Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 13th April 2016
SukaGitudeh's Avatar
SukaGitudeh SukaGitudeh is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2016
Posts: 369
Rep Power: 10
SukaGitudeh mempunyai hidup yang Normal
Default Mengenal Suku-Suku Penganut Sistem Kekerabatan "Matrilineal" Di Indonesia

Spoiler for buka:
Jangan lupa dirate gan kalau berkenan dengan thread ini

Semoga threadnya bermanfaat





</div></div></div>
Suku Enggano, adalah penghuni asli pulau Enggano dan empat pulau di sekitarnya yang merupakan salah satu wilayah terluar Indonesia di sebelah barat pulau Sumatera. Lebih tepatnya berada di provinsi Bengkulu. sebagaimana suku Mentawai dan suku Nias, mereka adalah pembawa budaya Proto Malayan atau Melayu Tua. Suku enggano menetapkan perempuan sebagai pewaris suku dan sebagai garis keturunan (matrilineal). Nama marga suku diwariskan berdasarkan marga ibu. Suku Enggano menciptakan garis keturunan matrilineal mungkin karena seringnya terjadi peperangan antar suku dan kegiatan dari para lelaki suku ini. Segala bentuk warisan berupa harta tidak bergerak seperti rumah dan tanah diwariskan kepada anak perempuan, sedangkan anak laki-laki hanya diwariskan peralatan pertanian dan senjata tajam. Tetapi jabatan kepala keluarga dan kepala suku tetap dipegang oleh laki-laki.</span></span>



Quote:
Suku Petalangan
Spoiler for buka:



Suku Aneuk Jamee adalah sebuah suku di Indonesia yang tersebar di sepanjang pesisir barat Aceh mulai dari Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Simeulue. Suku ini merupakan perantau Minangkabau yang bermigrasi ke Aceh dan telah berakulturasi dengan Suku Aceh. Secara etimologi, nama "Aneuk Jamee" berasal dari Bahasa Aceh yang secara harfiah berarti "anak tamu". Dalam percakapan sehari-hari, kelompok masyarakat ini menggunakan Bahasa Minangkabau dialek Aceh, atau yang dikenal dengan Bahasa Jamee. Bahasa Jamee merupakan Bahasa Minangkabau yang telah menyerap beberapa unsur dan kosa kata Bahasa Aceh. Kini kebanyakan anggota masyarakat Suku Aneuk Jamee, terutama yang mendiami kawasan yang didominasi oleh Suku Aceh menggunakan Bahasa Aceh. Bahasa Jamee hanya dituturkan di kalangan orang-orang tua saja dan saat ini umumnya mereka lebih lazim menggunakan Bahasa Aceh sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Jumlah suku Aneuk Jamee sekitar 67.000 jiwa.



Quote:
Suku Sakai
Spoiler for buka:



Suku Ocu merupakan salah satu suku yang hidup di wilayah kabupaten Kampar, Riau. Banyak anggapan yang menyebutkan kalau suku Ocu berasal dari orang-orang Minangkabau. Anggapan ini muncul karena beberapa budaya, adat istiadat, bahasa, struktur pemerintahan agak mirip dengan budaya Minangkabau. Selain itu letak pemukiman suku Ocu di kabupaten Kampar berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Barat. Walau banyak kesamaan, namun suku Ocu membantah keras bila disebut keturunan Minangkabau. Bagi mereka, karakter dan kebiasaan orang Ocu berbeda jauh dengan suku Minangkabau.



Pendapat lain menyebutkan kalau suku Ocu merupakan bagian dari Proto Melayu atau Melayu Tua karena bahasa Ocu diperkirakan lebih tua dibandingkan bahasa melayu daratan yang biasa digunakan di provinsi Riau. Masyarakat Ocu sendiri terdiri atas beberapa klan atau suku, yaitu suku Piliang, Domo, Putopang, Kampai, dan suku Mandiliong. Suku-suku tersebut diwariskan dari ibu sehingga menjadikan suku Ocu sebagai salah satu suku penganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia.



Quote:
Suku Lawangan
Spoiler for buka:



Suku Kerinci merupakan suku bangsa yang mendiami Kabupaten Kerinci. Populasi suku Kerinci sekitar 300.000 jiwa. Berdasarkan bahasa dan adat-istiadat suku Kerinci termasuk dalam kategori Proto Melayu, dan paling dekat dengan Minangkabau Deutro Melayu dan Jambi Deutro Melayu. Sebagian besar suku Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang bisa berbeda cukup jauh antar satu dusun dengan dusun lainnya di dalam wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Madya Sungai Penuh. Sebagian penulis seperti Van Vollenhoven memasukkan Kerinci ke dalam wilayah adat (adatrechtskring) Sumatera Selatan, sedangkan yang lainnya menganggap Kerinci sebagai wilayah rantau Minangkabau.



Masyarakat Kerinci menarik garis keturunan secara matrilineal, artinya seorang yang dilahirkan menurut garis ibu menurut suku ibu. Suami harus tunduk dan taat pada tenganai rumah, yaitu saudara laki-laki dari istrinya. Dalam masyarakat Kerinci perkimpoian dilaksanakan menurut adat istiadat yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam.



<span class="post-quote" style="width: 100%; margin: auto;font-family:Roboto,Helvetica,Arial,Sans-serif;font-size:14px;font-style:normal;font-weight:normal;text-align:left;color: #484848; display:block;">Quote:<span style="width: 95%;margin:auto;border: 1px solid #CCC; background: #EEE; padding: 5px; color: #484848; display:block;"><span style="display:block; text-align:center;">Suku Minangkabau
<div class="spoiler">Spoiler for buka:
<div id="bbcode_spoiler_content" style="margin: 0px; padding: 6px; border: 1px solid #CCC;background: #EEE;color:#000;"><div class="content_spoiler_570dce0cc1c8d" id="bbcode_inside_spoiler" style="display: none;background: #EEE;">

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 07:42 PM.


no new posts