|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
untuk komandan2 sekalian
Kisah nyata
Quote:
"BBBUUUDDDIIIIIII!!!"
teriaku dari dalam kamar. Kamarku begitu berantakan, baju-baju berserakan di lantai, tempat tidur begitu berantakan, dan yang terpenting, KALUNG, kalungku hilang. Pasti Budi yang melakukan ini semua. PASTI!!! "BUDIIIIIIII!!! CEPAT KEMARI!!!" teriaku lagi. "Ada apa sih, Kak? Teriak-teriak kaya di hutan aja." Aku melihat kalungku yang bertuliskan 'Life is PERFECT' itu ada di tangan adikku. Sudah kuduga, pasti dia yang sudah mengambilnya. "HEH... KENAPA KALUNG ITU ADA DI TANGANMU? KENAPA? KAMU MAU MENCURI KAUNG KU KAN?!?!?!" Mungkin karena aku terlalu keras berteriak kepada Budi yang masih kecil, sehingga ia menangis dan membanting pintu kamar TS dengan begitu kerasnya. "Masa bodoh! Aku tidak terlalu peduli dengannya. Toh, Aku tidak pernah menginginkan adik seperti dia." Ya... sejak 7 tahun yang lalu, begitu dia lahir, aku sangat membencinya. Aku merasa ortuku jarang sekali memperhatikanku sejak kelahiran Budi. Kasih sayang mereka telah terbagi 2. Suatu kali, saat aku duduk di kelas 8, aku dan teman-temanku sedang mengerjakan tugas di kamar ku. Tiba2 Budi, yang saat itu masih balita, muncul dengan tampilan yang menurut teman2 ku sangat menggemaskan, tapi menurutku itu sangat menjijikan. Dia hanya ingin mengganguku . dia suka mencari perhatian org lain. Hari ini, aku dan papaku ingin pergi berbelanja di mall favoritku. Senang rasanya. Namun, senang itu langsung lenyap begitu aku tahu bahwa Budi juga ikut bersamaku. Huh.... sangat menyebalkan! Saat tiba di mall, aku melhat ada toko favoritku. Wah... aku lansung menarik papaku menuju toko favoritku. Sementara Budi, ia pergi ke tempat aksesoris. Aku tak seberapa memperhatikan apa yang ia beli. Setelah aku puas berbelanja, kami langsung pulang ke rumah. Namun, hal buruk terjadi. Saat dalam perjalanan, Aku ditodong oleh segerombolan preman. Ada 10 preman dan badanya gede2 semua. Aku dipaksa keluar dari mobil dan mereka merampas barang2 ku, seperti HP, dompet, dan kalung. aku tetap mempertahankan barang2 ku, kemudian preman tersebut mengambil sebilah pisau dan hendak menusukku. Namun, ternyata... Budi, Budi tertusuk pisau tersebut, Budi hendak menyelamatkanku. Budi jatuh bersimbah darah. Aku berteriak dan menangis. Aku segera memeluk tubuh mungil Budi. Preman2 tersebut kabur dengan membawa barang2 ku. Papa sibuk menghubungi mama, Aku mengendong Budi masuk mobil & Aku segera meluncur ke rumah sakit terdekat. Begitu sampai di rumah sakit, Budi langsung dibawa ke ruang UGD. Tangisku tak kuasa berhenti. Begitupun juga mama. Aku bertiga bersama-sama berdoa. 1 jam berlalu, aku terus menangis. Mama dan papa masih berdoa. Tiba2, dokter keluar dari ruang UGD. "Maaf, tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi pasien sudah kehabisan banyak darah, pasien tidak bisa diselamatkan lagi. Tetapi masih ada sisa waktu untuk menemuinya." Aku pun lari menuju tempat Budi terbaring. Ia terbaring tak berdaya. Wajahnya begitu pucat. "Budi, adikku tersayang. apa kamu masih bisa mendengar suara kakak?" "Kakak? Kakak memanggilku adik tersayang? Apa aku ndak salah denger?" "Ngak, sayang. Kamu ndak salah dengar." "Ah, kakak. Itu kata'' yang aku sangat inginkan keluar dari mulut kakak. Aku sangat senang. Itulah yang ingin aku dengar sebelum maut mejemputku." "sst... kamu ndak boleh berbicara seperti itu. Sudah... Diamlah!! Jangan terlalu banyak bicara!" kataku lembut "Ini kak, ini hadiah kalung buat ulang tahun kakak. Selamat ulang tahun, kak. Aku sendiri yang membelinya, hanya untuk kakakku yang tersayang. Aku mengambik kalung kakak hanya untuk melihat model dan ukuran kalung yang sesuai untuk kakak. Aku ndak mencurinya. Dan maafkan aku selalu membuat kakak marah. Maaf Kak!" Akupun mengambil sebuah kalung yang bertuliskan 'Life is PRESIOUS' itu. Model dan ukurannya sangat pas. Aku menyesal telah menuduhnya. "Nggak, adikku sayang... seharusnya kakak yang minta maaf... Kakak sering memarahimu, kakak telah salah sangka tehadapmu. Kamu adalah harta terindah dalam hidup kakak. Kakak sayang pada Budi." "Ma, Pa, trima kasih atas sgala yang telah papa mama lakukan terhadap Budi. Budi sangat bersyukur memiliki keluarga seperti ini." Mama dan papa hanya membisu. Mereka tak sanggup mengeluarkan kata-kata.Mereka hanya berdiri di belakangku dan menatap Budi dengan penuh rasa sayang bercampur iba. "Dan untuk kakak. Mungkin kalung itu adalah hadiah terakhir yang bisa aku berikan buat kakak." "Uh... aku su..dah ndak ku..at la..gi... A..ku ha..nya i..ngin menga...takan ka..la..u ka..ka..k a..da...lah ka...ka..k te...r..ba...ik yang pr...r..na...h a...ku mi..... li.....k......i................" Budi menghembuskan napas terakhirnya. Aku terkejut melihat Budi. Tangisku meledak. Aku tak sanggup. Air mataku trus mengalir, mama pingsan. Papa langsung membawa mama keluar. Sementara aku, aka mengenggam erat tangan Budi, aku mencium tangannya, aku melihat wajah yang imut, lugu, cantik, dan menggemasakan untuk yang terakhir kalinya. Ia sudah pergi. Pergi ke tempat yang jauh, di mana di dapat merasakan kebahagiaan dan kedamaian. "Terima kasih Budi sayang, semoga kamu bahagia dan tenang di sisiNya. Kalung hadiah ulang tahunku ini pasti akan kakak jaga baik baik, karena ini merupakan persembahan terindah sekaligus terakhir darimu dalam hidup kakak. Dan kakak akan slalu mengenangmu dalam hati kakak sebagai kenangan terindah yang pernah kakak miliki sepanjang hidup kakak. Selamat jalan adikku tercinta." ![]() ![]() ![]()
Quote:
hanya minta
![]() Terkait:
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|