Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 15th April 2016
JakartaBanjirs's Avatar
JakartaBanjirs JakartaBanjirs is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2016
Posts: 391
Rep Power: 10
JakartaBanjirs mempunyai hidup yang Normal
Default Jemparingan, Mengenal Budaya Panahan Jawa Kuno yang Kini di Hidupkan Kembali

<span class="post-quote" style="width: 100%; margin: auto;font-family:Roboto,Helvetica,Arial,Sans-serif;font-size:14px;font-style:normal;font-weight:normal;text-align:left;color: #484848; display:block;">Quote:Alhamdulillah HOT THREAD pertama dalam sejarah ngaskus dari tahun 2009:kangen dan ane ga sadar

</div></div></div>
Spoiler for Target Jemparingan gaya Mataraman:






Sejarah Jemparingan

Jemparing dalam bahasa Jawa berarti panah. Olahraga yang juga dikenal dengan Panahan Tradisional Mataraman ini pada mulanya merupakan kegiatan latihan perang para prajurit kerajaan. Namun, lama kelamaan kegiatan ini menjadi olah raga tradisional.

Mengenai kriteria peserta lomba Jemparingan, saat ini tidak hanya terbatas untuk warga keraton dan masyarakat Yogya saja tetapi sudah meluas hingga ke suku maupun bangsa lain. Jemparingan ini terdiri dari 20 rambahan (putaran). Dalam setiap rambahan, setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk meluncurkan lima anak panah dengan posisi duduk bersila berderet untuk membidik target sasaran yang jaraknya sekitar 30 meter. Jemparingan ini mempunyai peraturan perhitungan nilai sasaran. Jika terkena sasaran berwarna merah atau sering disebut ndas abang (kepala sasaran yang berwarna merah) akan mendapat nilai 3 dan nilai 1 untuk badan sasaran yang berwarna putih. Selain itu, di perlombaan Jemparingan ini terdapat 20 rambahan (ronde), disetiap ronde para peserta hanya diperbolehkan melontarkan 4 anak panah

Jika dilihat sekilas, Jemparingan ini nampaknya hanya membidik sasaran yang disebut dengan bedor/wong-wongan/bandulan menggunakan busur dan anak panah. Tetapi keunikannya terletak pada para pelaku pemanah yang mengenakan pakaian adat surjan atau peranakan, memakai blangkon, dan juga jarit. Sedangkan untuk wanita, pakaian yang digunakan berupa jarit, kebaya. Keunikan lainnya adalah posisi para pemanah yang harus duduk bersila.



Jemparingan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya konsentrasi.

Filosofi yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah :

1) Peserta yang memenangkan lomba adalah peserta yang dapat mengasah rasa dan mampu membangun hubungan dengan sesuatu yang jaraknya jauh.

2) Duduk Bersila melambangkan Prajurit Jawa yang tidak akan menyerang sebelum diserang terlebih dahulu, dalam istilah jawa ora arep ndisiki nak ora didisiki.

3) Anak Panah yang sudah dilepaskan harus diambil sendiri, melambangkan watak jiwa Ksatria.
Spoiler for beberapa kegiatan yang diadakan dengan oleh Departemen Kebudaya Yogyakarta:



Spoiler for peserta jemparingan wanita:






Sumber: Google

Quote:Komunitas Panahan Online Facebook Bima Archery

kalau ada yang mau kenal lebih dekat sama ane boleh add friends ane erde87

atau kalau mau liat-liat lapak ane juga boleh *SENSORED* kebetulan lagi ada *SENSORED* takut kena hode kata agan kamujahat21
</div></div></div>

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 05:27 AM.


no new posts