Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > News > Surat Pembaca

Surat Pembaca Posting ataupun baca komentar,keluhan ataupun laporan dari orang-orang dengan pengalaman baik/buruk.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 1st February 2016
Gusnan's Avatar
Gusnan Gusnan is offline
Moderator
 
Join Date: Jun 2013
Posts: 27,623
Rep Power: 49
Gusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyak
Default Kisah Pilu dan Menginspirasi dari 2 Korban Bom JW Marriott

WN Belanda Mark Buns berbagi kisah



Jakarta - Meski sudah bertahun-tahun lalu, namun trauma akibat ledakan bom Hotel JW Marriott tidak dapat hilang begitu saja. Setidaknya itu lah yang dialami oleh Toni Sumarno dan WN Belanda Mark Buns.

Toni merupakan korban ledakan di Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, 5 Agustus 2003 lalu. Akibat ledakan, dia dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) selama 9 bulan.

Selama itu pula Toni terbaring di sebuah ruang isolasi. Dia tidak dapat berinteraksi dengan kerabat dan keluarganya. Merasa frustrasi, Toni sempat berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya. Beruntung, niat tersebut tidak sampai dilaksanakan.

Toni Sumarno berbagi kisah (Foto: Ayunda/detikcom)

"Pada bulan kelima, saya mempunyai niat menghabisi nyawa saya karena di dalam toilet saya ada (cairan) pembersih WC. Saya mau minum karena tidak tahan lagi, 9 bulan ada di ruang isolasi tidak bisa dibesuk dan lain-lain," kisah Toni di acara 'Masyarakat Mendukung Pemerintah Menumpas Terorisme' yang digelar Hendropriyono Strategic Consultant (HSC) di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Minggu (31/1/2016).

Sehari setelah muncul niat tersebut, Toni mendapat pencerahan. Tidak lagi terbesit untuk mengakhiri hidupnya, melainkan berganti ingin menginspirasi banyak orang yang mungkin mengalami kejadian serupa untuk tetap bertahan.

"Keesokan harinya setelah saya terpikir itu, saya sadar kenapa sisa hidup saya tidak digunakan untuk menginspirasi orang lain?" terangnya.

Dia pun mendorong agar seluruh masyarakat Indonesia bergandeng tangan membasmi terorisme. Walau baru-baru ini terjadi teror bom Thamrin, tapi bukan berarti tidak bisa mencegah aksi terorisme berkembang.

"Mari berjuang agar paham terorisme ini tidak berkembang di Indonesia. Basmi terorisme tidak bisa sepotong-sepotong, tapi harus dari hulu ke hilir. Kita dukung institusi pemerintah, seperti BNPT dan Densus 88 Mabes Polri untuk meminimalisir paham-paham ini (berkembang)," kata Toni.

Pengalaman pahit korban bom lainnya datang dari WN Belanda bernama Mark Buns. Dengan bahasa Indonesia yang sangat fasih, Mark bercerita kembali pengalamannya yang melukai hatinya.

Pria yang sudah tinggal selama 5 tahun di Indonesia itu mengatakan, kala kejadian bom Hotel JW Marriott kedua tahun 2009 ia sedang berada di lobi. Bersama teman-temannya, Mark tengah duduk rapat mengenai pekerjaan.

"Pas kejadian saya tidak bisa bernafas, kehilangan kesadaran. Tidak bisa berdiri lagi karena kaki sebelah kiri saya sudah dipotong. Saya akhirnya diantar satpam, keluar dari hotel untuk menunggu 30 menit sebelum ke rumah sakit," kenang Mark.

Satu kata yang keluar dari mulutnya saat dalam perjalanan ke rumah sakit hanya 'Wow!'. Mark beralasan, ungkapan itu mewakili rasa kesakitan sekaligus harunya yang bercampur aduk.

Setelah sampai rumah sakit, Mark yang butuh perawatan lebih lanjut akhirnya dirujuk ke Singapura. Di sana, ia mendapat kejutan lain yang membuatnya semakin frustrasi.



"Alhamdulillah saya diantar ke rumah sakit dan masih hidup. Sesudah itu ke Singapura, kaki sebelah kanan dipotong dan sebelah kiri dipotong lebih tinggi lagi. Sekarang saya pakai kaki palsu," jelasnya.

"Mama saya datang dari Belanda cerita kaki saya dipotong, saya nanya untuk apa saya hidup. Mama saya jawab walaupun tidak punya kaki, masih banyak hal yang bisa dilakukan dalam kehidupan ini," sambung Mark.

Di tengah tekanan batin yang dirasakannya, Mark tetap berupaya mencari jawaban dari semua pertanyaannya kepada Tuhan. Selama 3 tahun, pria tersebut terus berlatih untuk beradaptasi dengan kaki palsu yang mengganti fungsi kaki yang telah diamputasi.

"Setelah berjuang 3 tahun, baru saya bisa jalan tanpa tongkat dan kursi roda. Sesudah recovery saya coba bangkit. Kebangkitan itu berbentuk seperti perjuangan yaitu memberdayakan korban lain dengan memberi inspirasi," sebut Mark.

Selain memberi inspirasi kepada korban, dia juga mencoba mendekati para calon pelaku bom yang telah dicuci otaknya. Entah bagaimana cara dia melakukan pendekatan, namun beberapa di antaranya berhasil.

"Ada beberapa pelaku yang tidak jadi melanjutkan niatnya. Saya tetap cinta Indonesia," pungkasnya tanpa menyebut berapa jumlah pelaku yang berhasil 'diluruskan' kembali.

Mendengar itu, seluruh hadirin yang hadir dalam ruangan tertegun. Suasana haru menyelimuti mereka. Tak berselang lama, mereka pun memberi tepuk tangan untuk kedua korban yang telah memberi inspirasi kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 03:49 PM.


no new posts