FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Gaji Minim, Guru Honorer Nyambi Jadi Badut Keliling
Irul Hamdani - detikSurabaya ![]() Guru honorer nyambi badut/Irul Hamdani Banyuwangi - Gaji minim tak membuat seorang guru honorer di SD Negeri VII Sumberagung Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Muhammad Kholid (43), putus asa menjalani profesi mulianya. Di tengah kesibukannya mengajar, Khalid sapaan akrabnya mencari nafkah menjadi badut keliling. Sehari-harinya, Khalid selalu datang pagi di tempatnya mengajar dibanding lima rekannya yang lain. Maklum, untuk menambah gaji yang hanya Rp 250 ribu per bulan sebagai guru honorer, bapak dua anak ini merangkap menjadi penjaga sekolah. Pintu tiap ruangan yang ada harus segera dibuka sebelum anak didik dan rekan-rekannya datang. Sama halnya saat jam pulang tiba. Ketua DPD Jawa Timur, Forum Tenaga Honorer Sekolah Negeri Indonesia (FTHSNI) ini pulang paling terakhir untuk menutup pintu-pintu kembali. "Setidaknya saya harus datang ke sekolah pukul 05.30 WIB, membuka dan menutup kembali pintu saat jam pulang," jelas Khalid saat ditemui dirumahnya di kawasan Pasar Pesanggaran, Selasa (12/01/2010). Tak hanya merangkap penjaga sekolah. Gajinya yang tak 'manusiawi' membuatnya harus berpikir keras untuk mencari sumber penghidupan lainnya. Dua anak laki-laki yang mulai menginjak remaja tentu bertambah pula beban biaya hidup. Sinetron menjadi Inspirasi Hingga di pertengahan bulan Agustus 2007, Khalid memutuskan untuk menjadi badut. Tepatnya badut keliling, dari pentas ke pentas untuk yang menjadi pelengkap sebuah acara. Pertama kali melakukannya, Khalid mengaku harus mengikat rasa malunya kuat-kuat. Yang terpenting baginya, sumber penghidupan baru tersebut dapat menambah pundi tabungannya. Agar kewajibannya sebagai guru tetap terjaga, pria berpenampilan sederhana ini tampil seusai mengajar anak didiknya. Terkadang tawaran manggung datang dari orang tua murid. "Biasanya tawaran manggung untuk mengisi acara seperti ulang tahun atau acara anak-anak lainnya," kata suami Yasmini. Rupanya, keputusan memilih menjadi badut tak salah. Seiring berjalannya waktu, Khalid bukan saja dikenal sebagai seorang guru. Melainkan sesosok badut sukses. Perlahan dia dapat mendirikan sebuah sanggar badut beranggotakan 5 orang yang diberinya nama Chiko. Chiko singkatan dari cerdas, humor, intelektual dan kocak. Uniknya, Khalid memilih badut sebagai pekerjaan sampingan setelah terinspirasi menonton sinetron yang diputar oleh salah satu televisi swasta. Dari sanalah dia berharap, akhir bahagia dari tokoh utama sinetron itu menular padanya. "Saya terinpirasi saat melihat sinetron badut menjadi jutawan di televisi. Setelah itu saya optimis saja. Mudah-mudahanan happy ending cerita tersebut juga terjadi pada saya," harap Khalid dengan tertawa. Namun di balik itu semua, ada keinginan besar di hati Khalid. Yakni, nasib para guru honorer di Banyuwangi tak diabaikan oleh pemerintah. Guru honorer yang mengabdi berpuluh-puluh tahun seperti dirinya segera diangkat menjadi PNS. Khalid, satu diantara 3 ribu guru honorer di Banyuwangi yang mengajar di sekolah negeri. Gaji mereka yang minim, bukanlah rahasia lagi. Gaji sebesar Rp 250 per bulan dari pemerintah, tak lebih dari sebuah 'penghinaan' bagi seorang pendidik dan pengajar. (fat/fat) beginilah potret para guru honorer di negeri ini gaji yg mereka terima sangat tidak mencukupi kebutuhan hidup, jadi wajar kalo mereka mencari tambahan lain di luar jam sekolah...di mana peran pemerintah untuk membantu nasib mereka..? ![]() |
#2
|
||||
|
||||
![]()
pahlawan.. (tanda jasa masih ada.. walaupun minim..)
|
#3
|
||||
|
||||
![]()
Walau kehidupan guru sudah lebih baik dibanding dulu, tapi, ternyata kebutuhan juga makin tinggi, ya?
Semoga pemerintah tetap memperhatikan. |
#4
|
||||
|
||||
![]()
pemerintah melupakan mereka miris
|
![]() |
|
|