FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Getty Images Jakarta - Sebuah setir yang lebih mahal dibanding mobil keluarga terlaris di Indonesia, ada juga sistem pendingin yang menembus harga Rp 2 miliar. Selamat datang di F1, olahraga paling mahal di kolong langit. Anda mungkin sudah tahu status F1 sebagai olahraga paling mahal di dunia. Tapi Anda dijamin akan lebih tercengang lagi jika nilai uang yang dihabiskan untuk menciptakan tunggangan super-cepat itu di-break down per komponen. Saat menjadi juara dunia di tahun 2012, Red Bull Racing menghabiskan anggaran US$ 270,2 juta (sekitar Rp 3,545 triliun) di sepanjang tahun. Jika dirata-rata maka tim asal Austria itu menggelontorkan US$13,5 juta (sekitar Rp 177,16 miliar) untuk setiap seri balapan. Karena teknologi yang terus berkembang dan tuntutan persaingan yang semakin tinggi, angka tersebut terus bertambah dari tahun ke tahun. ![]() Di musim 2015 lalu rata-rata sebuah mobil F1 bernilai sekitar Rp 112 miliar. Angka itu baru sebatas nilai mobil beserta komponen-komponen yang ada di dalamnya. Mulai dari mesin, setir, sistem pendingin, rem, sayap (depan dan belakang), ban, sistem pembuangan dan, software telemtri dan banyak lagi. Padahal hitung-hitungan biaya hidup tim F1 masih banyak lagi. Termasuk di dalamnya penelitian dan pengembangan, gaji kru tim dan pebalap, biaya produksi, dan tentu saja biaya operasional per seri. Satu hal lagi yang perlu diingat, setiap tim F1 paling tidak memiliki tiga mobil: dua untuk pebalap dan satu mobil cadangan. Buat tim besar seperti Mercedes, Ferrari, dan McLaren, angka tersebut jelas bukan masalah. Tapi buat tim-tim kecil itu jadi persoalan besar. Karena kebutuhan hidup yang tinggi itulah dunia F1 mengenal apa yang disebut sebagai pay driver. Pebalap Indonesia, Rio Haryanton, menjalani debutnya bersama Tim Manor di tahun ini dengan status tersebut. [Baca juga: Rio Haryanto di Antara Hamilton, Kimi, dan Vettel] Karena ini merupakan ajang adu cepat, investasi terbesar yang dilakukan tim F1 adalah pada mesin. Autoweek menyebut kalau untuk produksi mesin, sebuah tim (pabrikan) mengeluarkan 10% dari total pengeluaran mereka. Itu belum termasuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan sebelum mesin dibuat. Besarnya pengeluaran masing-masing tim tidak sama. Tim-tim besar mengeluarkan uang berkali lipat lebih besar, selain demi daya saing juga karena mereka punya karyawan lebih banyak. Sementara tim kecil berupaya seefektif mungkin namun tetap berupaya punya daya saing. Saat Red Bull mengeluarkan Rp 177,16 miliar untuk setiap balapan di musim 2012, Marussia hanya mengeluarkan uang Rp 70,8 miliar di setiap seri. Harga Komponen Mobil F1 (2014) Mesin -- Rp 102 miliar Carbon fibre monocoque -- Rp 8,5 miliar Sayap depan dan hidung -- Rp 2,1 miliar Sayap belakang & peralatan DRS -- Rp 1,5 miliar Setir -- Rp 656,1 juta Tanki dan saluran bahan bakar -- Rp 1,4 miliar Hydraulics -- Rp 2,1 miliar Girboks -- Rp 6,3 miliar Sistem pendingin -- Rp 2,1 miliar Rata-rata Pos Pengeluaran pengeluaran tim F1 Penelitian dan Pengembangan Pengujian di wind tunnel Rp 298,3 miliar Pengujian di lintasan Rp 186,4 miliar Penelitian dan pengembangan lain Rp 279,6 miliar Gaji dan Fee Tim Rp 484,7 miliar Pebalap Rp 242,3 miliar Direktur Rp 55,9 miliar Produksi Pembuatan Rp 242,3 miliar Mesin Rp 372,8 miliar Komponen penting lain Rp 111,8 miliar Operasional Logistik Rp 242,3 miliar Entertainment Rp 186,4 miliar Pengangkutan Rp 93,2 miliar IT Rp 55,9 miliar Perlengkapan lain Rp 37,3 miliar Jasa Profesional 37,3 miliar Bahan bakar Rp 18,6 miliar |
![]() |
|
|