Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 23rd April 2016
PedihCoy's Avatar
PedihCoy PedihCoy is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2016
Posts: 373
Rep Power: 10
PedihCoy mempunyai hidup yang Normal
Default Ruteng di pulau flores, Kota yang Dingin Namun Hangat

Quote:

HAWA SEJUK dan dikelilingi pegunungan, dengan banyak bangunan bernuansa eropa, rasa-rasanya saya seperti berada di Kota Praha, Ceko, sebuah kota yang seakan berada di atas awan. Namun, saya harus berhenti bermimpi dulu, ini adalah Ruteng, salah satu kota di dataran tinggi Flores. Walau siang hari terik, hawa dingin tetap terasa, seperti di dataran tinggi Dieng. Kota kecil berjarak 126 km dari Labuan bajo ini membuat saya jatuh cinta pada impresi pertama “Agama mas apa? “ tanya Aldi tiba-tiba, salah satu anak yang saya temui di depan katredal Ruteng. “Saya Islam,” jawab saya sambil tersenyum “Hmmmmmm,” dia nampak sedikit kecewa, entah mengapa. “Tapi, kita kan sama-sama Indonesia,” ujar saya. Ia pun ikut tersenyum sebelum akhirnya minta diajari memotret dengan kamera saya.

Quote:

Hampir 85 persen total populasi di Ruteng menganut Katolik . Saya menemukan banyak sekali gereja disini. Bahkan, katredal utama yang paling besar mempunyai arsitektur Eropa. Tidak heran, bangsa yang pernah menjajah kita mempunyai pengaruh misionaris yang besar di tanah Flores. Tapi, masih ada satu mesjid disini kok, dekat alun alun kota Ruteng. Tempat saya menginap adalah sebuah biara. Susteran maria berduka cita namanya. Bangunannya megah, masih bernuansa Eropa. Dengan harga hanya 130 ribu semalam untuk kamar standard yang cukup luas; dilengkapi shower air panas, kamar bersih, dan pemandangan lembah-lembah Ruteng di kejauhan – saya pikir ini adalah sebuah tawaran menarik. Sangat kontras dengan hotel matahari saat di Labuan Bajo.



Quote:

Nggak di kosan, nggak di Flores pun saya mainnya ke sawah





Motor saya terus pacu ke arah selatan Ruteng. Penunjuk jalan menunjukan ke arah Liang Bua. Sepi sekali. Pemandangan selama perjalanan dihiasi sawah-sawah berundak yang indah diterpa mentari pagi. Sesaat kemudian saya sampai di sebuah mulut Gua. Ini adalah sebuah situs purbakala. Tempat ditemukanannya salah satu spesies manusia purbakala. Homo Floresenesis, manusia purba yang tingginya hanya sekitar satu meter pada usia dewasa. Entah benar atau tidak, tapi saya sempat menemukan beberapa orang dewasa berukuran seperti itu di Ruteng ini.

Quote:





Rumah tradisional bapak lambertus



Saat berada di Compang Ruteng, tidak ada aktivitas yang nampak. “Yang lainnya sedang bekerja di kebun, kalau siang begini ya tinggal yang tua-tua begini,” kata pak Lambertus sambil tertawa. “Lebih banyak bule yang kesini daripada orang Indonesia, kalo ada ya paling mahasiswa yang sedang penelitian,” ia menjelaskan, setelah bertanya maksud kedatangan saya. Saya memang sangat kagum dengan arsitektur rumah-rumah tradisional flores. Bahkan, tadinya saya ingin mengunjungi Desa Wae Rebo, tapi kondisi kaki yang banyak terluka karena terumbu karang tidak mengizinkan saya, pun saya tidak membawa sepatu trekking. Karena untuk menuju Wae Rebo, harus naik gunung paling tidak tiga jam. Dan yang unik dari orang flores adalah ucapan salam-nya. “Neka Rabo!” yang artinya “Jangan marah.” Tapi saat di labuan bajo saya malah marah betulan haha. Marah atau tidak marah, mereka akan tetap menyapa Neka Rabo!

Quote:





</div></div></div>

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 06:49 AM.


no new posts