tahun 1972 dan selanjutnya, saya juga sudah buka macam-macam usaha mulai dari foto kopi, percetakan, jual beli mobil dan sepeda motor, hingga jadi sopir taksi.



Bagaimana ceritanya kekayaan keluarga Anda bisa jadi puluhan miliar?


Kami berbisnis sudah cukup lama. Sebelum tahun 2000, keluarga kami sudah membuka usaha menjadi distributor ikan. Kami menjadi pemasok ikan antar pulau. Kami mengambil ikan dari nelayan di Bitung, Kendari dan Makassar. Kemudian, kami kemas dan dijual kembali di Jawa, di Jabotabek, Bandung, Tuban, Surabaya hingga Muncar, Banyuwangi. Anak saya yang lelaki sudah terlibat sejak mahasiswa. Da mengurus bisnis ikan ini hingga sekarang.



Bagaimana mungkin bisnis ikan bisa menghasilkan uang sebanyak itu?


Mas, omset perdagangan ikan keluarga kami rata-rata mencapai 30-50 ton per hari. Harga ikan setiap satu kilogram adalah Rp.15 ribu. Jadi, dalam sehari nilai transaksinya Rp.500-750 juta, dalam sebulan sekitar Rp.15 miliar. Itu sudah berjalan sejak 1999. Istri saya juga memiliki bisnis timah. Dia punya bisnis smelter timah bersama teman-temannya.



Selain dari bisnis ikan dan timah, ada sumber lain?

Istri dan anak saya juga menempatkan dana dari bisnis keluarga ke sejumlah instrumen investasi yang berbunga tinggi. Jadi, wajar jika kemudian nilainya juga berkembang. Itu sama sekali tidak terkait dengan pekerjaan saya.



Kenapa Anda keluar dari Kantor Pajak dan pindah ke Bappenas?

Saya sedih, bekerja di pajak selalu mengundang fitnah. Karena itu saya keluar. Kebetulan ketika itu di Bappenas ada fit and proper test untuk eselon II, ya saya mendaftar. Saya masih ingin bekerja di pemerintahan karena saya sudah sekolah sampai doktor. Sayang, masak susah-susah meraih gelar doktor, tapi cepat-cepat pensiun.



Langsung aja da gua kutip dari viva news.



sumber: http://bisnis.vivanews.com/news/read...isnis_keluarga



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 09:00 PM.


no new posts