
30th June 2011
|
 |
Member Aktif
|
|
Join Date: Jan 2011
Posts: 114
Rep Power: 0
|
|
Peternakan Australia Dijual karena Larangan Ekspor ke Indonesia
Marlee Ranacher dan peternakan sapi nya, Bullo River Station. AP/Bullo River Station
Quote:
TEMPO Interaktif, Canberra - Peternakan sapi kenamaan Australia, Bullo River Station, dijual oleh pemiliknya, Rabu 29 Juni 2011. Pemilik Bullo River Station, Marlee Ranacher, mengkambinghitamkan larangan ekspor sapi ke Indonesia sebagai penyebab peternakannya harus dijual.
Keputusan menjual Bullo River Station di Northern Territory merupakan bukti kesulitan ekonomi bagi industri peternakan sapi Australia menyusul keputusan Pemerintah Australia melarang ekspor sapi ke Indonesia pada 8 Juni. Larangan yang berlaku enam bulan tersebut diterapkan karena dugaan penyiksaan hewan di tempat jagal di Indonesia.
Bullo River Station, peternakan milik keluarga seluas 160 ribu hektare, menjadi terkenal berkat sang pemilik, Sara Henderson. Henderson menulis peternakan tersebut di enam buku, termasuk buku terlaris sekaligus autobiografi bertajuk "From Strength to Strength" pada 1993.
Buku tersebut menceritakan perjuangan keluarga Sara Henderson mengelola peternakan itu setelah suaminya, Charlie Henderson, meninggal pada 1985. Henderson pensiun dari beternak sebelum meninggal pada 2005 di usia 68 tahun.
Kini, peternakan tersebut dimiliki anak Henderson, Ranacher. Menurut Ranacher, larangan ekspor sapi ke Indonesia menjadi penyebab usahanya harus dijual.
"Jika ada jalan keluar untuk mengubah keputusan saya, saya akan melakukannya," ujar Ranacher kepada radio Australian Broadcasting Corp. mengenai keputusan menjual peternakan tersebut.
"Saya berharap keajaiban, tetapi itu tidak ada saat ini. Dan ini merupakan langkah terakhir karena pemerintah saya rasa secara sah dan moral lalai melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan," tambah Ranacher.
Australia merupakan negara eksportir hewan ternak terbesar di dunia. Mayoritas peternakan di Australia bergantung kepada ekspor hewan ternak yang bernilai 330 juta dollar Australia ke Indonesia.
Ranacher mengatakan peternakan miliknya tidak menjual satu hewan ternak pun sejak musim muson pada Oktober tahun lalu. Saat ini, ketika perdagangan hewan ternak di musim kering dimulai, Ranacher tidak bisa mengirim 8.000 hewan ternaknya ke tempat mana pun. Hewan ternak tersebut biasanya dilepas ke pasar Indonesia.
Ia mengaku tidak bisa membayar diesel yang dibutuhkan untuk memompa air dari bawah tanah untuk minuman hewan ternak saat musim kering.
"Saya tidak tahu apa lagi yang bisa saya lakukan, kecuali mencoba menembak hewan-hewan tersebut. Saya tidak tega melihat mereka mati kehausan," tambah Ranacher.
AP| KODRAT
|
|