Kota Roma Diambang Kehancuran

**Gusnan**

Colosseum Roma. (Ist)

Roma - Dibalik label sebagi tujuan utama wisata di Eropa dengan jumlah kunjuan 10 juta wisatawan per tahun, Kota Roma ternyata dililit masalah serius yang bisa menyebabkan kehancuran. Hal tersebut disampaikan sejumlah tokoh bisnis setempat, Kamis (17/7). Masalah serius tersebut di antaranya korupsi, utang, minimnya perawatan kota, masalah sosial dan imigrasi.
"Roma diambang kehancuran," jelas Giancarlo Cremonesi, Presiden Kamar Dagang Roma. Ia menambahkan kondisi ini tidak bisa diterima. "Sebagai kota besar yang disebut selalu berkembang seharusnya kami bisa mencari jalan keluarnya," jelas Cremonesi.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Komisi Eropa dua tahun lalu menempatkan Roma di urutan kedua dari bawah dalam hal Efisiensi Kota. Roma hanya satu tingkat lebih baik dari Athena yang berada di urutan 28.
Di balik bangunan-bangunan gaya renaissance bernilai tinggi, jalanan dengan batuan alami, dan puluhan taman serta air mancur cantik, Roma ibarat api dalam sekam. Jumlah tunawisma meningkat setiap tahun dan angka pengangguran usia muda mencapai 40 persen.
"Roma semakin lama semakin buruk," jelas Costanza Cagni yang sudah tinggal di Roma sejak tahun 2.000. "Semua orang mengeluh tapi tak seorang pun yang menawarkan jalan keluarnya," tambahnya.
Dalam beberapa tahun terakhir pemerintahan Kota Roma semakin sesak disusupi mafia yang terang-terangan melakukan korupsi. Kelompok mafia yang paling ditakuti di Italia, Ndrangheta, melakukan pencucian uang terhadap proyek-proye dan investasi yang ditanamkan di Roma dan Milan. Pemerintah kota seperti tak berdaya karena aparat penegak hukum pun sama-sama dikuasai oleh para mafioso.
Wali Kota Roma, Ignazio Marino, yang sebelumnya berprofesi sebagai dokter bedah menyatakan kotanya ini sedang mengalami pembusukan.
Dalam suratnya kepada mingguan Corriere della Sera, ia menjelaskan tengah melakukan reformasi yang radikal seperti yang dilakukan oleh Perdana Menteri (PM) Italia Matteo Renzi di level nasional. Ia menjelaskan jajarannya tengah berhadapan dengan kanker ganas yang harus diberantas dari dalam. Namun seiring perlawanannya yang keras, masalah sosial seperti prostitusi remaja di Roma semakin merajalela. PSK muda asal Eropa Timur dan Afrika melanggang bebas di jalanan Roma. Aksi vandalisme dibiarkan bebas. Parkir dan buang air kecil sembarangan bukan hal aneh lagi. Masalah sosial tersebut sebagai gambaran reformasi radikal Marino masih berupa angan-angan.
Pendiri portal Roma Fa Schifo atau Roma yang Menjijikan yang menampung segala keluhan warga Roma, Massimiliano Tonelli, menjelaskan Roma sudah jauh dari standar perilaku dan norma-norma kehidupan negara Barat.
"Ini akibat dari kombinasi administrasi dan birokasi yang buruk serta korupsi. Beberapa hari lalu kereta bawah tanah Roma tak berfungsi selama 15 hari. Jika itu terjadi di London maka warga sudah pasti akan demo besar-besaran," jelasnya.
Roma sepertinya buruh sosok pemimpin seperti Rudi Giulanni, mantan Wali Kota New York di era 1990-an. Di bawah pemerintahannya dengan semboyan zero tolerance, ia membabat habis berbagai "penyakit' di pemerintahan dan masyarakat. Giulanni berpendapat jika kesalahan kecil mendapatkan toleransi maka kesalahan besar akan menjadi biasa-biasa saja.
"Yang kami perlukan sekarang adalah revolusi mental. Roma sekarang sama seperi New York tahun 1990-an," pungkas Tonelli.

Terkait:

Menu