Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > News

News Semua berita yg terjadi di dunia internasional ataupun lokal diupdate disini

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 15th September 2015
Gusnan's Avatar
Gusnan Gusnan is offline
Moderator
 
Join Date: Jun 2013
Posts: 27,623
Rep Power: 49
Gusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyak
Default Kisah Satu Keluarga Tinggal di Rumah Tanpa Tembok dan Beralaskan Tanah



Ni Putu Sunarti (20) menggendong anaknya, Kadek Bayu (1), di depan rumah yang tanpa dinding di Banjar Pangking Dalem, Desa Ularan, Kecamatan Seririt, Buleleng, Minggu (13/9/2015).
Berpakaian lusuh, Ni Putu Sunarti (20) menyusui anaknya, Kadek Bayu (1), di depan rumahnya di Banjar Pangking Dalem, Desa Ularan, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali, Minggu (13/9/2015).

Tidak ada dinding pada rumah seluas 6 x 4 meter itu. Terpal dan kelambu hanya dibentangkan seadanya sebagai penutup untuk menggantikan dinding, yang dikaitkan pada pasak-pasak kayu di setiap sudut rumah.

Sunarti menempati rumah itu sejak tiga tahun lalu setelah menikah dengan suaminya, I Komang Subagiasa (19).

Di rumah dengan luas bangunan yang tidak seberapa ini, keluarga kecilnya masih harus berbagi tempat dengan kedua mertuanya, I Made Mukiarta (60) dan Ni Kadek Parmita (42), beserta dua adiknya iparnya, Ni Putu Karmila (13) dan Ni Kadek Citra Juniani (5).

Ada tujuh orang yang menempati rumah tanpa dinding ini. Mereka menyekatnya dengan terpal menjadi dua bagian ruang. "Di sini tinggal sama suami sama satu anak saya, tidurnya terpisah sama dua mertua dan adik ipar, mereka tinggal di sebelah. Kalau mertua sudah 10 tahun tinggal di sini karena nggak ada tempat lagi. Ini tanahnya juga masih nyakap," ucapnya.

Tidak ada perabot di dalam rumah ini. Di sekat yang ditempati Sunarti beserta suami dan anaknya, hanya terdapat satu meja yang telah rapuh, baju-bajunya hanya dimasukkan ke dalam tas kresek dan ditumpuk begitu saja.

Setiap malam, mereka tidur beralas tanah yang hanya dilapisi terpal, tidak terkecuali anaknya yang masih bayi. Sunarti memutuskan untuk menikah di usia belia karena tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah. Ia hanya tamat sampai SMP.

Begitu pula suaminya yang hanya tamatan SD. Tidak ada pilihan lain selain bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

"Saya menikah sejak usia 17 tahun, waktu lulus SMP, karena orangtua saya tidak ada biaya untuk sekolah. Suami saya hanya lulusan SD. Sama juga, tidak ada biaya untuk sekolah, bantu-bantu orangtua kerja untuk sehari-hari," ucapnya.

Suami dan kedua mertuanya sehari-hari bekerja sebagai pengalap (pemetik) cengkih. Mereka mendapatkan upah Rp 10.000 per hari. Uang itu tidak hanya digunakan kebutuhan sehari-hari mereka, tetapi juga untuk biaya sekolah adik iparnya, Ni Putu Karmila, yang kini sekolah kelas VII di SMPN 4 Seririt.

"Untuk biaya adik ipar saya sekolah juga, dia nggak dapat beasiswa dari sekolahnya. Waktu SD sekali dapat beasiswa. Kalau dibilang cukup untuk sehari-hari, dicukup-cukupkan saja. Kalau saya nggak bisa bantu kerja karena harus jaga anak dan adik ipar saya yang masih kecil," katanya.

Perbekel Ularan, I Nyoman Sarjana, mengatakan, pada tahun ini, keluarga Sunarti telah mendapatkan bantuan bedah rumah dari Dinas Sosial Provinsi Bali atas nama mertuanya, I Made Mukiarta.

Rumah itu akan dibangun di atas tanah pribadinya seluas satu are tidak jauh dari rumah yang ditinggalinya saat ini. "Tahun ini sudah dapat mereka bedah rumah. Di anggaran perubahan ini, ada 10 kepala keluarga yang dapat. Bantuan lain seperti beras miskin, BLT, mereka juga dapat. Kalau di desa, kami prioritaskan memang yang benar-benar miskin seperti mereka yang dapat," ujarnya. (Lugas Wicaksono)

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 07:55 PM.


no new posts