FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Surat Pembaca Posting ataupun baca komentar,keluhan ataupun laporan dari orang-orang dengan pengalaman baik/buruk. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() PSSI hingga kini masih terus bertahan walau sudah tidak lagi memiliki legitimasi didalam menjalankan organisasinya, bagaimana bisa berjalan kalau dua otoritas yang seharusnya menjadi tempatnya bernaung, kini sudah tidak lagi memayunginya, FIFA sebagai induk Sepakbola dunia telah mensuspend PSSI sampai waktu yang tak ditentukan, sekaligus Pemerintah cq Menpora juga mencabut dukungannya dengan membekukan kepengurusan PSSI. Sementara proses di pengadilan belum memiliki kekuatan hukum yang tetap, karena Menpora meneruskan urusan gugatan ke pengadilan tinggi, hal inilah yang menyebabkan masih berlanjutnya keberadaan PSSI tanpa tempat bernaung, dengan demikian tidak memiliki legitimasi untuk menjalankan roda organisasinya. Namun demikian seperti yang seringkali terdengar dan dilansir oleh sementara media, PSSI tetap ngotot untuk menggerakkan dan menjalankan organisasinya, namun sekali lagi, kehilangan dukungan dan legitimasi organisasi mengakibatkan kehilangan seluruh landasan hukum yang menghentikan semua upaya itu. Dalam rangka memenuhi keinginan masyarakat terhadap perhelatan sepakbola, maka Pemerintah cq Menpora mengadakan kegiatan turnamen sepakbola Piala Kemerdekaan, yang hingga kini telah memperoleh kepastian dalam menjalankannya, dan bersamaan juga Mahaka mengadakan Turnamen Piala Presiden, dimana keduanya memperoleh dukungan Pemerintah. Namun demikian tetap saja, harus melalui dan mengikuti aturan dan hukum yang berlaku, harus berada didalam koridor aturan yang ada, mengikuti BOPI sebagai regulator penyelenggaraan sepakbola profesional. Mahaka sendiri mampu dan bisa menjalankan roda turnamen itu tanpa keberadaan PSSI, asal mengikuti Pemerintah cq BOPI, bahkan Presiden Jokowi juga mengharapkan tetap terselenggaranya Piala Presiden yang akan diikuti oleh Klub Klub ISL yang selama ini dibawah naungan PSSI. Perlakuan BOPI terhadap Tim Transisi dan Mahaka sama saja tidak ada perbedaan. karena keduanya hanyalah sebuah turnamen yang diselenggarakan seperti sebuah turnamen, bukan sebuah kompetisi Liga. sehingga verifikasi terhadap klub sekalipun hanyalah diperuntukkan pada satu perhelatan saja, namun tetap harus mengikuti aturan yang ada. PSSI jauh ditinggalkan oleh Mahaka bahkan membiarkannya merana, atau PSSI tetap ikut dibelakang pantat Mahaka, karena PSSI sama sekali tidak diperlukan dalam mensukseskan perhelatan ini, karena rekomendasi dan Pengurus PSSI masih beku, belum pulih seperti semula. Legitimasinya sudah hilang. Pemerintah hanya akan melihat Mahaka dan pengelolaan turnamen saja, sama sekali tidak melihat keberadaan PSSI dibelakangnya, oleh sebab itulah tidak ada secuilpun karya dan kerja PSSI didalam perhelatan Piala Presiden yang akan dijalankan oleh Mahaka. Senang tidak senang, suka tidak suka, begitulah yang ada dan akan terjadi, Turnamen Piala Presiden tetaplah milik dan karya Pemerintah cq Menpora, sekaligus semakin mematikan Pengurus PSSI, yang justru malah semakin beku dan mengeras, boro boro bergerak, melunak saja tidak, apalagi mencair. Begitulah Presiden Jokowi tetap ada didalam koridor Pemberantasan Mafia bola, yang dengan konsisten dijalankan oleh Menpora. Perbaikan menyeluruh terhadap pengelolaan sepakbola, merupakan hasil akhir yang diharapkan akan memberikan segudang prestasi dimasa yang akan datang. PSSI mau bermanuver apapun, kenyataannya memang mereka sudah ada diluar kegiatan sepakbola, termasuk kepada seluruh Klub ISL yang ikut dalam Piala Presiden. Jangan harap policy dan kebijakan Presiden akan berubah, hanya karena disodori oleh seorang miliooner dan seorang konglomerat, beliau tidak akan tergoda dengan iming 2 apapun, kecuali hanyalah perubahan total sepakbola. |
![]() |
|
|