Sebelumnya, di sini saya tegaskan kalau saya bukan orang yang mendukung anggapan bahwa pacaran adalah cara yang paling efektif dan efisien untuk mengenal calon pendamping hidup kita. Ada banyak cara yang bisa ditempuh, dan hendaknya, cara-vara itu tetap memenuhi koridor-koridor norma yang berlaku. Bukan sebaliknya, melanggar batas-batas norma dengan dalih pembuktian cinta.
Oke lah, saya tidak mau berdebat panjang lebar karena saya yakin masih ada jutaan anak muda yang berpikiran bahwa pacaran itu segalanya. Masih mikir kalau pacaran adalah pintu kebahagiaan yang hakiki, sampai-sampai merelakan banyak hal demi sang pujaan hati. Saya cuma pengen sharing mengenai salah satu fenomena absurd tapi paling umum terjadi di kalangan mereka yang pacaran: “
P-U-T-U-S!”

Yup, cukup lima huruf saja, tapi efeknya luar biasa. Bisa membuat pelaku dan korbannya terkena malarindu, sindrom galau, demam bete, panas dingin, sampai betah puasa (betah nggak makan-minum maksudnya).
Harus diakui kalau putus emang nggak ngenakin banget, apalagi buat yang udah lama menjalin hubungan asmara dengan doi. Ironisnya, hal menyakitkan kayak gini nggak pernah sekalipun terpikirkan oleh para pelaku pacaran. Jadi selama pacaran, yang terpikirkan cuma enaknya doang, jalan-jalan, piknik, makan bareng, curhat, bercandaan, ... (lanjutin sendiri deh). Hal ini pula yang menjadi faktor utama kenapa putus bisa jadi sangat menyakitkan.
Nah, di sini ane mau share tentang alasan putus yang sangat lucu, bin absurd. Tapi anehnya, alasan kayak gini cukup lazim dipake. “
Kamu terlalu baik buat aku...” WHAT THE F*CK! :kagets Respon yang paling umum biasanya: korban pemutusan akan terdiam, ternganga, tertegun, matung, kayak tugu monas tengah malam. Dingin, membeku.

Baru deh setelah hatinya cair, mulai bisa mikir secara rasional, oh iya, alasan doi mutusin gue beneran nggak masuk akal!
</span>
</span>
</div></div></div></div></div></div>