Gejolak ekonomi global yang tidak menentu membuat beberapa bank nasional membukukan pertumbuhan laba bersih lebih kecil dibanding tahun sebelumnya. Meski demikian, BCA sebagai bank dengan rasio dana murah terbesar mampu membukukan pertumbuhan laba bersih kumulatif per September 2015 sebesar 9,6 persen (yoy) lebih tinggi dibanding Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang hanya tumbuh 1,9 persen. Lainnya, Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI) malah membukukan pertumbuhan laba bersih masing-masing sebesar 0,9 persen dan -21,2 persen. Prestasi BCA kali ini mampu menyalip posisi Bank Rakyat Indonesia untuk periode yang sama tahun lalu.
Tertekannya laba perbankan periode ini disebabkan oleh makin besarnya dana yang harus dialokasikan bank untuk pencadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) atas kredit bermasalah. Hal tersebut bisa terjadi karena risiko kredit bermasalah industri perbankan dalam beberapa periode terakhir memang terus memburuk sejak 2013. Bank Indonesia mencatat, rasio kredit macet (NPL/Non-Performing Loan) terhadap total kredit pernah mencapai 2,8 persen pada Agustus 2015. Ini merupakan rasio tertinggi sejak Juli 2011.
Meski mendulang pertumbuhan laba, BCA memiliki rasio CKPN paling tinggi dibanding ketiga bank BUMN lainya yakni 285,4 persen. Angka tersebut menurun dibanding periode sebelumnya yang pernah menyentuh 292,5 persen. Sedangkan rasio CKPN BRI, Bank Mandiri dan BNI masing-masing adalah 150 persen, 160 persen dan 139 persen. Rasio CKPN BNI merupakan level tertinggi yang pernah dicapai oleh bank plat merah ini.
Sumber