Jakarta - Masalah kekerasan terhadap TKI seolah tak pernah berhenti, semua orang mulai mencari apa dan siapa yang salah. Namun mantan Menakertrans Fahmi Idris menjawab solusinya hanya satu, menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya.
"Solusinya kita harus menyediakan lapangan pekerjaan di dalam negeri. Itu solusi yang tepat. Kesempatan kerja yang memadai dan mencukupi itu yang paling tepat solusinya," kata Fahmi.
Hal itu disampaikan sebelum acara peluncuran buku berjudul 'Bercermin di Layar, Realita Antar Cerita' karangan Rohmad Hadi wijoyo, di Hotel Crowne Plaza, Jl Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (22/6/2011).
Ia pun tidak mempermasalahkan ide pembangunan asrama bagi TKI yang berprofesi pembantu rumah tangga (PRT) di Arab Saudi agar lebih terjaga keamanannya. Menurutnya, itu ide bagus, namun harus dilihat apakah pemerintah dan warga Arab Saudi berkenan dengan adanya asrama tersebut.
"Segala ide itu bagus tapi jangan coba-coba dilakukan di Arab Saudi, bisa diketawain kita. Tergantung undang-undang yang mengatur saja," ucapnya.
Menurutnya, pusat permasalahan TKI ada pada proses rekrutmen awal yang dilakukan PJTKI. Banyaknya proses rekruitmen yang menyimpang seperti calon TKI yang masih berumur 15 tahun ditulis dalam KTP 20 tahun, tanpa dibekali ilmu yang cukup langsung dikirim ke luar negeri.
"Hanya beberapa PJTKI khususnya yang mengirim TKI ke Hongkong yang betul melakukan dengan benar," tutur Mantan menteri Perindustrian ini.
Fahmi menambahkan, masalah moratorium TKI tidak serta merta menjadi penyelesaian. Fahmi menceritakan, saat ia memimpin menjadi Mankertrans, hal itu perla dilakukan namun tidak berhasil. Ia justru didemo besar-besaran karena menghentikan pengiriman TKI.
"Dulu saya pernah moratorium pemerintah Arab Saudi dan tahu setelah itu selama lima hari berturut-turut ratusan TKI demo di kantor saya sampai menginap. Jadi sulit ini," imbuhnya.
sumber