FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Health Mencegah lebih baik dari mengobati. Cari tahu dan tanya jawab tentang kesehatan, medis, dan info dokter disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Tamiflu dipercaya sebagai obat mujarab untuk menanggulangi penyakit flu berbahaya, seperti flu burung (avian influenza) dan flu babi (swine flu). Namun, kini dokter dan perawat diperingatkan untuk berhati-hati.
Maunya Sembuh dari sakit malah masalah lain timbul Sebab, tamiflu ternyata ada efek sampingnya. Pasien bisa menderita kelainan mental secara tiba-tiba. Perawat pun harus makin ketat mengawasi kemungkinan gejala-gejala 'neuropsychiatric' yang memicu reaksi antagonis dari pasien. Sejak 2005, enam pasien di Singapura, kebanyakan dibawah usia 16 tahun, mengalami disorientasi atau kebingungan usai menelan obat ini. Seiring gencarnya penularan flu babi, tamiflu makin sering dikonsumsi. Hanya beberapa bulan lalu, seorang gadis berusia 12 tahun dilaporkan mengalami halusinasi, sementara remaja pria berusia 13 tahun menunjukan tanda-tanda akan bunuh diri. Kabar gembiranya, lima dari enam kasus yang terjadi, gejala yang mereka alami cepat diatasi. Mereka pun bisa melanjutkan pengobatan dengan aman. Kasus terberat pemakaian tamiflu terjadi pada 2005. Seorang pria berusia 45 tahun yang mengkonsumsi tamiflu menemui ajalnya. Saat itu mengaku insomnia dan stres, salah satunya akibat pekerjaan. Meski demikian belum ada kejelasan apakah ada kaitan langsung Tamifu dengan efek samping yang mengerikan ini. Gejala umum penggunaan tamiflu adalah sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, dan diare. Namun gejala bisa ditekan jika pasien menelan obat sesudah makan. Laporan pertama efek samping tamiflu pada remaja dilaporkan di Jepang tahun 2005. Sementara di Inggris, lebih dari separo anak dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk usai mengkonsumsi tamiflu pada April-Mei 2009. Namun, gejala itu tak spesifik. Gejala yang sama juga dilaporkan pasien flu yang tak mengkonsumsi tamiflu. "Tamiflu yang bermanfaatu ntuk merawat gejala awal pasien yang mengidap virus influenza serius, bisa menimbulkan komplikasi serta risiko," kata Chan Cheng Leng, Direktur Healt Science Authority (HSA), seperti dikutip laman The Strait Times, Rabu 5 Agustus 2009. Namun, masyarakat tak perlu terlalu khawatir dan panik, meski tetap harus waspada. Perawat harus memonitor pasien secara dekat, apalagi juga pasien masih berusia muda. Ditambahkan Chan, saat ini sekitar 58 ribu orang sudah menggunakan tamiflu sejak obat tersebut diluncurkan, laporan insiden gangguan neuropsychiatric sangat jarang. Sementara, Roche, perusahaan yang mengeluarkan tamiflu mengatakan kaitan antara konsumsi tamiflu dengan gejala neuropsychiatric belum dipastikan. Namun, perusahaan tersebut berjanji akan memonitor hal tersebut. Peringatan untuk mewaspadai efek samping tamiflu disambut positif seorang ibu beranak dua, Hui Ching (42). Dia mengaku tetap akan menggunakan tamiflu jika anaknya terserang flu serius. "Meski ada efek sampinnya, saya akan tetap minta tamifu jika dia sakit. Sebaliknya, kami akan mengawasi dan memastikan dia aman," kata Hui. (SuaraMedia) |
![]() |
|
|