Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 18th September 2010
GadoGado's Avatar
GadoGado GadoGado is offline
Ceriwis Geek
 
Join Date: Sep 2010
Posts: 13,165
Rep Power: 32
GadoGado memiliki kawan yg banyakGadoGado memiliki kawan yg banyakGadoGado memiliki kawan yg banyak
Default Warna-warni Festival Musim Panas di Jepang

Sepanjang tahun di Jepang dipenuhi dengan festival-festival yang menarik. Kita tentu telah sangat akrab dengan banyaknya hari libur di Indonesia. Di Jepang kita akan menjumpai jumlah hari libur yang kurang lebih sama banyaknya. Sebagian besar hari libur itu adalah untuk memperingati festival yang secara rutin digelar tiap tahun secara turun temurun, yang slah satunya adalah festival musim panas. Sebuah perpaduan yang sangat indah antara masa lampau dengan masa kini, manakala melihat rombongan gadis berkimono melenggang di tengah rimbunan gedung pencakar langit, dan ribuan orang berjas rapi di kawasan kota Tokyo.

Spoiler for tanabata:
Asal-usul festival ini sangat menarik untuk diceritakan, bermula di Tiongkok dan diperkenalkan kepada masyarakat Jepang pada jaman Nara. Kisahnya bermula pada cerita cinta dua manusia bernama Altair (Hikoboshi) dan Vega (Orihime), bintang tercerah dalam rasi bintang Lyra. Hikoboshi adalah seorang penggembala sapi, sedangkan Orihime adalah seorang putri yang memiliki kepandaian menenun. Mereka menelantarkan pekerjaan mereka karena cinta tersebut, dan hal ini membuat Raja Langit marah sehingga memisahkan mereka berdua menggunakan sungai Amanogawa. Orihime dan Hikoboshi hanya dapat bertemu pada malam ketujuh bulan ketujuh setiap tahunnya, melewati sebuah jembatan ajaib. Jika pada malam tersebut terjadi hujan, sungai yang memisahkan mereka akan meluap dan mereka harus menunggu hingga tahun depan untuk kembali bertemu.
Salah satu tradisi yang paling terkenal adalah menulis tanzaku, permohonan dan impian yang dituliskan di atas selembar kertas atau potongan kayu dan digantungkan pada batangan bambu. Setelahnya, permohonan-permohonan ini akan diapungkan di sungai atau dibakar pada tengah malam, dengan tujuan agar segala sesuatu yang buruk segera berlalu. Harapan mereka dipercaya akan terkabul apabila pada hari itu hujan tidak turun.


Spoiler for pic:




Spoiler for hanabi:
Perayaan khas di musim panas, bermula dari zaman Edo (1600-1868). Merupakan pesta kembang api yang diadakan di seluruh wilayah Jepang pada pertengahan bulan Agustus. Selain itu, ada juga permainan-permainan seru seperti menangkap ikan mas koki menggunakan kawat berlapis kertas tipis, dan banyak kedai-kedai yang menjual berbagai macam makanan seperti permen apel, manisan, dan lain-lain.
Di sekitar tempat dimana berlangsung pesta kembang api terdapat berbagai kios-kios hiburan yang menyediakan makanan, minuman, permainan anak tersebut. Mereka datang bersama keluarga, sebagian ada yang mengenakan yukata (kimono dari katun, sederhana) sambil membawa kipas kertas pengusir udara panas di musim panas.


Spoiler for pic:






Festival ini selalu dilakukan di lapangan luas dekat sungai dan tanpa dipungut bayaran, dengan maksud untuk melepaskan segala lelah di musim panas, dengan melihat keindahan berbagai macam bentuk kembang api di malam hari. Para penonton datang dari berbagai tempat. Untuk mendapatkan posisi tempat duduk 'lesehan' yang strategis, beberapa orang rela berdatangan beberapa jam sebelum acara di mulai ke tempat tersebut.
Para penonton berdatangan secara berkelompok bersama keluarga, rekan kerja atau berpasangan. Mereka sengaja membawa tikar plastik sebagai alas duduk dan bekal yang akan dinikmati sambil menyaksikan indahnya kembang api yang ditampilkan di malam itu.


Spoiler for O-Bon:
Merupakan peristiwa keagamaan Budhis dimana setiap keluarga di Jepang menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut datangnya arwah para leluhur yang tinggal untuk beberapa hari lamanya di rumah mereka. Sejumlah penerangan api yang dipasang di sekitar rumah merupakan sambutan selamat datang. Selama masa O-bon, keluarga meletakkan sesajen buah-buahan dll, di meja sajen. Di beberapa daerah juga, dilakukan tarian massal O-bon dengan iringan sejumlah instrumen musik tradisional seperti tambur taiko, sruling, dll dengan irama yang dinamis. Sebagai penutup perayaan, dilakukan pelarungan lentera-lentera kecil berwarna-warni di sungai terdekat secara beramai-ramai.

Spoiler for pic:






Acara ritual yang biasa dilakukan saat festival Obon adalah melakukan tarian yang disebut Obon Odori (ancentour's soul folk dance), pada malam hari. Mereka percaya bahwa saat melakukan tarian sang arwah pun turut bergembira menari bersama.
Tua, muda, anak-anak, laki, perempuan dengan memakai yukata (summer kimono)pada malam itu berkumpul bersama di suatu lapangan luas, membentuk lingkaran besar, bergembira menarikan Obon Odori. Music pengiring obon odori (tarian arwah) biasanya diletakan di dalam lingkaran tersebut, yang disebut Yagura (standing stage) yaitu berupa tabuh gendang.
Selain tarian Obon Odori, mereka pun biasanya membuat Toro Nagashi (floating paper lantern), yaitu lentera yang didalamnya diberi lilin menyala. Lentera ini kemudian dialirkan ke sungai atau digantungkan di depan kuil, untuk mengantar para arwah pulang ke makamnya masing-masing (Ohaka = family tomb).


Spoiler for awa odori:
Tari Awa (???? ,Awa Odori?) adalah tari asal Provinsi Awa (Prefektur Tokushima), Jepang yang ditarikan secara beramai-ramai di berbagai kota dan desa di Prefektur Tokushima untuk menyambut perayaan Obon. Setiap tahun tanggal 12-15 Agustus, tari Awa dilangsungkan di tengah kota Tokushima.
Penari Awa menari dalam kelompok-kelompok yang disebut ren sambil berpawai di jalan-jalan. Satu kelompok penari bisa terdiri dari lusinan penari. Tari Awa adalah sejenis Bon Odori. Penari wanita menari dengan posisi tubuh tegak dan tangan yang digerak-gerakkan di atas kepala. Pria menari dengan pinggul direndahkan, serta gerakan tangan dan kaki yang dinamis.
Musik pengiring menggunakan alat musik yang terdiri dari shamisen, perkusi (taiko dan tsuzumi), genta (kane), dan flute (yokobue). Lagu yang dimainkan adalah lagu populer dari zaman Edo yang berjudul "Yoshikono". Liriknya berupa ajakan kepada penonton untuk turut menari, "Erai yatcha, erai yatcha, yoi yoi yoi yoi, odoru aho ni miru aho, onaji aho nara odorana son son." Lagu "Yoshikono" hanya digunakan untuk mengiringi kelompok tari Awa yang terkenal, sedangkan kelompok tari Awa yang lain menari dengan diiringi seruan "Yatto sa Yatto saa".


Spoiler for pic:






Merupakan bagian dari perayaan O-bon dalam rangka menyambut dan mengantarkan kembali arwah para leluhur. Tarian massal ini konon dimulai lebih dari 400tahun yang lalu, dan dewasa ini diikuti oleh ratusan ribu peserta yang menari berirama dengan iringan alat music tradisional shamisen, tambur, seruling, dan lonceng. Biasanya ada pembimbing tari yang memimpin agar para peserta dapat menari secara sinkron.


Spoiler for tsukimi:
Merupakan pesta menikmati indahnya bulan purnama di musim panas sekitar pertengahan bulan Agustus. Di Jendela dimana terlihat bulan purnama, diletakkan sesajen khusus. Hal ini sebenarnya merupakan wujud pemujaan alam oleh masyarakat pertanian untuk memperoleh panen yang berlimpah.
Perayaan menikmati pemandangan bulan di pertengahan musim gugur di jepang disebut tsukimi. Budaya tersebut pertama kali diperkenalkan ke masyarakat Jepang dari Cina pada periode Nara dan Heian, yaitu antara tahun 710 � 1185.
Tsukimi dirayakan tiap tanggal 15 Agustus dalam lunar calendar, atau Jugoya (malam ke 15 dalam bahasa Jepang). Jugoya dalam solar calendar atau kalender masehi selalu berubah setiap tahunnya, namun biasanya jatuh di bulan September atau Oktober. Bulan di malam tersebut tak selalu penuh, namun itu adalah bulan yang paling cerah dan paling indah sepanjang tahun. Tahun ini, Tsukimi dirayakan pada tanggal 3 Oktober.

Spoiler for pic:






Masyarakat Jepang merayakan Tsukimi dengan mendekorasi vas dengan susuki (sejenis rumput Jepang) dengan bunga-bunga musim gugur, lalu meletakkan kue dango dan satoimo (sejenis ubi-ubian) di altar untuk dipersembahkan kepada bulan. Mereka kemudian memandangi bulan dan menikmati keindahannya dengan tenang.


Spoiler for Hakata Gion Yamakasa:
Hakata Gion Yamakasa (1-15 Juli) di Hakata (prefektur Fukuoka)

Perayaan ini dimulai sejak zaman Kamakura (1185-1333), dalam rangka mengusir bencana penyakit. Kuil-kuil kecil (Shinto) gotongan (O-mikoshi) diarak beramai-ramai, beriringan dengan kendaraan-kendaraan hias yang disebut Kazari Yamagasa dengan boneka-boneka besar yang menggambarkan tokoh-tokoh legenda atau sejarah.


Spoiler for pic:






Spoiler for tenjin matsuri:
Tenjin Matsuri (24-25 Juli) di Osaka

Merupakan salah satu festival besar dan terkenal di Jepang, dimulai sekitar tahun 1000. Ribuan orang berarakan menggotong kuil-kuil kecil o-mikoshi dari kuil Temmangu ke Jembatan Tenjin, kemudian naik perahu-perahu hias dan selanjutnya dilakukan pesta kembang api.


Spoiler for hari ke-1:

Flower Girls (Hanamusume)


Portable Shrine (Mikoshi)


Danjiri


Blessing


Lion Dance (Shishimai)


Procession (Ujichi-junkou)


Spoiler for hari ke-2:

Taiko - Naka


Sarutahiko


Umbrella Dance (Kasa-odori)


Ootori Mikoshi


Spoiler for Boat Procession (Funatogyo):
Dimulai dari pukul 18.00 waktu setempat, dimulai dari jembatan Tenjimbashi dan diakhiri di jambatan Temmbashi di sungai Okawa. Diakhiri dengan perayaan kembang apa pada jam 19.30.





Spoiler for akita kanto matsuri:
Akita Kanto Matsuri / pole latern festival (3-6 Agustus, mulai jam 7 malam) di kota Akita, bertempat di Kuil Kanto diantara Jalan Sanno Jujiro dan jembatan Nichomebashi.

Spoiler for pic:



Cara membawa :
Sebelah tangan >>
Menggunakan dahi >>
Menggunakan pundak >>
Hip >>
Kok kuat ya? ...


Spoiler for nebuta matsuri:
Nebuta Matsuri (1-7 Agustus)

Diadakan di Aomori dan Hirosaki. Iring-iringan kendaraan hias bergambar makhluk raksasa penyebab kantuk di musim panas. Festival ini dimaksudkan untuk mengusir makhluk ini. Nebuta adalah lentera ukuran raksasa yang dibuat dari kerangka kayu berlapis washi yang umumnya berbentuk boneka pemeran kabuki atau hewan. Nebuta diusung dengan kendaraan hias untuk berpawai di jalan-jalan.


Spoiler for pic:



Penari Haneto >>


Ciri khas festival ini adalah orang yang menari beramai-ramai sewaktu berpawai bersama nebuta. Tari khas Festival Nebuta disebut haneto dengan gerakan kaki seperti melonjak-lonjak atau berjingkrak (???, haneru?). Tidak diketahui secara pasti asal mula istilah haneto dipakai untuk menyebut cara menari festival nebuta, namun istilah ini sudah dipakai dalam naskah asal tahun 1772-1781.. Banyak sekali orang yang ikut menyaksikan festival ini setiap tahunnya.


----------------------------------------------------------------------------------
Kalau repost mohon dimaafkan /sry...

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 04:34 PM.


no new posts